Salah Paham

373 43 10
                                    

Jimin sedang sulit sekali ditemui akhir-akhir ini. Meskipun awal tahun 2002 baru dimulai dan Jimin sedang libur semester, ia tetap sibuk bolak-balik kampus. Taehyung tidak terlalu tahu apa yang kawannya lakukan, tidak mau terlalu dibilang banyak bertanya juga.

Jeongguk juga sama, ia sering sekali pergi ke kantor tanpa sarapan dan pulang terlalu larut saat Taehyung sudah tenggelam dalam bunga tidur. Taehyung menjadi lebih jarang melihat batang hidungnya, apalagi sampai membangun percakapan.

"Anak kecil Mama akhir-akhir ini lebih senang mengurung diri di kamar? Ada apa, Nak?" Suara Mama Yuna yang entah kapan membuka pintu kamarnya terdengar dan menyadarkan Taehyung dari lamunannya.

Taehyung hanya tersenyum tipis. Ia melihat Mama Yuna masuk ke dalam kamarnya dengan semangkuk sereal coklat dengan susu putih segar dan meletakkannya di atas meja belajar Taehyung.

"Aku baik, Ma," Kata Taehyung.

"Tapi yang Mama lihat tidak seperti itu," Jawab Mama Yuna.

Mata Taehyung memandang sendu. Pikirannya terbang kembali pada jawaban Mama Yuna beberapa hari lalu tentang pertanyaannya mengenai Jungkook, juga wanita bernama Hyuna.

"Hyuna masa lalu Jeongguk, kau benar sayang. Dan dia adalah wanita yang pernah membuat Jeongguk tidak percaya cinta untuk beberapa waktu lamanya. Wanita itu kembali bukan untuk Jeongguk, percaya sama Mama. Jeongguk hanya mencintaimu, hanya Taehyungie seorang."

Itu kata Mama Yuna beberapa hari lalu, tetapi Taehyung tetap tidak bisa tenang. Apalagi Jeongguk memang menjadi sedikit berubah. Taehyung takut. Pengalamannya yang sering sekali tidak diinginkan orang sekitar membuatnya takut sekali ditinggalkan.

"Taehyungie? Sayang?" Suara Mama Yuna kembali menarik Taehyung dari lamunan.

"Ya, Ma?"

"Kau melamun lagi," Ucap Mama Yuna sambil mengelus surai milik pemuda berbulu mata panjang itu dengan lembut. Taehyung hanya tersenyum tipis, kemudian ia meraih tubuh wanita yang sudah ia anggap ibu kandungnya sendiri itu untuk memeluknya.

"Aku hari ini ingin menemui Jimin," Ucap Taehyung.

"Boleh sayang, tapi jangan terlalu lama di luar ya? Suhunya sedang terlalu dingin. Taehyungie bersiap, Mama akan siapkan mantel dan hotpack nya." Mama Yuna mengecup pucuk kepala Taehyung, kemudian berjalan kembali keluar dari kamar.

Taehyung hanya memandang arah pintu kamar tempat Mama Yuna keluar dengan tatapan yang kembali menyendu. Bohong sekali kalau Taehyung mau menemui Jimin. Di awal 'kan sudah ditulis kalau Jimin sedang sangat sibuk dan sulit ditemui.

Taehyung hanya ingin keluar rumah sementara, melihat orang-orang asing beraktivitas di jalan mungkin bisa membuat pikiran Taehyung lebih jernih dan sejenak menenangkan hatinya yang akhir-akhir ini disesaki oleh gundah.

*

Seoul pagi ini adalah minus 2 derajat celcius, dan Taehyung sudah berkeliaran tanpa tujuan sejak satu setengah jam yang lalu. Bolak-balik menaiki bus dan turun sesuka hati, sampai tidak sadar ia turun di tempat pertama kali ia bertemu dengan Jeongguk.

Menara Namsan yang daerah sekitarnya kini tertutupi oleh salju yang lumayan lebat. Taehyung hanya berkeliling tidak jelas dan berakhir di kedai yang sama saat pertama kali Jeongguk mengajaknya makan ramyeon.

Entah bagaimana Taehyung bisa sampai di sana, dia sendiri saja tidak begitu tahu. Ia hanya berjalan, pergi kemana pun mengikuti kata hatinya.

Kini semangkuk ramyeon dan sebotol air putih sudah berada di atas meja. Taehyung berniat menghubungi siapapun yang ia kenal untuk menemaninya, tetapi ia urungkan karena lagi-lagi perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.

120 Minutes (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang