Jembatan Mapo, adalah tempat sekarang Taehyung berdiri lemas. Ia memandangi keindahan lembayung sore seorang diri. Ia sudah meremas kuat selembaran kertas yang seharusnya diberikan kepada orang tua nya, hancur. Hatinya begitu hancur.
Pantas saja orang tuanya jarang pulang, pantas saja orang tuanya tidak pernah datang ke acara sekolahnya selama dua belas tahun, pantas saja Taehyung selalu makan malam sendiri di rumah. Pantas saja, pantas saja ia tidak pernah merasakan kasih sayang lagi sejak hari ulang tahun ke-lima nya.
Selama ini orang tuanya melakukan sandiwara kepadanya? Ia adalah anak yang tidak di inginkan, kenapa? Apa Ia hasil kecelakaan? Apa selama ini juga Ayahnya menikahi Ibunya hanya demi bertanggung jawab?
Kenapa hal seperti ini harus terjadi pada Taehyung? dari sekian banyak anak-anak di seluruh belahan dunia, kenapa Taehyung menjadi salah satunya?
Anak itu menangis. Terlalu kecewa dengan kedua orang tuanya yang tidak pernah mau jujur sejak awal, atau mungkin menangisi nasibnya sendiri yang terlahir sebagai anak yang tidak diinginkan.
Pandangan anak muda itu mengarah pada aliran air sungai yang begitu deras di bawah jembatan. Belakangan ini ia memang memiliki keinginan untuk melompat dan benerang bebas di bawah sana, hanyut terbawa arus, pergi dengan dingin bersama mimpi-mimpinya.
"Kenapa Tae? Tuhan? Kenapa Tae?" ia berucap lirih. Tubuhnya perlahan merosot, dipeluk olehnya kakinya sendiri untuk mencari kehangatan dari dinginnya angin musim semi.
Kau sudah lama ingin berenang, Taehyung? Kali ini kamu seorang diri, kali ini tidak akan ada yang melarang kamu. Bahkan kau sudah mengetahui jawaban mengapa kedua orang tuamu begitu menghindari kontak denganmu...
Ayuk jatuhkan dirimu...
Ayuk bebaskan dirimu, Taehyung.
Anak itu kembali berdiri dengan air mata yang sudah membanjiri seluruh wajahnya. Kesadarannya seolah hilang terenggut suara-suara berisik di dalam kepalanya. Kakinya mulai menaiki pembatas jembatan, matanya mulai menatap kosong ke arah aliran air yang deras namun tenang di bawah sana.
Sebelum akhirnya seseorang menarik tubuhnya untuk menjauh dari pembatas jembatan. Taehyung merasa bingung ketika ia tidak lagi merasa kedinginan, hangat sebuah pelukan menyelimutin tubuh kecilnya.
Taehyung mengkhayal, apakah sekarang anak itu sekarang berada di akhirat? Apa kini ia di peluk oleh Tuhan?
"Bodoh. Kamu pikir mati menyelesaikan semuanya? Bodoh sekali. Anak bau kencur sepertimu memilih untuk mati? Kau harus ingat, kalau Kamu gak sendirian di Bumi ini, Kim Taehyung." suara milik Jeongguk. Ya, ini suara milik lelaki berusia 26 tahun yang baru ia temui semalam.
Tangis Taehyung semakin kencang, kini ia memeluk tubuh kekar Jeongguk, ia sembunyikan wajahnya di dada Jeongguk.
Jeongguk hanya terdiam, mencoba memberikan kehangatan dan ketenangan terlebih dahulu pada remaja dalam dekapannya. Jeongguk tak tahu apa yang terjadi pada Taehyung, ia hanya kebetulan sedang berada di Mapo sore tadi untuk mengambil beberapa potret dari kameranya, dirinya juga sangat terkejut ketika menemui seseorang menangis sesegukan di dekat pembatas jembatan terlebih itu adalah Taehyung.
Ia sempat takut, kenapa Taehyung punya niat untuk mengakhiri hidupnya? Seberat apa masalahnya? Jeongguk bertanya-tanya.
Setelah anak dalam dekapannya itu tenang, Jeongguk melonggarkan pelukannya, ia menyelipkan dua buah hot pack ke dalam dua sisi saku coat milik Taehyung. taehyung hanya menatap kosong. Dirinya masih sesegukkan.
"Kak..." panggil Taehyung lirih. Baru saja Jeongguk akan menjawab panggilan Taehyung, anak itu sudah jatuh lemas kembali ke dalam dekapannya.
Taehyung pingsan.
(Tbc)
KAMU SEDANG MEMBACA
120 Minutes (Kookv)
FanfictionTaehyung itu sendirian. Sudah terbiasa sendirian sejak usianya masih belia. Ayah dan Bundanya sibuk bekerja, teman-temannya begitu membencinya karena katanya sih Taehyung terlalu pintar, sehingga teman-temannya sulit sekali mengalahkannya. Taehyung...