Pagi harinya, tentu lengan Ningning sebelah menjadi kebas bukan main karna di timpa oleh lelaki itu, bukan salah Chenle tapi salahnya yang sengaja melakukannya, kekasihnya belum sepenuhnya pergi dari apartemen itu, mungkin karna Chenle sakit jadi istirahatnya sedikit lebih panjang dari biasanya.
"Masih tidur ternyata" gumamnya.
Jemarinya mengurut lengannya yang sedikit pegal, setelah merasa lebih baik ia turun dari ranjang menuju dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Chenle, pagi harinya begitu di sibukkan kali ini karna akan kembali ke kehidupan biasanya, dengan cepat Ningning menyiapkan segalanya untuk Chenle, mulai dari makanan, obat, bahkan pakaian hari ini yang akan lelaki itu kenakan, tidak biasanya memang tapi untuk terakhir kali menurutnya tidak apa apa.
Tak ada yang perlu ia persiapkan untuk keluar dari sana, hanya membawa barang yang ia bawa kemarin, meskipun Chenle mengatakan dirinya yang akan pergi tapi Ningning tau diri siapa pemilik apartemen ini, satu koper telah ia siapkan dan terisi penuh barangnya, ia bersiap untuk mandi lalu setelahnya pergi.
Entah apa yang dilalui Chenle dalam mimpinya hingga lelaki itu belum terbangun, masih betah memeluk guling yang biasa ia pakai, sesekali lelaki itu bergerak berbalik tapi belum terbangun, lipstik di bibirnya ia oleskan, di tatapnya wajahnya dari cermin dan Chenle yang masih tertidur pulas di ranjang ia menghela nafas berat, lalu memasukkan lipstik ke dalam tas kecilnya.
"Aku pergi" pamitnya sambil menatap Chenle "kok sedih" gumamnya "perasaanku kayaknya berubah, tapi kalau perasaanmu tak lagi sama seperti sebelumnya aku bisa apa, kamu yang minta putus jadi hubungan kita memang sampai disini mungkin, jaga dirimu baik baik"
Ia mendekat memberikan kecupan ringan di kening, pipi dan berakhir kecupan di bibir lelaki itu, Ningning tersenyum membelai pipi Chenle dengan lembut setelahnya ia beranjak keluar dari kamar pelan dengan koper yang ia bawa.
Pukul 12.00 Chenle terbangun, ia mengucek mata mengumpulkan nyawanya yang masih entah dimana, matanya menatap kesekeliling, sepi tak ada apapun disini.
"Ning..." panggilnya dengan suara sedikit serak, tapi tak ada sahutan "Ning..." panggilnya untuk kedua kalinya, tapi penglihatannya berhenti menatap meja rias kosong membuat matanya melotot, ia segera turun dari ranjang berlari keluar kamar menuju dapur.
"Kosong" gumamnya.
Tapi meja makan terisi penuh dengan makanan, ia kembali ke kamar mencari ponselnya, benar saja ada satu pesan dari gadis itu.
"Kalau udah bangun jangan lari lari, makan dulu, semuanya ada di atas meja, bersihkan lukamu setelahnya kalau masih sakit minum obat jangan manja aku gak bisa manjain kamu lagi, mandiri lagi setelah ini seperti sebelum bertemu denganku.
Tentang apartemen, itu milikmu aku gak bisa terima begitu saja, jadi aku yang pergi dari sana, tadi malam kakakmu datang mencarimu bicaralah dengannya sebelum ia kembali ke luar negeri, jaga dirimu baik baik"Chenle melempar ponselnya ke atas tempat tidur karna kesal, kenapa harus kesal dengan pilihan Ningning, dirinya yang meminta putus tapi marah ketika gadis itu pergi.
Ketika ingin makan, sedikit terasa sepi, jadi ia kembali menghubungi gadis itu melalui panggilan video, tentu saja Ningning mengangkatnya.
"Sudah bangun?" tanyanya setelah terhubung.
Chenle menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya gadis itu.
"Temani aku makan, sepi gak ada kamu disini"
"Makanlah, aku temani"
Chenle memulai makannya dengan lahap, sesekali Ningning tersenyum melihat lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Obsesi)
FanfictionKetika seseorang mengikuti dari terbit fajar hingga fajar keesokan harinya terbit lagi.