Bertemu Luka

432 51 9
                                    

di dalam part ini ada scene yang mengandung:

tw // chilhood trauma , abusive parent , tae's flashback

Winter, Seoul 2001

Segelas teh hangat dan dua toples kukis coklat menemani seorang Kim Taehyung yang tengah duduk di depan televisi. Ia sedang menonton sebuah kartun lokal sambil menunggu Yuna selesai memasak makan malam.

"Kamu nyemilin kukis? Nanti keburu kenyang sama gula, jadi melewatkan makan malam." Jeongguk yang baru saja datang selepas mandi langsung ikut bergabung di samping Taehyung.

"Aku baru makan dua buah kukis. Aku gak akan lewatin makan malam kok, makanan Mama Yuna 'kan enak banget." Jawab Taehyung dengan nada ceria.

Yuna yang berniat pergi ke ruang tengah untuk memberitahu jika makan malam sudah siap malah jadi tersenyum senang ketika mendengar ucapan Taehyung.

Wanita itu menghampiri kedua anak laki-laki yang terpaut perbedaan usia 5 tahun itu dan mencubit pipi gembil milik Taehyung.

"Aigoo, ada fans berat masakan Mama yaa."

Taehyung tertawa kecil, dan Jeongguk di sampingnya segera menoleh. "Sudah selesai masaknya, Bu?"

Yuna menganggukkan kepalanya, "Ayuk makan sekarang. Ayahmu sedikit telat karena pekerjaannya terdapat sedikit kendala. Jadi kita bisa makan lebih dulu."

Jeongguk anggukan kepalanya, kemudian tak lupa mengajak bintang kecilnya untuk ikut makan malam bersama. Jeongguk membawakan gelas teh Taehyung ke meja makan, sementara anak remaja akhir itu sudah lebih dulu menempel pada Ibunya.

***

Taehyung menggerakkan kaki-kaki mungilnya tak seantusias beberapa jam yang lalu. Ia menyadari bahwa hari semakin malam dan jam untuk makan malam sudah lewat sejak lama. Matanya sudah mengantuk, tetapi perutnya lapar. Ibunda dan Ayahnya belum pulang—seperti hari-hari sebelumnya.

Biasanya, Taehyung akan makan malam tanpa kedua orang tuanya. Tidak, ia bahkan tidak pernah makan bersama orang tuanya sejak usia dia lima tahun. Sarapannya akan dimakan di sekolah, makan siang jatah dari sekolah, dan makan malam dengan stok makanan dingin di kulkas rumahnya.

Hanya saja, malam ini seluruh stok makanan sudah habis. Bahkan kimchi pun tidak ada. Sehingga bocah 7 tahun itu tidak tahu harus melakukan apa agar perutnya berhenti mendemo.

Klikk

Suara password apartemen yang berhasil dimasukkan terdengar. Mata Taehyung berbinar sebab ia menebak pasti kedua orang tuanya sudah pulang.

Dengan semangat bocah manis pemilik senyum kotak itu berlari kecil—siap menyambut Ayah dan Bundanya yang mungkin saja membawakan makanan untuk dimakan bersama-sama. Saat pintu terbuka, Taehyung segera menghambur pada pelukan sang Ayah.

Tetapi yang ia dapatkan tidak sesuai dugaannya. Ayahnya malah mendorong tubuhnya tak berperasaan hingga kepalanya membentur rak yang biasa digunakan untuk menaruh sepatu. Taehyung mencoba menatap manik milik sang Ayah dengan tatapan bingung, tetapi ia malah mendapatkan lirikan setajam belati dari kedua manik kembar tersebut.

"Anak bodoh! Kenapa belum tidur sampai jam segini?! Ini sudah jam sebelas malam 'kan? Di mana tanggung jawabmu, Kim Taehyung? Besok hari sekolah!" Makian kasar keluar dari belah bibir sang Ayah.

Taehyung hanya memegangi pelipisnya yang sedikit luka karena benturan yang ia alami tadi. Sesuatu seolah menggores bagian di dalam dadanya, sakit dan sesak.

120 Minutes (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang