09

899 94 8
                                    

Ketukan pintu terdengar saat Ningning masih mengelus rambut Chenle di pelukannya, tangannya menyingkirkan lengan Chenle dari pinggangnya perlahan lalu bangkit membukakan pintu menyuruh mereka masuk.

"Gimana Chenle?" tanya Haechan.

"Baik, tidurnya pulas"

"Risih gak?" tanya Renjun.

"Sedikit" jawabnya tersenyum sambil menatap Chenle.

"Kita duduk dulu ada yang mau dibicarakan" kata Renjun.

Ningning keluar dengan pelan takut membangunkan lelaki itu, di sofa tempat mereka berkumpul Renjun menceritakan semuanya pada Ningning tentang Chenle dan rencana mereka, Ningning sedikit terkejut Chenle pernah depresi dan kesehatan mentalnya terganggu, lelaki itu memang terlihat biasa saja di kehidupan sehari hari tapi sekarang Chenle terobsesi padanya.

"Gue takut nih" katanya.

"Sejauh ini dia gak nyakitin lo kan?" tanya Renjun.

"Enggak sih"

"Masih aman, kalau dia mulai nyakitin lo kasih tau kita" kata Jisung.

"Mau sampe kapan gue kek gini kalian buat? gue masih mau bantu atas dasar kemanusiaan, tapi jangan atur hidup gue"

"Kita faham kok Ning, kalo emang lo udah gak tahan lagi kasih tau kita ya" kata Renjun.

"Gue bisa ngerti kok, gue bakal usahain rawat dia sampai sembuh"

"Lo baik Ning, gak mau jadi pacar gue aja?" tanya Haechan.

Tangan Renjun langsung melayang menggeplak kepalanya.

"Punya adek gue" peringatnya dengan berbisik di samping lelaki itu.





"Bisa gak kalian jangan ambil Ningning dulu?" protesnya kesal.

Pertanyaan itu membuat semuanya menoleh pada sosok yang telah berdiri menatap tajam pada mereka.

"Loh! kok Chenle bangun lagi?" tanya Jisung yang kaget.

Ningning yang melihat Chenle kesal bangkit dari duduknya "udah ya jangan di ganggu dulu, kalau ada yang perlu nanti kita bahas" semuanya mengangguk mengerti.

"Ayo balik, aku gak akan keluar lagi" bisiknya sambil mendorong pelan badan lelaki itu menuju kamar tidur.








"Mereka tau gak sih aku capek kebangun terus" gerutunya lagi setelah duduk di atas ranjang.

"Iya iya... udah aku kasih tau kan tadi... jadi ayo tidur lagi, jangan marah marah"

Lengannya menarik tangan Chenle agar ikut berbaring di ranjang, lelaki itu menurut, masih sedikit kesal karna terus terusan di ganggu sejak tadi, tapi karna gadis itu memeluknya lagi jadi amarahnya meredam.

"Tetap di sebelahku" gumamnya.

"Iya..."

Ningning hanya menghela nafas, untung dia bisa sabar menghadapi sifat Chenle, bisa bisanya lelaki itu tau dirinya pergi, padahal tadi Chenle sangat pulas tertidur di pelukannya.



🐬🐬🐬



Sudah berminggu minggu Ningning menginap di apartemen Chenle, tak ada yang menakutkan dari lelaki itu hanya saja kadang tingkahnya yang manja dan possesif membuatnya sedikit lelah, kadang ia berfikir haruskah dirinya membantu karna Chenle yang hanya mendengarkannya, atau harusnya dirinya tidak peduli dengan masalah lelaki itu.

Tapi mengingat yang di katakan Renjun tentang kehidupan Chenle, ia menjadi sedikit kasihan dan ingin membantu, dibalik itu bantuan ini juga bukan hanya cuma cuma, Renjun membayarnya dengan harga fantastis, ia sedikit tergiur melihat angka yang masuk ke rekeningnya, tidak ingin munafik ia membutuhkannya untuk kelangsungan hidupnya nanti, jadi ini adalah simbiosis mutualisme, kalau saling menguntungkan kenapa enggak.

Mine (Obsesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang