Musim Panas yang Panas, dan Sedikit Perih

472 48 5
                                    

Hari ini adalah hari kedua Ayah dan Ibu Jeon tidak ada di rumah, Jeongguk juga terpaksa pergi ke kantor karena ada beberapa rapat yang tidak bisa ia tinggalkan. Alhasil Taehyung sendirian—bersama buku-buku tebalnya dan juga toples-toples camilannya.

Kamar Taehyung cukup berantakan. Beberapa buku bertebaran di lantai, kemudian sang pemilik kamar merebahkan tubuh di karpet bulu berwarna abu monyet sambil menonton film dari ponselnya.

Waktu terus berlalu, Taehyung hanya melakukan hal-hal membosankan sejak pagi. Sarapan—mengendap di kamar dengan buku dan hp—ngemil—makan siang—nonton film—ngemil. Dan kini ia tengah mengantuk sambil terus berusaha mengerjakan soal-soal untuk tes masuk perguruan tinggi di depannya.

Posisi Taehyung yang rebahan di karpet bulu membuat hawa ngantuknya lebih kuat dibandingkan rasa ingin menyelesaikan soal-soal di depannya. Toh, dia juga bosan dan belum tidur siang, jadi makin menjadi saja rasanya.

Akhirnya pemuda itu menyerah, ia menutup buku tebalnya dan mulai mencari posisi nyaman untuk tidur siang. Dengan dinginnya AC dan aroma kukis coklat yang menguar ke seluruh ruangan, Taehyung jatuh terlelap dalam bunga tidurnya.

***

"Hei, Bintang kecil? Bangun, sudah malam. Kau belum makan malam."

Suara bisikan Jeongguk yang begitu terdengar jelas di telinga Taehyung membuat anak itu perlahan membuka matanya. Sambil mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk, Taehyung menangkap bahwa Jeongguk benar-benar berada tepat di depan wajahnya.

Tangan Taehyung meraba sekitarnya, tetapi yang pertama kali ia temukan adalah tangan besar Jeongguk yang mengukungnya.

"K-kakkk..." Rengek Taehyung dengan mata yang masih setengah tertutup. Suara kekehan kecil terdengar daru mulut Jeongguk.

"Saya mau cium Bintang Kecil saya dulu, boleh tidak?"

"Kecup"

"Cium, sayang." Ralat Jeongguk

"Habis itu aku dapat apa?"

Jeongguk terlihat berpikir. "Coklat?" Tawarnya. Taehyung menggelengkan kepala—kini matanya sudah terbuka sempurna dan nyawanya sudah berkumpul seluruhnya. "Aku mabuk coklat. Kukis coklat dan brownies Mama Yuna sudah yang paling enak. Gak mau yang lain."

"Apapun yang kamu mau kalau begitu, bagaimana?"

Taehyung terlihat menimang, kemudian ia tersenyum manis. "Aku mau kecup-kecup seluruh wajah Kak Ggugi saja dan malam ini tidur memelukku, boleh?"

Jeongguk tersenyum lebar. "Boleh dong, Bintang Kecil," Ucapnya bersemangat. Kemudian, ia segera mendekatkan bibirnya pada bibir Taehyung. Mengecupnya, lalu melumatnya. Lembut, lembut, lama-lama sedikit menuntut balasan.

Gigitan kecil yang Taehyung terima pada bibir bawahnya membuat pemuda itu membuka mulutnya—memberi akses untuk Jeongguk menyelinapkan lidahya dan mengobrak-abrik seisi mulut yang lebih muda.

Ugh... Ini perasaan aneh bagi Taehyung. Tapi ia suka, sangat menyukai apa yang tengah Jeongguk lakukan padanya. Suhu tubuhnya memanas, padahal AC di kamarnya sudah disetting dengan nomor paling kecil.

Jeongguk memutus tautan bibir keduanya ketika Taehyung sudah meremat kuat bahunya dan pemuda di bawahnya itu segera meraup udara rakus begitu Jeongguk melepaskan tautan pada bibirnya.

"Nakal... Kak Ggugi nakal." Protes Taehyung. Jeongguk hanya tertawa gemas sebagai respon. Bibir Taehyung sekarang jadi memerah dan bengkak

"Aku gak mau makan malam, kenyang. Sudah makan melulu kerjaannya sejak pagi." Taehyung kembali berucap dengan nada manja, seakan sebelumnya ia tidak pernah kesal pada Jeongguk yang berhasil membuat bibirnya bengkak.

120 Minutes (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang