Rencana Berpetualang

574 77 3
                                    

“Bukankah kau baru saja wisuda hari ini, Taehyung?” tanya Eunha yang kini terheran-heran karena melihat Taehyung sudah berdiri manis di depan meja kasir. Taehyung anggukan kepalanya, kemudian ia tersenyum dengan manis.

“Aku butuh uang untuk makan, Eunha.” Ujar Taehyung dengan lembut. Eunha itu baru bertemu dengan Taehyung di hari ketika Taehyung diusir dari rumahnya. Malam tadi Eunha baru saja pulang lembur dari cafe, dan ia melihat Taehyung menangis di depan toko kelontong yang sudah tutup.

Eunha mengetahui semua kejadian buruk yang Taehyung alami, dan membantu Taehyung mencari tempat tinggal sementara. Gadis itu juga langsung meminta tolong pada bos tempat ia bekerja—Kim Seokjin, untuk mempekerjakan Taehyung di cafenya.

Tentu saja Seokjin yang baik hati ini menyetujuinya, bahkan Seokjin berjanji untuk memberi uang makan selama sebulan ini sebelum ia mendapatkan gaji pertamanya.

Eunha juga dahulu seperti itu, gadis yang kini berusia 19 tahun itu datang satu tahun lalu sembari memohon meminta pekerjaan karena Ayahnya baru saja meninggal dan Adiknya butuh biaya sekolah serta makan.

Seokjin bahkan membiayai sekolah adik Eunha kini. Seokjin itu memang sosok malaikat tanpa sayap.

“Taehyung? Kau Taehyung yang tengah malam kemarin saat toko tutup datang dengan wajah penuh air mata jelek?” tanya Yoongi, yang merupakan kepala pelayan cafe milik Seokjin.

Taehyung memberikan senyum kotaknya, ia tidak tersinggung dengan perkataan Yoongi, karena Eunha bilang pria itu memang berbicara sesukanya.

“Kau harusnya istirahat dulu bodoh, ini sudah malam dan baru saja wisuda.”

“Tidak apa, Kakek. Aku baik.”

“Yak! Apa-apaan panggilanmu itu, Bocah!”

Taehyung tertawa, begitu juga Eunha. Ya, setidaknya untuk saat ini dirinya masih bisa mengalihkan lukanya. Dan semoga tetap di beri kekuatan.

***

Musim semi di Korea tahun ini begitu berat untuk Taehyung, setelah dua bulan menjalani aktivitasnya sebagai pekerja part time cafe dan di sebuah toko susu almond, lelaki itu kini mulai merasakan lelahnya.

Ia bahkan belum bertemu sama sekali dengan Jimin semenjak wisuda. Anak itu bahkan belum tahu kalau Taehyung sudah tidak lagi tinggal di rumah lamanya. Taehyung hanya belum siap untuk menceritakan pada sahabatnya itu. Apalagi untuk saat ini, Jimin pasti sedang sibuk mengurus kuliahnya.

Akhir Mei 2001, cuaca di Korea Selatan sudah mulai memanas karena musim panas akan segera tiba. Taehyung begitu tidak menyangka ia bisa bertahan hingga saat ini.

Hari ini ia mendapatkan jatah libur dari Seokjin, sehingga anak itu bisa segera pulang setelah membantu Bibi Yuri menjual susu almond di tokonya. Taehyung memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka kameranya.

Sudah lama ia tidak memotret, bahkan dirinya sempat terkejut ketika Ayahnya tidak lupa memasukkan kamera kesayangan Taehyung ke dalam kopernya ketika lelaki paruh baya itu mengusirnya.

Si pemilik bulu mata panjang itu tersenyum manis, pipi rotinya yang mulai menirus itu tidak mengurangi sedikitpun ketampanan dan manis di wajahnya. Tiba-tiba ia terpikir satu hal, tangan kanannya meraih sebuah kalung yang sudah sejak kecil terpasang apik di lehernya. Sebuah kalung emas dengan liontin kunci yang cantik.

Taehyung tersenyum sendu, kalung ini adalah pemberian Bundanya ketika ia berusia 4 tahun. Dulu Bunda memberikannya sebagai hadiah natal. Yang Taehyung ingat, Bundanya pernah berkata kalau suatu hari nanti Taehyung harus menggunakan kunci itu untuk membuka harta karun berisi buah stroberi yang banyak.

Dulu Taehyung memang sangat gemar bermain seolah ia adalah pemburu harta karun. Ia paham, saat itu Bunda hanya bercanda. Ia paham, saat itu Bunda hanya ingin membuatnya senang, tetapi tidak apa-apa kan jika ia ingin mewujudkannya sekarang?

***

‘Kak Jeongguk, temui aku di Mapo, aku sedang libur dan aku ingin berbicara sesuatu denganmu.’

Jeongguk tersenyum, dalam hati Ia bersyukur untung saja sedang tidak ada rapat di kantornya. Ya, walaupun ini perusaahan milik Ayahnya, jelas ia tetap tidak bisa keluar masuk kantor sembarangan.

Jeongguk bersiap, sembari mencari makan di luar ia berniat menemui Taehyung di Jembatan Mapo.

Semilir angin siang berembus begitu kuat dari atas Jembatan Mapo. Taehyung menoleh ketika ia merasakan seseorang berdiri di sampingnya.

“Sudah lama?” tanya Jeongguk memulai percakapan. Taehyung menjawabnya dengan gumaman. Dan setelahnya mereka hanya diam menikmati belaian angin Seoul selama beberapa menit.

“Kenapa tidak istirahat?”

“Aku perlu bicara sama kakak.”

“Bisa esok, kau kerja pasti lelah. Orang tuamu juga akan khawatir.” Ujar Jeongguk lagi.

Iya, Jeongguk tahu kalau anak itu tidak lanjut kuliah dan malah mengambil kerja part time. Taehyung menceritakan kalau dirinya itu ingin kuliah dengan biayanya sendiri, makanya ia tidak langsung lanjut ke jenjang perkuliahan. Jelas Taehyung mengarang cerita seolah Ia masih tinggal bersama dengan orang tuanya. Taehyung tidak semudah itu terbuka sepenuhnya meskipun kepada orang yang sangat ia percaya, kecuali dalam keadaan mendesak.

“Iya gak apa-apa, aku cuma mau menyampaikan keinginanku, dan Aku harap kau mau membantuku, Kak.” Ujar Taehyung tanpa mengalihkan pandangannya dari pemandangan kota Seoul di hadapannya.

“Ya katakan.”

“Kita sudah lumayan dekat dan kita sama-sama gemar memotret, sepertinya kita harus berpetualang.”

Apa yang dikatakan Taehyung benar. Pertama kali Taehyung bertemu dengan Jeongguk, anak itu tengah memotret sehingga tidak fokus pada jalannya. Pertemua kedua saat Jeongguk berhasil menyelamatkan nyawa Taehyung, dirinya baru saja selesai memotret langit sore Mapo dengan kameranya.

Mendengar ucapan Taehyung, Jeongguk tidak langsung meresponnya. Ia terdiam—mencerna sepenuhnya ucapan remaja dengan jalan pikir out of the box itu.

“Ya, kita bisa pergi nanti.”

“Yah, yang pasti dong kak. Kapan?” ujar Taehyung merajuk.

“Ada. Nanti saya akan kabari lagi. Saya punya sesuatu yang akan saya berikan padamu, Taehyung.”

Sebenarnya, Jeongguk belum sepenuhnya paham tentang berpetualang yang anak itu maksud, tetapi Jeongguk akan mencoba mencari waktu dan mempersiapkan semampunya petualangan yang anak manis itu inginkan.

•••

Visualisasi kalung Taehyung dari Ibundanya:

Note: Jangan lupa tekan ★ nya temen-temen :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Note: Jangan lupa tekan ★ nya temen-temen :)

120 Minutes (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang