Part 9 - Tama Lebay

2.1K 113 4
                                    

Zee POV

Keesokan harinya Zee bersiap pagi-pagi sekali karena ada panggilan wawancara di Hutama Corps.
"Zee, kamu yakin gak di kantor Tama aja? Ibu kan kenal dengan Tama, kenal Ibunya juga. Jadi kalau kamu kerja di Wijaya Corps tuh Ibu ga khawatir Zee." ungkap Ibu Mira.

"Apalagi kamu calon menantunya yang punya kantor Zee. Kamu pasti dapat perlakuan baik." tambah Ibu Mira.

"Iihh Ibu apa-apaan sih. Percaya diri banget bakal besanan sama Bu Nia. Lha aku aja bukan selera Mas Tama." jawab Zee.

"Tapi kalau Ibu lihat, Tama mulai ada rasa sama kamu. Ibu rasa masalah dia mau ngelamar kayanya bakal kejadian Zee. Feeling seorang Ibu lho. Biasanya tepat!" respon Ibu Mira.

"Ihh Ibu nakut-nakutin Zee deh. Zee gak mau punya suami galak kaya Mas Tama, Bu." sanggah Zee.

Tok tok tok....
"Assalamualaikum...."

"Siapa tuh jam 6 pagi sudah bertamu." Ibu Mira penasaran sambil berjalan keluar meninggalkan Zee yang masih khawatir dengan perkataan Ibunya.

"Sini masuk Nak Tama. Zee sedang sarapan. Zee tolong ambilkan piring, sekalian nasi untuk Mas Tama-mu ini." celoteh Ibu Mira riang.

"Kok pakai kata "Mu" di belakang nama Mas Tama, Bu?! Nanti pacarnya marah Bu!" sungut Zee.

"Apa-apaan sih Ibu. Makin ajaib aja." batin Zee.

Zee mengambil piring dan nasi di dapur sambil mencuri dengar obrolan Ibunya dan Tama.

"Lho Nak Tama pagi-pagi Kok sudah main ke sini?" tanya Ibu Mira.

" Iya Bu, saya mau jemput Zee, katanya hari ini ada wawancara di Hutama Corps. Kebetulan yang punya juga teman saya, Bu." jawab Tama tenang.

"Silakan nasinya." Zee sengaja menginterupsi obrolan Ibunya dengan Tama supaya tidak melebar jauh.

"Zee, ambilkan lauknya sekalian." titah Ibu Mira.

"Nanti kalau Zee ambilkan khawatir terlalu sedikit atau kebanyakan, atau malah Mas Tama gak suka, Bu. Biar ambil sendiri saja." kesal Zee.

Zee merasa Ibunya berlebihan memperlakukan Tama.

Ibu Mira hanya mendelikkan mata dan Zee sudah paham, maka dia tidak akan membantah.

"Makasih ya Zee. Berasa punya istri nih. Kayanya saya mau cepat-cepat Lamar kamu deh Zee." Zee menatap malas ke arah Tama.

Sedangkan Tama tersenyum senang, seolah-olah pagi ini keberuntungan berpihak padanya.

===

Tiba di parkiran Kantor Hutama Corps, baru saja Zee akan membuka pintu, tiba-tiba Tama menarik baju Zee.

"Sayang, nanti inget ya, jangan terlalu ramah sama laki-laki lain, jangan senyum sedikitpun, jangan kecentilan di depan laki-laki lain, jalannya biasa aja jangan lenggak-lenggok. Besok pakai baju yang lebih tertutup Lagi Zee. Jilbabnya yang lebih panjang lagi ya. Kalau bisa jangan pakai warna yang menyolok. Dandannya jangan menor ya Zee." cerocos Tama.

"Udah ngomongnya Mas??" Zee mulai jengah.

"Besok lagi gak usah anter saya, Mas! Inget Mas, kita bukan siapa-siapa. Jangan ngatur saya. Jangan menghalangi karir saya apalagi jodoh saya. Bukan urusan Mas kalau saya mau ramah kek, mau kecentilan kek, mau lenggak-lenggok kek. Jilbab!? Mas lihat jilbab saya sudah sebesar ini, mau dibuat seberapa? Apa sekalian saya pakai cadar mas! Ini warna atasan putih mas, bukan warna menyolok, semua orang pencari kerja pasti begini tampilannya. Saya juga gak dandan menor Mas!" balas Zee kesal.

"Jangan lebay deh Mas! Eh, lebih tepatnya jangan gila Mas! Stop gangguin saya lagi!" Zee mengakhiri kekesalannya dan keluar dari Mobil Tama.

===

Married by Accident (TAMAT - LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang