Part 14 - Penyesalan

1.8K 95 0
                                    

Tama POV

Perjalanan Bandung - Jakarta
"Zee..." rayu Tama.
"Kamu marah?" tanya Tama hati-hati.

"Gak Mas. Aku gak marah. Aku cuma lelah aja." jawab Zee dingin.

"Maaf ya, aku tadi kesel lihat kamu sama si Rey itu bisa seakrab itu. Mana dia udah ngerasain masakan kamu duluan dibanding aku." ucap Tama pelan.

"Ya kan aku kenal Rey dulu, kenal kamu juga baru-baru ini aja dan aku ngerasa hidupku kacau balau, Mas." ucap Zee pelan tapi menusuk ke hati Tama.

"Mas, kayanya kita gak usah ketemu dulu deh. Gak usah telepon atau WhatsApp atau semua jenis komunikasi kita stop dulu. Memang gak baik kan yang bukan mahrom ketemu terus, kontakan terus." lanjut Zee.

"Gak, aku gak bisa!" tegas Tama.

"Harus bisa, Mas! Seenggaknya, setelah ini kita sama-sama tau perasaan kita gimana, kita bisa memutuskan ke depannya mau kaya apa hubungan kita." ucap Zee.

"Apa gak bisa kamu maafin aku Zee?" tanya Tama.

"Aku udah maafin kok. Gakpapa tapi aku merasa hubungan ini gak baik, sudah terlalu jauh untuk yang bukan mahrom." jawab Zee.

"Oke, Zee. Kalau itu mau kamu." ucap Tama.
"Tapi kalau misalnya pas kita lagi gak komunikasi terus kamu butuh aku, aku siap 24 jam/7 hari lho, Zee." tambah Tama sungguh-sungguh.

"Huahahahaaa Mas Tama, kaya apotek 24 jam aja." respon Zee sambil tertawa.

"Berapa lama gak kontakannya? Jangan lama-lama ya, Zee. Gak kuat nahan." ucap Tama lebay.

"Hahahaha tahan apa hayo?" goda Zee.

"Wah, kayanya mancing nih!" tantang Tama.

"Hehehe gak deh. Gak jadi dilanjut." jawab Zee.

"Zee.. serius karena kejadian tadi kita gak kontakan dulu?" tanya Tama meyakinkan.

"Iya." jawab Zee singkat.
"Supaya Mas Tama sadar sebetulnya ada perasaan apa sama Zee atau cuma penasaran!? Perasaan dan penasaran itu beda tipis, Mas. Kaya benci sama cinta. Jadi coba Mas Tama yakinkan diri dulu, baru setelahnya ketemu." tambah Zee.
"Ketemu orang tua ku, bukan aku. Kalau ketemu aku, nanti sama aja kita kaya orang pacaran gini, Mas. Padahal aku menghindari sekali untuk pacaran." terang Zee.

===

3 (tiga) hari tanpa Zee.

"Ndrew, tolong kalau ada berkas-berkas lain lagi. Bawa ke sini sekalian lah. Nanggung banget, besok udah numpuk lagi!" minta Tama pada Andrew.

"Tam, udah jam 9 malam, balik rumah. Nyokap lo telepon gue mulu. Cape gue ngebohongnya. Mata lo udah item gitu. Sakit lho lama-lama." jawab Andrew.

"Gue harus kerja buat mengalihkan urusan Zee." jawab Tama.

"Omong-omong lo belum cerita kejadian di Bandung sampai kaya gini nasib lo. Baru juga damai, baru juga lo balik waras, eh, stres lagi! Repot di gue! Lo kerja kaya mesin, masa nunggu rusak baru berhenti. Mesin ada spare parts-nya, badan lo rusak gimana?" nasihat Andrew.

"Kemarin gue keterlaluan memang gak bisa nahan cemburu. Udah parah banget sih. Gue tau gue salah. Tapi gak tau kenapa, itu terjadi begitu aja, susah banget nahan gak cemburu." terang Tama dilanjutkan dengan cerita semua kejadian di Bandung.

"Lha memang salah elo, kalau gue jadi Zee juga gue gak mau deket-deket elo. Malu. Udah berapa Kali cemburu lo gak lihat situasi kondisi." respon Andrew datar.

"Nyesel gue..." lirih Tama.

"Kenapa ga lo balik keadaan aja?" ucap Andrew semangat.

"Maksud lo?" Tama antusias.

Married by Accident (TAMAT - LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang