Happy Reading
.
.
.
.Tinggi badan, suara, bibir, bitemark, itu cukup membuat Jeongwoo yakin sosok di depan nya adalah Ruby.
Jangan pikir hanya Haruto saja yang merekam semuanya, Jeongwoo juga. Dia yang pertama melakukan nya ketika tau sosok Ruby bukan lah seseorang yang ingin melakukan hubungan badan dengan orang itu dua kali.
Jadi, dia tidak boleh melewatkan kesempatan kan? Meski wajahnya sulit di tebak karena make up yang tebal, bukan berarti suara bisa di ubah kan?
Mudah menebaknya, bitemark itu sengaja Jeongwoo berikan pada posisi yang hanya dia tau tempat dan bagaimana bentuknya.
J.
Huruf bitemark yang dia buat hanya pada leher jenjang Ruby. Jangan lupa cat kuku berwarna hitam di jemari Haruto.
Sebut saja Haruto bodoh karena lupa untuk menutupi lehernya juga mengganti cat kuku nya menjadi biru.
"Kamu yakin mau ambil judul ini?" Tanya Jeongwoo dengan penuh keraguan pada judul skripsi yang di ambil Haruto.
Dampak di balik topeng kupu-kupu biru pada remaja.
Bukan kah itu terlalu jelas bahwa Haruto mengatakan dia akan menceritakan tentang bagaimana dampak hidupnya pada remaja sekitar(?)
"Yakin, Pak!" Balasnya dengan tegas. Haruto sangat yakin mengambil judul itu, dia berpikir cukup panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadikan profesi nya sebagai judul skripsi.
Jeongwoo menimang begitu lama, dia membuka perlahan lembar demi lembar dan membacanya.
"Saya sih gak masalah kalau kamu bisa menjabarkan dengan baik isinya di depan tim komisi nanti, karena judul ini sedikit sensitif."
Siapa yang tidak tau si kupu-kupu Ruby di kalangan remaja? Mereka sering membahas persoalan harga dan service apa yang akan mereka dapatkan jika berani menyewa seseorang bernama Ruby pada club ternama di kota ini.
Sebab rumor yang beredar adalah seorang Ruby di gambar kan sebagai sosok yang sangat cantik dan mampu melumpuhkan lawan mainnya dalam setengah jam.
Tubuhnya yang molek nan indah sudah menjadi rahasia umum di kalangan remaja, karena hanya orang terpilih yang bisa menyewanya.
Maksudnya adalah, orang berduit.
Kemudian kepala Haruto mengangguk pelan, dia paham dan tau kok.
"Kalau begitu beritahu saya apa manfaat dan tujuan dari skripsi ini." Pinta Jeongwoo pada Haruto yang segera menatap laptop di depan nya.
Perlahan dia mengambil nafas dan membuangnya, menjelaskan dengan lugas tanpa hambatan.
Meski begitu tetap saja tidak membuat wajah datar Jeongwoo berubah, setidaknya dia ingin sedikit ada pujian atau apalah yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri Haruto.
"Hm, bagus. Hari ini bimbingan selesai, kita ketemu lagi minggu depan." Ujar Jeongwoo seraya menandatangi absen yang di bawa oleh Haruto.
.
.
."Gitu doang?" Kepala Haruto mengangguk pelan sembari menyeruput es nya.
Dia kini berada di taman dekat kampus dengan Dongpyo yang sedang menonton video syur Haruto bersama Pak Jeongwoo.
"Gue pikir bakalan banyak di revisi sama Pak Jeongwoo, ternyata di iyain doang? Wahh..." Dongpyo iri, berbeda dengan dospem nya yang malah mencoret kertasnya begitu besar menggunakan pulpen bertinta merah.
"Bentar deh." Sela Dongpyo saat Haruto hendak menjawabnya.
Tangannya bergerak mengusap leher Haruto yang terdapat bitemark berbentuk J.
"Pak Jeongwoo gak ngeliat ini kan, Ru?" Mata Haruto mengerjap ketika pertanyaan itu lolos begitu saja.
Dia membuka ponselnya dan mencari kamera, mengarahkan kamera nya pada leher. Matanya membola sempurna melihat cetakan bitemark itu.
Kepalanya berpaling dengan pelan menatap horor sosok di sampingnya, "Gak mungkin, dia gak mungkin ingat..." Bisa gawat kalau dosen nya itu ingat.
Di sisi lain, Jeongwoo sedang melamun di kantor nya memikirkan kembali soal Ruby.
Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel di meja nya, membuka galeri dan mencari video berdurasi tiga jam itu di dalam sana.
Dia kembali menonton video yang menampilkan dirinya dan sosok Ruby sedang bercinta begitu panasnya.
Tanpa terasa dia menggigit bibir nya ketika adegan demi adegan muncul membuat suasana semakin panas padahal AC jelas-jelas menyala.
Dia melepaskan satu kancing di kemeja hitamnya ketika bulir keringat mulai muncul, membasahi kening juga lehernya.
Jemarinya bergerak memperbesar wajah cantik bertopeng di sana, memperlihatkan bagaimana bibir yang belum di terjamah siapapun terbuka lebar mendesah kan namanya.
Bagaimana tubuh molek sang empunya terguncang oleh sodokannya di belakang sana, kemudian tangan nya yang terbebas segera membuka restleting celana kain yang di gunakan.
Menarik rudal yang telah menegang minta di hangat kan, Jeongwoo mengocok miliknya sendiri sembari menonton wajah cantik bertopeng di dalam ponselnya.
Sesekali kepalanya mendongak membayangkan sosok Ruby di hadapan nya, dia menggeram pelan ketika pelepasan nya sampai.
Menutup ponselnya agar kegiatan tidak senonoh itu tidak berlanjut.
"Haruto..."
Rasanya Haruto ingin menangis jika benar, apa skripsi nya akan jadi taruhan?
"Lo jangan bikin gue sawan, bangsat!" Matanya bahkan sudah berair.
Dongpyo memutar malas bola matanya, temannya ini sepertinya ketularan dramatisnya.
Lalu, dia menoyor kepala itu sedikit lebih keras untuk menyadarkan Haruto.
"Ngapain lo takut bajing! Kan lo punya videonya! Bisa di sebar lah kalau tuh dosen macem-macemin skripsi lo." Tegur Dongpyo.
Ah, Haruto lupa satu hal itu.
"Oh iya, hehe." Haruto kembali senyum, dia sedikit lega tapi masih kepikiran.
Apa itu yang membuat tadi dosen nya melihat dia segitu intensnya? Tapi kalau di lihat dari jauh seperti sebuah tatto yang berantakan berwarna ungu membentuk huruf J.
Minggu depan dia akan memastikan sendiri apa sang dosen tau dirinya seorang Ruby atau bukan, namun harapannya semoga saja tidak.
"Oh ya, Ru. Entar malam kalau lo gak ada pelanggan mending temanin gue ke gramedia, gue mau cari buku." Ujar Dongpyo sembari merapikan tumpukan kertasnya di atas meja.
Kepala Haruto mengangguk pelan, dia juga berencana mencari buku untuk referensi skripsi dia.
"Okelah, tapi jemput gue ya. Males bawa mobil."
"Njink!" Umpat nya, bukan malas bawa mobil melainkan tidak mau bensin mobilnya berkurang.
.
.
.
Tbc
Lanjut apa kagak nih?
Kalo iya, votment ya gesTerimakasih sudah singgah membaca♡
KAMU SEDANG MEMBACA
One Billion
FanficWatanabe Haruto, mahasiswa tingkat akhir yang masih mencoba mempertahankan image baiknya di depan teman kampus juga para dosen. Namun kejadian malam itu membuatnya harus ekstra hati-hati dalam bersikap dan bertindak, di karenakan Dospem nya yang kur...