Sejak malam itu, Jeongguk tidak membiarkan Taehyung bersusah payah untuk menghidupi dirinya sendiri. Jeongguk langsung membawa Taehyung ke rumahnya malam itu juga untuk tinggal bersama, lalu esoknya ia mengambil seluruh barang Taehyung di rumah sewa.
Jeongguk juga meminta Taehyung untuk berhenti bekerja dan fokus belajar saja. Karena tahun depan Taehyung harus berkuliah di tempat yang anak itu inginkan. Demi langit dan seisinya, Jeongguk akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Taehyung.
Sejujurnya, ia juga bingung. Perkenalannya dengan Taehyung masih terbilang singkat. Pemuda manis yang usianya selisih 8 tahun dengannya itu bukanlah anak dari seseorang yang sudah dekat dengan keluarga Jeongguk—teman, maupun kerabat dekat.
Tetapi, kehadiran Taehyung benar-benar berpengaruh besar dalam kehidupan seorang Jeon Jeongguk. Bahkan mengubah sosoknya yang dingin menjadi penuh kehangatan. Yuna sampai tidak percaya bahwa anaknya bisa menjadi seperti yang sekarang hanya berkat kehadiran Taehyung.
"Sayang, teman-teman kerja Jeongguk akan datang sore ini. Kamu sibuk? Mama ingin meminta bantuan kalau Taehyung tidak sibuk." Yuna datang menghampiri Taehyung yang sedang membaca buku di kamarnya, kemudian meminta bantuan.
Dengan senang hati pemuda itu segera menutup buku dan menghampiri sosok Yuna yang berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Boleh, Mama Yuna ingin minta bantuan apa?"
"Mama mau membuat kukis, lalu beberapa kue manis lainnya. Taehyung bantu Mama, ya?"
Setelah mendengar kata 'kukis' dan 'beberapa makanan manis' wajah Taehyung berubah semakin antusias. Astaga, itu memang kesukaan dia.
"Mau, mau! Ayuk sekarang, berangkat." Taehyung meraih tangan Mama Yuna dan memimpin perjalanan menuju dapur keluarga Jeon dengan begitu semangat.
Sepertinya hari ini Mama Yuna akan lebih bahagia di dapur karena kegemasan dari seorang Kim Taehyung.
***
"Disusun seperti ini, Ma? Cantik tidak??" Taehyung berlari kecil menghampiri Yuna yang tengah menata isi meja yang hampir penuh dengan sepiring brownies coklat buatannya.
Wanita itu segera tersenyum lebar melihat Taehyung yang menghampirinya dengan menggendong toples ukuran besar berisikan kukis.
"Iya, cantik. Sini Mama susun di atas meja. Toples kukis milik Taehyung ada di samping oven, oh iya. Ada seloyang brownies coklat juga untuk Taehyung. Mama pisahkan karena teman-teman Jeongguk juga sangat menyukai makanan manis buatan Mama, takut kamu yang enggak kebagian." Jelas Yuna sambil menerima toples besar dari gendongan Taehyung.
Mata Taehyung kembali berbinar. Mama Yuna benar-benar membuat Taehyung senang. "Wah, aku dapat jalur istimewa??!!" Hebohnya.
Yuna menganggukkan kepalanya sambil tertawa, "Iya sayang. Jalur spesial karena kamu menggemaskan dan membuat Mama senang di dapur hari ini."
"Ah, kapan Kak Jeongguk dan teman-teman kantornya datang?" Tanya Taehyung.
"Bukan teman kantor. Teman semasa Jeongguk SMA. Sepertinya sebentar lagi. Nanti Taehyung kenalan sama mereka, ya?" Jawab Yuna dan Taehyung menganggukkan kepalanya semangat.
Taehyung tidak pernah memiliki banyak teman dihidupnya, jadi ia begitu antusias sekaligus berdebar menunggu teman-teman Jeongguk datang ke rumah.
***
Taehyung benar-benar menunggu kehadiran Jeongguk dan teman-temannya. Tetapi ketika mobil Jeongguk fan satu mobil lainnya tiba di pekarangan rumah, dirinya justru menciut. Terlalu gugup, hal semacam ini sangat tidak pernah terbayangkan dalam hidup seorang Kim Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
120 Minutes (Kookv)
FanfictionTaehyung itu sendirian. Sudah terbiasa sendirian sejak usianya masih belia. Ayah dan Bundanya sibuk bekerja, teman-temannya begitu membencinya karena katanya sih Taehyung terlalu pintar, sehingga teman-temannya sulit sekali mengalahkannya. Taehyung...