22#Never ending

2.6K 402 87
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Pagi yang cerah untuk dua sejoli yang masih bergelung dalam selimut tanpa enggan melepaskan pelukan itu satu sama lain.

Haruto yang terlalu malas untuk sekedar membuka matanya dan Jeongwoo yang tak ingin meninggalkan calon nya itu pergi bekerja, dia masih ingin memeluk Haruto selama yang dia mau.

Pukul delapan lewat lima belas menit tak kunjung membuat Jeongwoo bersiap-siap mengajar di kampus, sebelum seseorang datang dan menyuruh keduanya sarapan.

Siapa lagi jika bukan Nyonya Watanabe, dia berkunjung ingin melihat anak dan calon mantunya di apartemen ini.

Pemandangan indah di sana membuat wanita paruh bayah itu senang bukan main, merasa malu dengan keadaan keduanya padahal bukan dia yang melakukan.

Ya, keduanya tidur dalam keadaan tidak memakai baju satu sama lain. Alasannya karena Jeongwoo tidak mau berbuat lebih dari sekedar bermain dengan tubuh bagian atas Haruto saja.

Dia akan menahan dirinya sampai pernikahan nanti, meski sulit tapi dia berhasil mengatasi nya.

Bercak keunguan di dada dan perut Haruto hasil perbuatan Jeongwoo semalam, dan kemerahan di leher Jeongwoo adalah bekas gigitan Haruto.

"Sayang, bangun." Jeongwoo menepuk pelan pipi Haruto membangunkan sang empunya.

Sedangkan Haruto menggeliat kecil, tanpa membuka matanya dia memajukan bibirnya dan di sambut oleh Jeongwoo.

Hanya kecupan, tidak lebih.

"Gendong~" rengeknya.

Pertama, Jeongwoo meregangkan tubuhnya lebih dulu kemudian membantu Haruto duduk dan segera menggendong nya ke kamar mandi.

Air keran di nyalakan, seperti seorang pangeran yang harus di layani. Jeongwoo dengan telaten membasuh wajah Haruto sembari membantunya menggosok gigi.

Setelah selesai dengan Haruto, dia beralih mengurus dirinya sendiri yang di saksikan oleh seseorang di sampingnya.

"Kak Jeo ganteng banget, tapi sayang... Punya orang," sindirnya dengan wajah memelas menatap Jeongwoo dari samping.

Telinga Jeongwoo tentu berfungsi dengan baik, selesai membasuh wajahnya dia mengambil handuk dan mengelap wajahnya menggunakan itu.

"Ru," tegurnya. Dia tahu maksud lelaki itu, ini masih terlalu pagi untuk berdebat perihal semalam. Dia harus menjaga mood nya agar tidak menggangu kinerja nya dalam bekerja.

"Apa sih Kak Jeo, natapnya gitu banget. Kan Haru juga orang," celetuknya dengan santai. Dia turun dari wastafel dan langsung memeluk sang dosen karena air muka pria itu terlihat tidak suka akan ucapannya.

"Padahal kamu sendiri yang gak mau bahas soal itu loh," heran nya. Karena semalam Haruto tidak mau melanjutkan pembicaraan mereka mengenai hal tersebut, sekarang lelaki itu malah menyindirnya.

"Masih kesel aja, siapa suruh jadi manusia sok superior. Padahal gak harus pake nama Kak Jeo sebagai Ayahnya Airin, Haru masih gak terima! Kak Jeo cuma punya Haru..."

"Kak Jeo suaminya Haru, Kak Jeo Daddynya Haru, Kak Jeo sayangnya Haru, Kak Jeo cintanya Haru bukan orang lain." Imbuhnya.

Helaan nafas panjang nya sebagai tanda seberapa sabar nya dia menghadapi tingkah kekanakan Haruto yang kian hari semakin menjadi.

Sikapnya benar-benar bertolak belakang dengan sebelum-sebelumnya, dia merasa kewalahan menghadapi Haruto yang sekarang.

"Maaf," hanya itu yang bisa Jeongwoo katakan.

.
.
.

Prang!!

Suara kaca yang retak akibat ulah seorang wanita karena merasa marah dan kecewa sebab cintanya di khianati.

Padahal pria di depannya pernah mengatakan dan meyakinkan dirinya bahwa akan tetap memilihnya meski sudah mengetahui perasaan yang di miliki sang empunya pada lelaki itu.

Elena memecahkan cermin nya dengan melempar botol parfum jutaan itu, dia menatap nanar sosok pria yang memegang surat undangan pernikahan nya dengan salah satu mantan karyawan di sini.

Dia pikir kedatangan pria itu malam ini karena merindukan nya, ingin kembali berbincang mengenai masa depan yang sempat mereka rencanakan.

Tapi apa ini? Surat undangan bertuliskan nama sang empunya dengan seseorang yang tidak dia sangka, teman terdekat nya di sini.

"Lalu bagaimana dengan Airin? Dia butuh sosok Ibu dan Ayah di sisinya, anda tau itu!" suaranya bergetar menahan tangis yang ingin tumpah. Dadanya terasa sesak di dalam sana seolah akan meledak dalam waktu singkat.

"Iya, saya tau Elena. Kita masih bisa mengurus Airin seperti biasanya, bertingkah seolah kita masih bersama tanpa membuatnya curiga. Oke? Saya benar-benar tulus meminta maaf," ujarnya dengan tenang.

Tidak ingin memancing emosi wanita itu semakin tinggi daripada ini, dia cukup tau diri karena sudah menghancurkan harapan Elena.

Bersikap egois tanpa memikirkan perasaan wanita itu yang telah menunggu nya di sini, sedangkan dia asik menikmati waktu bersama Haruto.

Lantas, Elena mengangguk pelan. Dia akan mencoba sebisanya bertahan demi sang anak yang menginginkan keluarga lengkap, "Hm, oke. Kalau gitu peluk,"

"Maaf..." Ucap Jeongwoo sembari membawa Elena masuk ke dalam dekapannya. Mengusap punggung sempit itu dengan pelan, membisikkan kata maaf berulang kali.

Di sisi lain Haruto mendecih di tempatnya dia berdiri, dia datang kembali ke tempat ini karena ingin memberikan langsung surat undangan pernikahan nya pada Mommy.

Tapi lihat lah apa yang dia temukan, sepasang mantan kekasih sedang melakukan reuni dan tengah berpelukan erat seolah tidak ingin berpisah.

Apa semesta mencoba memperlihatkan bahwa dialah penjahat nya disini?

"Bener kata Dongpyo, gak seharusnya gue percaya gitu aja sama nih Dosen." monolog nya.

Langkahnya dia bawa menuju parkiran, menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana sesegera mungkin sebelum merusak moment kedua nya di dalam sana.

Melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata, sesekali dia akan menyalakan klakson jika ada yang menghalangi jalannya.

"Son of a bitch! I hate you, Park Bastard!"

Oke, baiklah. Itu sangat menyilaukan tuan, tolong berkendara lah dengan hati-hati. Atau kau akan mengalami hal yang tak diinginkan malam ini, tidak lucu sama sekali.

Dan bantingan setir adalah yang terakhir Haruto ingat ketika pedal rem mobilnya tidak berfungsi.

.

.

.

TBC

Gue tegaskan sekali lagi sama lo ya, kalau lo gak suka sama cerita ini mending jauh² deh dari akun gue. Ada peringatan MATURE CONTENT di situ biar lo bisa mikir lagi mau baca cerita ini apa gak, kalau emang gak sesuai selera lo atau menurut lo keterlaluan bisa di SKIP ya ba**ng**sat.

Dua kali loh di laporin wkwk, semangat deh.

Terimakasih sudah singgah membaca♡

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang