6#Dosen Sialan

3.2K 402 22
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Demi apapun Haruto benar-benar malas bergerak dari kasur nya, meski tidak terlalu lelah saat melayani pelanggan nya semalam.

Dia takut juga tidak tahu harus menjawab apa ketika di tanya-tanya nanti.

Kenapa belum mengerjakan bab ini? Kenapa belum mengetikkan satu baris pun? Kenapa tidak di lakukan lebih dulu sebelum bertemu seseorang? Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Haruto pusing, dia mengusak rambutnya membuat penampilan sang empunya semakin kacau.

Ini diluar prediksi nya, apalagi sang dosen tiba-tiba memajukan jadwal temu bimbingan nya menjadi besok.

Tidak kah itu terlalu kejam baginya? Dia bahkan belum menyentuh laptop nya setelah pulang dari kampus, lalu hari ini dia akan bimbingan?

"Arrghhh! Dosen sialan!" Umpat Haruto sembari memukul udara melampiaskan rasa kesalnya.

Kemudian dia melirik ke arah jam di atas nakas.

10:50.

Matanya terbuka lebar bahkan hampir keluar jika saja tidak dia tahan menggunakan tangannya.

"Anjing! Anjing! ANJING GUE TELAT!"

Dia segera berlari ke kamar mandi, dalam satu waktu dia lakukan: sabunan, shampoan, sikat gigi juga cuci muka.

Tak sampai lima menit dia telah selesai, kembali berlari ke arah lemari besar di sana untuk mencari kaos juga celana kain.

Pakaian sederhana yang nyaman di pakai jika sedang terburu-buru, Haruto lekas turun menuju basemen begitu melihat jam di pergelangan tangannya.

Waktunya tersisa lima menit sebelum bimbingan di mulai.

Bisa kah dia sampai di kampus dalam waktu lima menit? Jawabannya adalah, tidak. Dia telat sepuluh menit, bahkan mengabaikan panggilan Dongpyo di lorong sana.

"HARUTO!"

"CERITANYA ENTAR AJA, GUE BIMBINGAN DULU!" Teriaknya tak kalah keras.

"Hah? Cepat banget, perasaan gue masih minggu depan dia malah hari ini?" Gumam Dongpyo bingung.

Kembali pada Haruto yang langkah nya semakin lebar saat melihat papan ruangan di atas sana, tempat dimana dosen nya berada.

Tok!

Tok!

Tok!

"Masuk."

Setelah di izinkan, Haruto masuk ke dalam sembari mengatur nafasnya yang memburu karena berlari-lari terus sedari di apartemen.

Sejatinya merasa sangat bersalah karena lalai dalam waktu juga menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa tingkat akhir yang baik.

"Maaf, Pak. Saya terlambat, tadi macet." Kilahnya. Tapi respon Jeongwoo hanya dehaman saja, menyuruhnya duduk menggunakan bahasa tubuh.

Perlahan Haruto duduk di kursi depan meja kerja itu, dia menyerahkan kertas absen kemudian membuka laptop nya.

Mengambil nafas panjang sejenak, dia membuangnya pelan seraya memasang senyum terbaik nya hari ini.

"Bisa kita mulai?" Tanya Jeongwoo ketika melihat Haruto yang terlihat linglung di depan laptop nya sendiri. Jeongwoo tebak, Haruto belum mengerjakan apa-apa di dalam sana.

Lantas dia menumpuhkan dagunya pada kedua tangannya, menatap Haruto yang bergumam tidak jelas seperti orang gila.

Dia akui Haruto tak kalah cantik saat tidak menggunakan make up, terlebih bibir plum itu yang akhir-akhir ini menggangu pikirannya.

Bagaimana rasanya? Kenapa tidak boleh mencicipinya padahal sudah membayar dengan harga setinggi itu? Apa Haruto alergi dengan ciuman?

Pertanyaan yang muncul di benakhingga membuatnya melamun, tak mendegar apa yang di ucapkan Haruto padanya.

Dia sibuk memperhatikan hal yang tak seharusnya.

.
.
.

Gue bilang apa ini anjir? Semalam gue di sana itu interview kerja, makanya gak sempat ngerjain karena pulang nya lama. Gitu kali ya? Tapi kan Pak Jeongwoo gak kepo ya kayak tuh bu ibu. Haruto berbicara pada dirinya sendiri dalam hati.

Kemudian, dia memilih memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya bahwa dia belum mengerjakan apa-apa.

Oke, baik lah. Pertama, tarik nafas yang panjang lalu hembuskan perlahan. Kedua, jangan lupa tersenyum kecil agar terlihat sopan dan merasa bersalah.

"Hm... Maaf Pak, saya belum ngerjain apa-apa semalam karena harus kerja." Haruto menatap manik itu mencoba meyakinkan, tapi malah sang dosen terlihat melamun.

"Pak?" Jeongwoo masih diam, entah menatap apa Haruto tidak tau.

"Pak Jeongwoo?"

"Pak!?" Bahkan memanggilnya dengan sedikit menaikkan satu oktaf suara pun sang dosen masih diam.

Lantas, Haruto berinisiatif untuk menyadarkan Dosennya dengan sedikit guncangan pada tangannya.

"Pak Jeongwoo!?"

"Oh! Ya? Kenapa?" Akhirnya Jeongwoo tersadar dari lamunan, dia mengusap hidung nya menghilangkan rasa gugup karena tertangkap basah(?)

Goblog da sia mah! umpat Haruto dalam hati.

Gimana tidak kesal? Dia kesulitan memikirkan alasan apa yang akan di sampaikan agar di terima dengan baik, tapi yang bersangkutan malah asik melamun.

Dengan kesabaran yang sangat tebal, Haruto mengulang kembali apa yang ingin dia sampaikan.

"Saya minta maaf, Pak. Saya belum ngerjain apa-apa semalam karena sedang interview untuk kerja, jika di izinkan dan Bapak berkenan saya bisa mengerjakan nya di sini sekarang."

Kurang sopan apalagi bahasa yang Haruto gunakan? Jarang-jarang dia mau ngomong formal sama dosen, tapi kalau sama Jeongwoo dia memang selalu ngomong formal sih jika dapat kelasnya.

"Yasudah, kamu bisa pulang. Kita bimbingan kembali Selasa depan, hari ini absennya gak saya tanda tangani karena kamu belum siap apa-apa untuk di berikan pada saya." Balas Jeongwoo sembari memakai kacamata nya.

Rasanya Haruto ingin berteriak sekencang mungkin di dekat telinga sang dosen, tapi apa daya dia tidak berani.

Jadi dia hanya mampu menjerit dalam hati memaki pria di depan nya dengan segala binatang yang ada, dengan senyum terpaksa yang terulas di wajahnya.

Haruto rasa, Dosennya ini mulai menunjuk kan sifat yang sangat ingin Haruto hindari. Apa Jeongwoo sengaja mempermainkan nya? Atau pria itu sebenarnya memang tipe pria yang menyebalkan?

Haruskah dia mengeluarkan kartu As nya? Membeberkan video syur mereka ke base kampus.

Sepertinya akan menarik.

.

.

.

Tbc

Entar pas puasa, update apa gak usah ya?

Terimakasih sudah singgah membaca♡

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang