10#Teman Memang Begitu

2.5K 387 48
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Karena hari ini Haruto tidak ada aktivitas yang mewajibkan nya ke kampus, jadilah dia datang ke Sky Garden' untuk sekedar istirahat tapi malah dapat kata-kata mutiara yang menyegarkan telinga.

"Selesai makan malam kamu bisa ke sini, Ruby. Gak ada alasan lagi ya, Mommy udah janji loh sama Mr. Justin kalau hari ini kamu harus bisa." Peringat Mommy pada Haruto.

Sedangkan sang empunya malah sibuk menginvasi lubang hidungnya yang di rasa gatal, dia mencari sesuatu di dalam sana untuk di keluarkan.

"Balikin aja sih, Mom." Balas Haruto begitu enteng, setelah mendapat kan apa yang dia cari 'sesuatu' itu langsung dia buang ke sembarang arah.

Mommy mengusap wajahnya, berdebat dengan Ruby tidak akan menghasilkan apapun terlebih lelaki cantik itu mengatakan malam ini meminta libur karena harus menghadiri makan malam bersama keluarga nya.

Di sini, Mommy tidak pernah melarang anak-anak nya jika ada keperluan di luar sana. Seperti Haruto yang sering meminta izin setiap minggunya.

Karena bayaran lelaki itu tinggi, jadi Mommy tidak terlalu mempermasalahkan nya kecuali satu hal yaitu pembatalan yang di inginkan sang empunya.

"Ini bukan perkara mengembalikan uang nya, mengertilah. Lagian, tidak ada salahnya kan kalau kalian bertemu lagi?" Bujuk Mommy.

Wanita itu hanya tidak ingin Justin benar-benar menutup usahanya yang sudah berdiri selama 10 tahun begitu saja, mau di kemana kan semua anak-anak nya yang telah bergantung hidup di tempat ini?

"Gak, Mom. Suruh Elena ajalah, kan dia udah bestiean tuh sama Mr. Justin." Sarannya, dia benar-benar tidak mau lagi jika harus bertemu. Bagaimana jika di pertemuan kedua ini identitas nya terbongkar? Itu akan merepotkan.

"Kalau dia mau juga udah Mommy kasih ke Elena, tapi kan dia maunya kamu bukan orang lain. Ruby, sekali ini aja ya? Mommy gak mau tempat ini di tutup, please..." Pinta Mommy, dia bahkan harus memohon seperti ini padahal selama 10 tahun tak pernah melakukan nya jika bukan karena sosok di depannya kini.

Mendengus keras, Haruto membantu Mommy berdiri. Dia tidak mau di katain durhaka terhadap orang yang lebih tua, lantas kepalanya mengangguk pelan.

Sudah puluhan kali dia mendengar Mommy mengatakan tempat ini akan di tutup jika dia terus menolak, dalam hatinya dia mengumpati pria itu.

"Hm, Ruby mau. Mommy bisa kasih aku uangnya nanti malam, sisanya biar aku yang urus sendiri Mommy gak perlu ikut campur."

.
.
.

"Si bangsat! Gue lagi boker ngapain lo ngajakin video call!!" umpat Dongpyo di sebrang sana, di dalam video itu dirinya sedang mengejan dan disaksikan oleh temannya. Siapa lagi jika bukan, Haruto.

"Lagian kenapa juga lo angkat kalau emang urgent!" balas nya tak kalah sewot.

"Kata lo penting! Makanya gue angkat bajingan!" Memang benar jika sedang panggilan alam tidak boleh di ganggu, beginilah hasilnya. Semua kalimat indah keluar dari belah bibir.

Ini sudah pukul enam sore, Dongpyo yang baru saja pulang dari cafe langsung menuju ke kamar mandi karena perutnya terasa berputar di dalam sana.

Dia tidak tau makanan apa yang di sajikan oleh sang pemilik cafe untuk dia cicipi dan itu membuat lambungnya bermasalah sekarang.

"Ya emang penting, kenapa sih lo marah-marah mulu. Sensian banget," sewot Haruto sembari membuka lemari untuk mencari pakaian yang akan di gunakan.

Pukul delapan nanti dia akan di jemput oleh orangtuanya untuk pertemuan yang sama, bertemu dengan seseorang. Sebenarnya Haruto kadang merasa seperti di jual oleh Mamanya kepada om-om, tapi pada orang yang sama.

Seolah Mamanya sangat terobsesi dengan pria tua itu dengan menumbalkan dirinya sebagai umpan dan juga Papanya setuju, tidak ada pembelaan darinya.

"Hahhh... Lega..."

"DONGPYO BANGSAT!!" teriak Haruto ketika Dongpyo memperlihatkan ta**i yang mengambang di dalam kloset padanya. Dari layar saja aromanya tercium apalagi jika berada di tkp langsung.

"Mwuehehehe, kena lo." ejeknya. Kemudian sang empunya membasuh kotoran tadi sebelum keluar dari toilet.

Dia melangkah ke dapur untuk mengambil minuman dan cemilan, malam ini dia akan bersantai ria karena telah mengerjakan satu bab skripsi nya.

Di dalam layar ponselnya Haruto nampak masih mual-mual, dia tidak peduli yang penting perutnya sudah lega.

"Jadi hal penting apa yang lo maksud? Kalau lo bilang si oci melarikan diri itu gak penting ya! Udah pasti tuh anak lo lagi cari janda di komplek sebelah." jelasnya. Oci yang di maksud itu adalah kucing kesayangan Haruto yang sudah tinggal selama lima tahun sebelum Haruto memutuskan untuk pindah ke apartemen sewaan.

Karena memiliki trust issue pada hal penting yang di tujukan Haruto, jadi dia harus selalu memastikan bahwa hal itu benar-benar penting.

"Malam ini gue mau ketemuan lagi, di suruh Mama. Katanya sih masih muda gitu dan bukan orang yang sama, jadi menurut lo gue harus dandan apa gak? Biar first impression dia ke gue bagus." ujar Haruto sembari memilah baju dan celana yang senada sesuai permintaan sang Mama.

"Please ya, Ru. Lo mau ketemuan bukan mau ngelonte anjing! Ngapain dandan? Pikirin deh, gimana kalau ternyata orang yang di maksud sama Mama lo itu salah satu pelanggan lo di Sky Garden'? Apa jadinya coba, masa pelanggan ku adalah calon suamiku? Dih! Dah kayak sinetron aja hidup lo!"

Itu adalah kalimat yang sedikit pedas, tapi Haruto tidak masalah. Mulut temannya itu memang tidak pernah ada remnya, selalu los tanpa hambatan.

Lantas, Haruto kembali berpikir. Tapi menggunakan make up tipis-tipis tidak akan membuatnya menjadi sosok Ruby kan.

Lagipula, jika benar mereka pernah bertemu di Sky Garden' pun orang itu tidak akan tau siapa dirinya. Karena, ketika Haruto sedang dalam mode Ruby penampilan nya benar-benar berubah persis seorang jalang kelas atas.

Dan jika tanpa make up, Haruto hanya terlihat seperti mahasiswa yang polos seolah tidak tahu dunia malam seperti apa.

"Jadi gak usah nih? Masa polosan sih, gue kan harus kelihatan cakep biar gak di kira gembel sama staff nya entar."

Membawa cemilan yang dia ambil dari kulkas, Dongpyo kembali melangkah ke arah sofa sembari berujar, "Senyaman nya lo aja deh ya, gue gak bisa ngasih saran soalnya gak di bayar."

"300ribu! Gimana? Polosan apa tipis-tipis? Cepat!"

"Deal! Tipis-tipis!"

.

.

.

TBC


Hiatus/jangan?

Terimakasih sudah singgah membaca♡

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang