Menyatakan Cinta & Panggilan Baru

558 66 6
                                    

Taehyung sedang mendekam di kamarnya sejak pagi bersama buku-buku tebal miliknya. Anak itu benar-benar serius ingin mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya tahun depan. Meskipun Jeongguk berkata kalau semua biaya pendidikan dan hidup Taehyung adalah tanggungannya, anak itu tetap saja harus berusaha untuk meringankan beban Jeongguk, kan?

Dapat tinggal di rumah nyaman, berhenti bekerja part time, dan dianggap menjadi bagian dari keluarga saja Taehyung sudah sangat bersyukur.

Di samping buku-bukunya di atas meja belajar, terdapat satu toples kukis dan satu toples brownies panggang kering buatan Mama Yuna. Salah satu bentuk support wanita itu pada Taehyung adalah memberikannya camilan manis dan memperhatikan juga gizi pemuda delapan belas tahun itu.

Kelelahan belajar, Taehyung meraih toples kukis dan berlari kecil ke arah ranjangnya. Ia menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang dan menikmati kukisnya dalam diam.

Bohong kalau dia tidak merindukan Ayah dan Bunda kandungnya. Itu seratus persen sebuah kebohongan. Terkadang Taehyung berada di posisi semacam ini—rindu, tetapi tidak bisa berbuat apapun.

Pintu kamarnya diketuk beberapa kali, hal tersebut membuat Taehyung reflek mendongak ke arah jam di dinding kamarnya. Pukul 7 malam, Jeongguk pasti sudah pulang dan mengajaknya makan malam bersama.

"Buka saja, Kak. Gak aku kunci, kok." Teriak Taehyung agar suaranya terdengar jelas sampai luar kamar. Kemudian, selanjutnya terdengar suara pintu kamar yang terbuka. Jeongguk masuk dengan setelan piyama donker dan rambut yang masih agak basah.

"Eoh? Kak Jeongguk sudah mandi?"

"Sudah, saya pulang lebih cepat hari ini. Sengaja tidak langsung mengganggu kamu karena Ibu bilang kamu sedang mati-matian belajar." Jawab Jeongguk sambil berjalan santai ke arah ranjang Taehyung.

Taehyung memulai dramanya. Bocah itu mengangguk-anggukan kepalanya sambil memasang wajah cemberut. "Aku lapar sekarang, padahal Mama Yuna sudah memberikanku banyak sekali amunisi. Sepertinya perutku melebar, Kak. Oh! Atau jangan-jangan ia bocor? Aku sedih~ lapar terus~~"

Suara Taehyung yang merengek dan agak manja membuat Jeongguk tertawa. Apa itu tadi? Perut bocor??

"Ibu saya sedang menemani Ayah saya untuk acara keluarga di Busan sampai lusa. Tidak ada makanan lagi." Ucap Jeongguk sambil mengambil tempat duduk di samping Taehyung. Anak itu menganggukkan kepalanya.

Ya, Mama Yuna memang mengatakan bahwa sore ini ia akan pergi ke Busan bersama Ayah Jeon untuk memenuhi acara keluarga sampai dua hari ke depan. Jeongguk tidak ikut sebab ia harus mengawasi perusahaan dan menjaga Taehyung di rumah.

"Aku tahu, makanya Mama Yuna menyiapkan banyak makanan manis untukku, berbotol-botol jus di kulkas, dan es krim."

"Lalu perutmu yang bocor ini mau makan apa sekarang?" Tanya Jeongguk sambil menepuk-tepuk ringan tummy Taehyung.

Taehyung terlihat berpikir, sebelum akhirnya ia memamerkan senyum kotaknya. "Steak! Aku mau steak favorit Jimin, Kak!"

"Di mana itu?"

"Ayok berangkat! Taetae jadi pemandunya malam ini."

"Let's go, Pemandu Taetae."

***

Jeongguk sempat berpikir bahwa steak yang Taehyung inginkan berasal dari restoran steak bintang 5. Ternyata anak itu memandunya hingga berhenti di sebuah kedai sederhana di pinggiran Itaewon. Yang lebih mengejutkan Jeongguk, harga makanan di kedai itu benar-benar terbilang murah untuk ukuran tempat makan di Itaewon.

Setelah menikmati steaknya dengan wajah yang bahagia, Kim Taehyung malah berbincang banyak dengan Bibi pemilik kedai sambil sesekali membantu wanita itu.

120 Minutes (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang