8#Lama Tak Bertemu

3K 423 33
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

"Daddy!!!"

Pekikan dari suara seorang anak kecil yang baru saja keluar dari tempat sekolah dasar ternama di kota itu mengalihkan pandangan Jeongwoo yang semula fokus pada ponselnya.

Kini menatap dengan senyum mengembang dan sambutan pelukan hangat untuk si kecil, anak itu adalah anak Elena.

Namanya, Airin.

Gadis kecil berusia lima tahun yang baru menginjak kelas satu sekolah dasar.

Saat pertama kali Jeongwoo mengetahui bahwa Elena mempunyai seorang anak, kisah di balik itu membuat Jeongwoo menjadi iba akan sosok Elena juga Airin.

Anak kecil yang tumbuh tanpa seorang Ayah di hidupnya, Jeongwoo mengajukan diri untuk membiayai seluruh pendidikan Airin sampai gadis kecil itu tau caranya menjadi wanita mandiri.

Sumpah yang telah dia ucapkan malam itu pada Elena, membuat cara pandangnya berubah yang semula hanya kasian menjadi rasa yang tak pernah dia bayangkan.

Hari ini Jeongwoo mengatakan pada Elena bahwa dia yang akan menjemput sekolah Airin, karena dia juga rindu pada gadis kecil itu.

"How was your school today, little girl?" Jeongwoo mengecup singkat pipi gembul yang memerah itu, wajahnya persis seperti ibunya.

Lesung pipit menambah kesan manis di wajah putih berseri milik Airin, di tambah bulu mata lentik juga hidung mancung.

Jeongwoo tidak tau siapa Ayah dari gadis kecil itu, tapi perpaduan antara Elena dan pria itu sangat pas.

"Airin dapat nilai 95!" Airin menjawab dengan lantang pertanyaan Daddy-nya ketika Jeongwoo menggendong tubuh kecilnya, mengambil kertas untuk melihat pelajaran apa yang mendapatkan nilai setinggi itu.

Rupanya, tentang tata krama kepada yang lebih tua.

"Waw! That's great, baby." Pujinya.

"Want to eat or go home?"

"Eat!" Balas Airin dengan semangat.

Jeongwoo menurunkan gadis kecil itu untuk masuk kedalam mobil, tak lupa ia juga memasang kan seatbelt untuk keselamatan berkendara.

Meninggalkan sekolah dasar favorit itu menuju cafe terdekat sebelum pulang ke rumah bertemu sang Ibu.

"Kalian berdua kapan lulusnya? Udah 22 tahun loh, apa gak kelamaan?"

Haruto dan Dongpyo saling menatap satu sama lain, keduanya berada di salah satu cafe untuk melakukan interview.

Sebenarnya Haruto hanya menemani Dongpyo saja melakukan penelitian di sini mengenai judul skripsi nya, tapi tidak di sangka dia juga kena semprot oleh pemilik cafe tersebut.

"Iya nih, Bu. Soalnya kita sibuk cari duda, jadi gak fokus kuliah." Balas Dongpyo dengan wajah tidak sukanya.

Sidang aja belum, gimana mau lulus. Di kira kita yang punya kampus kali. Jawab Haruto dalam hati.

Wanita di depan keduanya tertawa kecil menanggapi jawaban Dongpyo yang di rasa lucu, dia tau lelaki cerewet di depannya itu hanya bercanda tidak serius.

Dan kenapa hanya Dongpyo saja? Karena untuk apa Haruto melakukan penelitian jika sumbernya ada padanya langsung.

"Kalian nih, ada-ada aja." Kata Pemilik Cafe tersebut.

.
.
.

Jeongwoo dan Airin sudah tiba di salah satu cafe langganannya dulu, dia memesan dessert untuknya dan steak untuk si kecil.

Sembari menunggu makanan tiba, sesekali Jeongwoo akan menanggapi pertanyaan dan ocehan dari Airin mengenai beberapa hal.

"Tugasnya di kumpulkan Minggu depan, Dad. Bisa bantu aku menyelesaikan nya?"

Temanya mengenai sosok seorang ayah di mata anak, disuruh menceritakan bagaimana kehidupan sang Ayah di rumah.

Karena selama ini hanya tau Ayahnya adalah Park Jeongwoo, jadi dia tidak segan meminta pria itu membantunya menyelesaikan tugas harian.

"Of course, Daddy will help you."

Jeongwoo merasa seperti dialah Ayah sesungguhnya dari si gadis kecil Airin, tak pernah keberatan jika di mintai tolong oleh anak itu.

Sebagai Ibu dari Airin, Elena sangat berterima kasih pada pria yang saat ini tengah makan bersama anaknya. Diam-diam Elena mengikuti kemana Jeongwoo dan Airin pergi sebelum pulang.

Bukan dia posesif, hanya saja dia merindukan seorang Justin yang dua hari ini tidak datang berkunjung menemui nya.

Perasaan bahagia yang membuncah ketika melihat interaksi anaknya dan pria yang dia cintai begitu dekat, seolah mereka benar-benar sepasang anak dan Ayah.

Bahkan saat ini wanita itu berandai-andai bagaimana jika mereka benar-benar akan menjadi keluarga yang bahagia nantinya.

Apalagi Justin yang dia kenal adalah sosok pria yang bertanggung jawab serta mapan, tidak akan kekurangan jika hidup bersama pria itu di kemudian hari.

"Park Jeongwoo?"

Seorang wanita paruh bayah datang menyapa nya, Jeongwoo lekas bangkit dan sedikit membungkuk sebagai rasa hormatnya pada yang lebih tua.

"Hey, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu." Ucap wanita paruh baya itu sembari menepuk pelan lengan sang empunya.

"Ah, saya rasa sudah cukup lama. Kabar saya juga baik, bagaimana dengan anda?" Berbasa-basi, sebenarnya itu bukan gaya Jeongwoo sekali. Tapi dia tetap melakukan nya karena tidak mau di anggap sombong.

Wanita itu tertawa di balik telapak tangan nya yang lentik, "Tentu saja sangat baik, apa Papamu masih di sini?" Tanya nya pelan.

Jeongwoo mengangguk sembari tersenyum simpul, "Masih, anda tau beliau sibuk mengekspor barangnya ke pasar China dan Jepang."

"Bagus kalau begitu! Bagaimana jika kita makan malam bersama? Aku akan membawa anakku untuk ikut, siapa tau kalian bisa saling mengenal satu sama lain." Untuk kalimat yang terakhir dia berbisik pada Jeongwoo.

Memberi kode bahwa makan malam kali ini akan menyenangkan karena tidak hanya pertemuan orang tua, tapi juga sebagai batu loncatan kedua anak mereka saling mengenal.

Mungkin akan ada perjodohan (?)

"Tentu, Nona Watanabe. Saya jadi tidak sabar bertemu anak anda."

.

.

.

TBC

Hai hai hai?
Apakah kalian masih bernafas?

Terimakasih sudah singgah membaca♡

One BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang