22.Kuburan

126 24 0
                                    

Happy reading-----

Perpaduan Heals berwarna perak dan gaun selutut berwarna silver membuat malam ini penampilan Regina semakin bersinar, penampilan nya kali ini memperlihatkan begitu mahal dan elegan nya dirinya untuk layak di banggakan

Sri-neneknya berscanda gurau dengan anak dan cucu nya di meja bundar Yang sudah di sediakan, hiasan elegan putih seperti sudah di rancang sedemikian rupa "Kay, sini duduk" lambaian tangan neneknya membuat hatinya tertarik untuk menghampiri neneknya

Langkah nya di iringi rasa kagum dari semuanya tamu yang tidak mengenalinya kecuali anak² Sri Turbahana -neneknya

Ia duduk di samping Sri dengan senyuman mengembang "Bagaimana kabarmu, baru beberapa Minggu gak ketemu rasanya kayak beberapa tahun gitu"

Regina masih terlihat canggung, terlebih tatapan tidak suka dari anak anak nya Sri membuat dirinya risih "Untuk sekarang baik, semoga seterusnya seperti ini"Balasnya tersenyum tulus

Sri mengangguk paham "Nenek ingin bicara khusus berdua dengan mu, boleh?" Sri berbicara sedikit berbisik agar tidak terdengar tamu yang lain

"Boleh kok nek"Balas Regina, mereka berdua bangkit dari duduknya dan berjalan dengan Regina membuntuti di belakang Sri

Melinda yang tengah meminum jus melihat mereka tanpa henti dengan tatapan sulit di artikan

Kalian tahu?, Keras kepala Regina melebihi batu, sebenarnya Reka tidak mengijinkan ataupun membiarkan Regina pergi ke pesta, tapi Regina kan keras kepala.

Ia pergi ke rumah sakit saja hanya Alibi, ingin mendapatkan perhatian dari Reka.

_ _ _ _

Reka mencoba membujuk Riki agar mau makan, sejak kejadian kemarin Riki sangat sulit untuk makan, bahkan secuil makanan pun tidak ada yang masuk ke dalam mulutnya "Gue sedih saat ngeliat Lo kayak gini"Ucap Reka

Mata Riki sembab, selain tidak bisa melihat terakhir pendonor itu ia juga tidak bisa melihat hari hari dia di makamkan karna kondisi Riki yang masihh belum stabil sehabis operasi

Hari ini adalah hari pemakaman Mentari adiwarna alias ibunya, saat mendengar kabar itu hatinya merasa sangat sakit "Gue ingin ke makan ibu"Ucap Riki datar

"Kondisi Lo belum stabil Ki"Balas Reka berusaha menenangkan, ia sebenarnya ikut merasa sedih karna dia juga ibu kandungnya sendiri, sebagai seorang kakak ia harus tetap kuat di depan adiknya "Ibu juga ngak ngeliat kondisi nya saat ngedonor jantung buat gue"Bantah Riki dengan mata yang memerah

"Lihat kondisi Lo sekarang Ki!"Kini nada bicara Reka sedikit meninggi

"Gue pengen nyusul mama"Tangan nya menyibak selimut dan mencabut selang infus di tangannya

"Ki Lo gak Boleh gegabah Ki"

Meski di tahan tapi tenaganya cukup kuat untuk mendorong Reka, larinya sedikit tergopoh-gopoh namun masih bisa berlari kuat

_ _ _ _

"Aaaaa" teriakan histeris berakhir tangis dengan diiringi angin yang cukup kencang seakan mengetahui isi hati Riki sekarang

Jasad nya kini sudah terkubur dan menyisakan batu nisan bertuliskan 'Mentari adiwarna bin Adam' batu nisan itu di usap pelan oleh Riki

"Kenapa mama secepat itu pulang?, Bukannya mama tau aku sangat merindukan mama, bahkan aku menunggu kedatangan mama saat aku masihh mengidap penyakit jantung"Hati nya semakin meringis, sesak Yang ia rasa di dada

Retak(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang