17#Keciduk

2.8K 404 61
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

"Astaga!!"

Suara itu menyadarkan kedua anak Adam di sana, Haruto mendorong tubuh Jeongwoo dan turun dari meja. Merapikan penampilan nya yang semakin berantakan, wajah panik Haruto bertolak belakang dengan sang Dosen yang terlihat santai.

"Mama...?"

Jeongwoo membungkuk sedikit menyapa Nyonya Watanabe yang terlihat syok di tempatnya melihat anak kesayangannya sedang bercumbu dengan calon suaminya.

Sebelum nya Nyonya Watanabe--Mama Haruto, mencari anaknya ke apartemen. Namun yang di temukan hanya lah kesunyian saja di sana, dia menelpon Dongpyo menanyakan keberadaan kesayangannya siapa tau lelaki itu bersamanya.

Dongpyo bilang Haruto ada di apartemennya, semalam menginap dan Nyonya Watanabe mengangguk paham. Meminta di antarkan ke tempat anaknya berada dan Dongpyo menyetujui sebab dia pun ingin kembali mengambil sesuatu.

Namun saat keduanya tiba, siapa sangka momen yang tak pernah keduanya bayangkan akan terlihat di depan mata secara langsung.

"Selamat siang, Mama."

Mata Haruto mendelik tajam menatap sang dosen, itu Mamanya bukan Mamanya Jeongwoo.

"Itu Mama saya, Pak." Sahut Haruto ketus, dia tidak mau berbagi Mamanya dengan orang lain. Terlebih bersama Jeongwoo, tidak mau!

Nyonya Watanabe tersenyum simpul, apakah benar itu anaknya yang telah menolak mentah-mentah di jodohkan? Lihat lah, bahkan keduanya sudah melakukan hal intim di apartemen seseorang tanpa malu.

Jeongwoo menggaruk tengkuknya, padahal Nyonya Watanabe sendiri yang menyuruh memanggil beliau dengan sebutan Mama.

"Haru, gak boleh gitu ah sama calon sendiri. Jeongwoo, setelah ini kamu gak ada jadwal kan?" Jeongwoo mengangguk pelan masih dengan posisi yang sama melipat tangannya di depan.

"Bagus! Kita ke butik sekarang," ujar wanita itu. Kalau sudah seperti ini, lebih baik di percepat saja. Haruto boleh saja berkata tidak mau, tapi naluri tubuhnya mengatakan iya.

Lantas Nyonya Watanabe menelpon suaminya, menyuruh pria itu mengabari Tuan Park untuk segera menyiapkan segala keperluan untuk penikahan kedua anak mereka.

Hatinya berbunga-bunga padahal bukan dia yang akan menikah.

"Hanya pastikan Haruto tidak berubah pikiran sebelum acara berlangsung," ujar Jihoon di sebrang sana yang baru saja selesai makan siang.

"Tentu! Tuan Park, saya rasa lebih cepat lebih baik daripada terus menunda."

"Ya."

Adakah yang lebih membahagiakan dari ini? Jihoon rasa tidak ada, dia tidak menyangka bahwa calon mantunya selabil itu.

Kemudian, pria paruh baya dengan setelan jas formalnya melangkah kembali ruangan kerjanya. Dia memberitahu pada sang sekretaris untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk pernikahan anaknya Minggu depan.

Pertunangan tidak perlu, karena kalau terlalu lama Haruto bisa saja berubah pikiran dan itu tidak baik untuk kedua belah pihak.

Dia harus merayakan hal ini nanti sepulang nya bersama Jeongwoo, anak itu benar-benar di luar prediksinya dalam menaklukkan si sulung Watanabe.

"Good job, my son!"

.
.
.

Aduh, ini kalau gue kabur aja bisa gak sih. Gak nyaman banget huweee~

Haruto membantin ketika mencoba berbagai pakaian untuk pernikahan nya, Mamanya bilang dia harus tampil semaksimal mungkin jika bisa dia harus menjadi yang paling bersinar ketika berada di atas altar.

Mamanya memang selalu perfeksionis mengenai pakaian, tidak suka hal yang sederhana. Wanita itu menyukai segala hal yang berbau mewah tapi tidak lebay.

Sudah kelima kalinya dia berganti tuxedo, tapi pilihan Mamanya jatuh pada warna putih. Kalau tau begitu, untuk apa memakai berbagai warna kalau ujung-ujungnya juga warna netral yang di pilih!

"Gimana Jeo, bagus kan pilihan Mama?" raut wajah berserih Nyonya Watanabe membuat pegawai di sana turut senang. Antusiasme wanita itu membangkitkan hormon dopamine setiap orang yang melihat.

"Ya, anak anda selalu bagus mengenakan apa saja."

Cih! Gombal, gerutu Haruto dalam hati. Tapi bahkan wajahnya berbanding terbalik dengan hatinya, pipinya memerah merona di sana tanpa ada yang sadar.

Drrtt!!

Drrtt!!

Ponsel Nyonya Watanabe berdering di atas meja ketika dia sibuk memperhatikan si sulung, tangannya bergerak cepat mengambil benda pipih itu dan menempel kan di telinga.

"Jadi gak? Kita udah ngumpul semua loh, Jeng."

Wanita itu menepuk keningnya, dia lupa ada arisan yang harus dia datangi hari ini. Saking bahagianya dia sampai melupakan hal penting itu, "Wait, sedang dalam perjalanan."

"Okey,"

Matanya menatap Haruto dan Jeongwoo bergantian, bagaimana dai bisa menggambar perasaan ini kepada dunia.

"Jeongwo," panggil nya.

Jeongwoo segera mendekat begitu namanya di panggil, "Iya, Ma?"

"Tolong antar Haru ya, Mama ada janji arisan sekarang jadi gak bisa anterin Haru pulang. Bisa?" pintanya dengan wajah memelas, dia benar-benar tidak bisa membiarkan Haruto pulang seorang diri.

Anggukkan kepala dia berikan pada calon mertuanya, Nyonya Watanabe lega bukan main karena menantunya bisa di andalkan.

"Terimakasih, Haru Mama pergi dulu ya. Langsung pulang! Jangan keluyuran kemana-mana," peringat nya. Karena dia sangat tau perangai anaknya yang bebal ini, jika hanya ucapan saja akan masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

Setelah wanita itu berlalu dari butik, Jeongwoo ikut berpamitan pada pemilik butik langganan Mama Haruto. Keduanya akan pulang bersama seperti yang di inginkan Nyonya Watanabe.

Sebagai seorang dominan Jeongwoo membukakan pintu mobil dan menaruh tangannya di atas agar kepala Haruto tidak terbentur, dia segera berlari kecil untuk masuk ke kursi pengemudi.

Keduanya pulang dengan suasana hening, tidak ada yang saling berbicara satu sama lain karena di landa gugup masing-masing.

Haruto yang berada pada pemikiran mengenai dirinya sendiri, bagaimana dengan kuliahnya dan kehidupan selanjutnya.

Sedangkan Jeongwoo termenung memikirkan cara menyusun kalimat yang tepat agar tidak menyakiti perasaan Elena ketika tahu dirinya akan menikahi teman kerja wanita itu.

Padahal Jeongwoo bukan tipe suka mengingkari janji terlebih memberikan sebuah harapan pada lawan jenisnya, tapi secara tiba-tiba Haruto datang dan mengacaukan segalanya.

Lelaki cantik itu berhasil menembus pertahanan yang telah lama dia buat, sentuhannya mampu membuat Jeongwoo menggila dalam semalam.

Menginginkan sosoknya hanya untuk dirinya saja, ingin menyimpan nya untuk diri sendiri dan menyembunyikan nya dari dunia.

.

.

.

TBC

Aku tau kamu pasti baca cerita ini kan? Yaudah baca aja, aku cinta kamu.

Target vote 150 comment 50 biar update nya cepat.

Terimakasih sudah singgah membaca♡

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang