Happy Reading
.
.
.
."Tumben tuh muka cerah banget, biasanya mendung mulu."
Cibiran dari mulut Dongpyo tak di hiraukan Haruto, selesai mengoleskan lipbalm pada bibir plum nya dia berbalik memeluk temannya.
Hari ini dia ingin menghabiskan waktunya lagi bersama Jeongwoo, semalam pria itu mengatakan ingin mengajaknya makan malam jika dia berkenan.
Tentu Haruto menyetujui, tidak mungkin menolak seperti sebelumnya.
"Lo kenapa deh, Ru? Jangan bikin gue sawan," dia mengatakan itu bukan tanpa sebab. Sejatinya merasa aneh akan sikap temannya yang tiba-tiba seperti ini, mungkin di hari lain dia bisa memaklumi karena mungkin transferan yang di dapat melebihi target.
Tapi Haruto sudah berhenti dari tempat itu.
"Gue seneng banget! Gue rasa gak ada yang perlu di khawatirin lagi sama masa depan gue nanti..." jeda nya. Dia melepaskan pelukan itu, menatap Dongpyo penuh akan rasa yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
"... Karena yang gue rasakan, menjadi pendamping hidupnya Pak Jeongwoo bukan hal yang buruk dan patut di khawatirkan. Gue tau menurut lo ini terlalu cepat, tapi gue beneran udah jatuh cinta sama Pak Jeongwoo. Gue mau Pak Jeongwoo jadi suami gue," lanjut nya.
Dongpyo terperanga di tempatnya setelah mendengar kalimat itu terucap dari belah bibir Haruto dengan enteng nya, kemana perginya sosok yang selalu menolak pria yang akan di jodohkan dengannya.
"Dan lo tau, semalam gue sengaja buat gak bawa hp biar fotonya pake hp Pak Jeongwoo aja. Karena apa? Biar dia bisa lihat wajah gue tiap harinya!" Seru Haruto sembari membuang tubuhnya ke atas kasur.
Pikirannya kembali menerawang moment semalam yang terjadi di antara keduanya, setelah lelah bermain Jeongwoo mengantar Haruto pulang kembali ke apartemen.
Tak lupa, cumbuan yang Haruto minta di kabulkan sang dosen hingga dia merasa puas. Bahkan jika Jeongwoo meminta dirinya hari ini, Haruto dengan suka rela memberi nya. Toh, mereka juga akan menikah beberapa hari lagi.
"Okey-okey, sudahi imajinasi liarmu itu bestie. Mari kita kerjakan skripsi yang tertunda," jelas Dongpyo harus menghentikan Haruto.
Wajah lelaki itu telihat memerah apalagi Haruto sepertinya sedang membayangkan hal-hal yang bisa dia tebak, jadi daripada membiarkan imajinasi itu membuat sang empunya larut.
Lebih baik dia menghentikan nya sekarang, Haruto bisa melanjutkan nya jika skripsi nya sudah selesai.
"Tapi lo dukung kan kalau gue sama Pak Jeongwoo?"
Jemarinya berhenti menari di atas keyboard, Dongpyo menatap Haruto yang telihat menunggu jawabannya.
Kepala nya mengangguk pelan dengan senyum, dia akan selalu mendukung apapun yang di lakukan temannya itu sekalipun itu hal yang negatif.
"Iya, Haru. Apapun yang buat lo merasa senang, gue dukung. Kecuali lo mau bunuh diri gak akan gue dukung," ujarnya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Billion
FanfictionWatanabe Haruto, mahasiswa tingkat akhir yang masih mencoba mempertahankan image baiknya di depan teman kampus juga para dosen. Namun kejadian malam itu membuatnya harus ekstra hati-hati dalam bersikap dan bertindak, di karenakan Dospem nya yang kur...