Sejak tadi Chenle terus memandangi Ningning yang membersihkan bekas muntahannya, terbesit keinginan dalam dirinya untuk selalu sakit agar alasan itu bisa dijadikan untuk tetap menetap disini sementara waktu.
"Kamu aneh! natap aku terus!" protesnya sewot.
"Kalau aku nabrakin diri di jalan kamu bakal jagain aku lagi gak?"
"KAMU GILA!" teriaknya kesal.
"Aku pengen sakit terus"
"Jangan gila kamu, gak ada manusia yang pengen sakit"
"Aku" jawabnya.
"Kamu sepertinya butuh rumah sakit, aku akan telfon Renjun dia bisa bawa kamu kesana"
"ENGGAK! GAK BOLEH!!" panik, Chenle langsung berdiri tapi terjatuh karna kakinya masih lemas tak bisa menopang tubuhnya, dengan cepat ia merangkak ke arah Ningning.
Matanya menatap tajam pada gadis itu seakan marah kalau menelfon Renjun sepupunya.
"Jangan hubungi Renjun!" tegasnya.
"Kamu kenapa sih, dia bisa bawa kamu berobat ke rumah sakit, kamu aneh tau gak!"
Chenle menarik tangan Ningning tiba tiba menggenggam pergelangannya dengan erat dan terus menggumamkan beberapa kata "jangan hubungi Renjun, aku gak mau, jangan hubungi Renjun, jangan hubungi Renjun" kalimat itu terus di ucapkan berulang ulang oleh Chenle dan genggaman di pergelangan tangannya semakin erat hingga menimbulkan rasa sakit yang membuatnya meringis.
"Oke oke, kamu tenang dulu, tenang dulu, aku gak akan hubungi Renjun oke, tenang ya.. tenang"
Perlahan genggaman di pergelangan tangannya mengendur hingga terlepas, lelaki di depannya ini aneh, seperti mengalami gangguan kejiwaan, tapi hal itu belum bisa di pastikan karna hari harinya di campus normal menurut Ningning.
"Kamu bisa bangkit?"
Chenle menggeleng.
"Mau aku bantu?" tawarnya.
Wajahnya tersenyum mendengar tawaran Ningning, ia letakkan lengan Chenle pada pundaknya memapah lelaki itu kembali ke kasur, benar benar berat baginya karna tenaga laki laki berbeda dengan perempuan, ia duduk sebentar di sebelah Chenle lalu meraba keningnya.
"Udah mulai turun panasnya"
"Enggak! aku masih sakit!" ucapnya ngeyel.
"Iya... masih sakit, udah mendingan panasnya turun"
"Masih sakit!!" kekeuhnya.
"Terserah kamu deh, aku capek berdebat terus"
Setelahnya Ningning meninggalkan Chenle di kamarnya sendiri, bekas muntahan tadi telah ia bersihkan dari sana, rasanya berat kembali ke kamar dengan orang asing, tapi sepertinya Chenle betah di dekatnya berlama lama hingga tak mau pulang.
"Aduh lupa, buburnya"
Ia bergegas menata bubur ke piring agar lelaki asing itu segera makan.
"Suapin"
"Hah?"
"Suapin, aku gak mau makan sendiri"
Lagi lagi Ningning geleng geleng kepala melihat kelakuannya, ia mengambil alih sendok dan piring bubur, menyuapi Chenle dengan perlahan.
"Makan, biar cepat sembuh"
"Gak mau!" tolaknya.
Kalimat cepat sembuh kelihatannya tidak disukai Lelaki ini, kesabarannya benar benar di uji sekarang hingga membuatnya menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Obsesi)
FanfictionKetika seseorang mengikuti dari terbit fajar hingga fajar keesokan harinya terbit lagi.