12#Memuakkan

2.5K 393 24
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Haruto berdiri di pinggir jalan raya, tangannya bergerak memanggil taksi yang lewat berharap ada yang berhenti di depan nya.

Namun mobil hitam pekat dengan plat nomor 28 berhenti tepat di depan nya membuat keningnya menyerngit heran, siapa orang tersebut.

Pintu pengemudi di buka, Jeongwoo segera keluar dari mobilnya menghampiri Haruto yang memutar malas bola matanya sembari berdecih.

"Apa sopan pergi tanpa berpamitan?" Tanya Jeongwoo begitu berdiri tidak jauh dari Haruto berada. Dia menatap tajam sang empunya yang terlihat tidak peduli.

"Kalau Bapak cuma mau ceramah, mending Bapak pergi aja atau kembali ke dalam. Saya lagi gak butuh nasehat apa-apa hari ini, permisi." Pamit Haruto dengan sedikit kesopanan yang tersisa.

Tapi lengan nya di tahan dan di cengkram begitu kuat oleh Jeongwoo, "Masuk." Titah Jeongwoo sembari membuka pintu penumpang.

Dia tidak akan membiarkan Haruto pulang seorang diri dalam kondisi seperti ini, bisa-bisa anak itu memukul sopir taksi yang membuatnya semakin kesal.

"Gak perlu! Makasih." Sentak Haruto dengan keras hingga cengkraman itu terlepas, dia kembali melangkah sebelum lengan nya di tarik dan di masukkan secara paksa ke dalam mobil sang empunya.

Dia terus membuka dan memukul kaca mobil sepanjang jalan menuju tempat yang Haruto tidak tau akan di bawa kemana.

Bukan kah adegan ini seperti penculikan anak di bawah umur?

"Berhenti memukul kaca itu, Haruto. Tanganmu bisa sakit," sebelah tangannya menahan lengan Haruto untuk berhenti memukuli kaca mobilnya.

Pandangan nya masih lurus ke depan fokus pada jalan raya yang telihat mulai sepi, dia memasuki distrik perumahan mewah tempatnya tinggal bersama sang Ayah.

Karena tidak tau dimana alamat apartemen lelaki cantik itu, jadi Jeongwoo memutuskan membawa Haruto ke rumahnya saja.

"Lepas!"

"Jangan bertingkah." Ujar Jeongwoo memperingati Haruto yang terdiam melihat mobil yang di tumpangi nya memasuki area bagasi yang pintu nya terbuka secara otomatis.

Bahkan saat keduanya masuk ke dalam rumah mewah itu yang di sambut oleh maid senior di sana, Haruto masih bungkam ketika tangannya di genggam untuk di bawa ke dalam kamar sang empunya.

Haruto tak habis pikir, jika memang sekaya ini kenapa Jeongwoo memutuskan menjadi seorang dosen yang bayaran nya saja tidak sebesar itu di bandingkan menjadi pewaris?

Jeongwoo melepaskan jas yang membalut tubuhnya, dia menggulung lengan kemeja hitam itu sembari melangkah ke arah balkon.

"Kamu bisa tidur di sini malam ini, saya gak bisa antar kamu pulang karena setelah ini saya ada keperluan lain." Kata Jeongwoo sembari memantik sigaretnya.

Haruto bersedekap dada menatap tajam ke arah sang dosen, dia harus bekerja!

"Bapak pikir saya mau?" Tantang Haruto.

Jeongwoo membalik tubuhnya menghadap Haruto yang nampak masih marah, dia terkekeh pelan setelah menghembus kan asap begitu banyak dari mulutnya.

"Harus."

"Dih, apaan!" Walau terkesan kurang ajar, tapi Haruto tidak peduli. Dia benar-benar menghilangkan sopan santunnya kepada sang dosen hari ini.

"Kenapa kamu menolak menikah dengan saya?" Tanya Jeongwoo dengan lembut, dia menggapai salah satu jemari Haruto. Membawa sang empunya untuk menikmati semilir angin di balkon.

Haruto tak menolak, dia juga tidak tau kenapa. Tapi saat kedua netra mereka bertemu Haruto hanya diam dan tak berontak.

"Jangan macam-macam ya, Pak!" Kesal Haruto saat tangan Jeongwoo bergerak memeluk pinggang nya dari belakang sana.

"Saya gak macam-macam, cuma satu macam padahal." Jawab Jeongwoo sembari menghembus kan asap sigaretnya pada wajah Haruto hingga lelaki itu terbatuk-batuk.

"Saya mau kamu, Ruby."

.
.
.

Jeongwoo meninggalkan Haruto seorang diri di kamarnya, dia meminta maid senior keluarga nya itu agar mengurus Haruto sampai ia tiba kembali.

Ada hal yang harus dia lakukan malam ini, tujuan nya adalah ke Sky Garden' untuk bertemu pemilik club tersebut.

Kini dia sudah duduk di salah satu ruangan tempat pertemuan yang biasa di sewakan, di depan nya sudah ada Mommy yang sibuk menelpon Ruby ingin menanyakan kapan lelaki cantik itu akan tiba.

Sebab sang VVIP sudah berada di sini terlebih dahulu di banding Ruby.

"Okey, langsung ke intinya saja. I want Ruby to stop working here."

Kalimatnya membuat Mommy membelalakkan matanya, dia tidak bisa begitu saja memecat Ruby. Lelaki itu adalah salah satu aset berharga nya di sini, mana mungkin semudah itu melepaskan nya.

Apalagi sosoknya sudah sangat terkenal bahkan sampai pada kalangan kelas manapun di negeri ini, jika Ruby berhenti maka seperempat dari pendapatan di sini akan berkurang.

"Why don't you want something else? Bukan kah selama ini anda hanya selalu ingin Elena? Why do you want Ruby all of a sudden, Mr. Justin?" Selama menjalani karir nya sebagai pemilik club ternama, dia merasa heran akan sikap klien nya yang satu ini. Pria itu terlihat sangat terobsesi pada sosok Ruby setelah satu kali pertemuan.

Mungkin banyaknya dari mereka yang pernah menjadi teman ranjang Ruby juga melakukan hal yang sama, tapi lain halnya dengan klien VVIP satu ini yang begitu berminat hingga membayar berkali lipat.

Padahal sebelum nya, ketika dia menawarkan orang lain pria itu tidak pernah mau selain Elena. Tapi lihat kini, pria di depan nya malah menginginkan Ruby melebihi gila seseorang yang berada di rumah sakit jiwa.

"Hanya ingin." Balasnya dengan enteng.

Mommy tercengang di tempatnya, sulit sekali menebak pikiran pria di depan nya ini. Mommy pikir selama ini seorang VVIP bernama Justin sudah jatuh pada sosok Elena, tapi rupanya dia salah.

Ruby mungkin telah menggoyahkan hati pria itu.

"Maaf, Tuan. Tapi tidak semudah itu saya akan melepaskan Ruby, terlebih dia adalah salah satu pemain ternama di tempat ini." Tolak Mommy dengan halus agar lawan bicara nya tidak tersinggung.

"Pecat atau ku tutup tempat ini!" Ujar Jeongwoo dengan penuh penekanan, matanya menatap tajam pada wanita di depan nya.

Haruto harus segera berhenti dari tempat memuakkan ini sebelum orangtuanya tau, dia juga tidak mau Ayahnya tau bahwa calon yang akan menjadi pendamping nya seorang jalang kelas atas.

.

.

.

Tbc

Yuhuuu, double up yg klean tunggu nich.

Jan lupa votment ges
Terimakasih sudah singgah membaca♡~

Terimakasih sudah singgah membaca

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang