Part 6 - Panik

2.5K 154 1
                                    

Tama POV

Tama berjalan keluar ruangan untuk melihat kondisi Zee setelah perdebatan mereka. Tama menyadari dia terlalu keras terhadap Zee yang notabene baru mencicipi dunia kerja. Awalnya Tama hanya kesal karena Zee memanggil Andrew dengan sebutan "Mas" yang terdengar sangat akrab, sedangkan Dia hanya dipanggil "Pak" formalnya bawahan memanggil atasan.

"Ndrew, mana Zee?" tanya Tama santai.
"Udah balik. Kenapa? By the way, lo tadi apain Zee? Kaya sedih banget keluar ruangan lo." tanya balik Andrew.

"Serius Zee kelihatan sedih?"
"Iya, malahan gue lihat dia abis nangis." terang Andrew santai.

Jawaban Andrew tadi membuat Tama berpikir sejenak, "Apa iya gue sadis banget tadi!? Tapi kayanya iya sih. Kata-kata gue kasar."

"Gue balik dulu, Ndrew." Tama melenggang keluar.

===

Sesampainya di rumah, Tama melihat Ibunya yang masih menonton TV. "Assalamualaikum Ibunda Tama yang cantik. Apa kabar hari ini?" sapa Tama iseng menggoda Ibunya.

"Kamu kenapa baru pulang?" tanya Ibunya.
"Biasa Bu... Ada pegawai baru, harus diospek dulu. Masa iya Tama pulang duluan!?" jawabnya enteng.

"Awas, jangan bikin anak orang nangis. Kalau dia memendam sakit hati dan kabur, jelas dosamu seumur hidup." pesan Ibunya.

Diam-diam Tama mencerna kalimat Ibunya. Sepertinya memang dia buat kesalahan besar Kali ini. Ditambah dengan informasi Andrew tadi kalau Zee sempat menangis. Dia merasa besok harus minta maaf kepada Zee.

===

Pagi hari di kantor Tama.
Tama datang dengan riang gembira karena hari ini dia berencana meminta maaf kepada Zee.

"Pagi Ndrew." sapanya riang.
"Kenapa lo senyum-senyum? Ngeri gue!" Andrew bergidik ngeri.

"Eh, mana Zee? Kok belum kelihatan?"

"Zee ga jadi kerja di Wijaya Corps. Dia bilang sakit hati sama Pak Bos di sini yang gak punya rasa sama sekali!" tegas Andrew.

"Bohong kan lo?!"

"Coba telepon sendiri anaknya. Bagus kalau telepon dari lo diangkat." ejek Andrew.

"Kenapa gue harus penasaran gini sih. Ya kalau memang dia gak jadi kerja di sini kan banyak yang minat. Bodo amatlah!" Tama berusaha mengelak dalam hati.

Dengan ketus Tama menekankan, "Kalau cuma gara-gara masalah kemarin dia gak mau kerja di sini, itu salah dia. Artinya dia yang mentalnya lemah aja. Kerja di Wijaya Corps harus tahan banting."

Tama masuk ruangan dengan kesal.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dia menunggu siapa tau si cewek gendut ini mengetuk pintu ruangannya. Tapi nihil.

Sampai akhirnya, Andrew masuk. "Kenapa sih lo bolak-balik kaya setrikaan. Pusing gue lihatnya."

"Zee beneran gak kerja hari ini?" tanya Tama hati-hati.

"Bukan gak kerja hari ini. Tapi gak kerja selamanya di sini. Kan gue udah bilang tadi, Zee mundur. Gak jadi kerja di sini." tegas Andrew.

"Tapi baru Kali ini gue lihat ada cewek yang punya prinsip. Hebat sih. Bisa lho demi harga diri yang gak mau diinjak-injak, dia merelakan kesempatan besar berkarir di Wijaya Corps." sambung Andrew sambil melirik Tama.

"Kayanya gue suka sama Zee. Bisa Kali kalau kangen gue ke rumahnya lagi. Mana Ibunya ramah banget sama gue." Andrew sengaja membuat kuping Tama panas.

Jelas sekali Tama panik, kebakaran jenggot.
"Awas lo ya berani deketin Zee!" ancam Tama.

Married by Accident (TAMAT - LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang