Baru kali ini Chenle pulang ke aparatment Ningning dengan wajah sumringan, biasanya dulu lelaki itu selalu pulang dengan wajah babak belurnya yang membuat dirinya khawatir.
"Ada berita apa? senyum terus dari tadi?" tanyanya mencoba menggali sedikit kebahagiaan kekasihnya.
"Aku dan Papa baikan"
"Wahh... bagus dong... Mama kamu gimana?"
"Kalo itu jangan di tanya deh, kayaknya gak bakalan pernah" balasnya tersenyum tipis.
"Kenapa ngomong begitu"
"Ya... emang gitu kenyataannya, Papa dan Mama akan pisah dalam waktu dekat kayaknya, jadi gak ada peluang buat ambil hati Mama kayak Papa"
"Sabar ya..." tangannya mengelus pucuk kepala Chenle.
"Kamu bisa jadi Mamaku, aku sakit kamu selalu ada, aku lapar kamu masakin, aku tidur kamu temanin, aku dapat itu semua dari kamu, jangan tinggalin aku ya Ning"
Chenle memeluk kekasihnya itu dengan erat.
"Tapi aku cuma pacar bukan Mama kamu"
"Pacar rasa Mama" gumamnya yang membuat Ningning terkekeh.
"Kalau gitu aku nikah sama papa kamu aja kan, biar bisa jadi Mama kamu seutuhnya" usul Ningning.
Pelukannya di lepas, raut wajah Chenle berubah total yang membuat Ningning tertawa.
"Aku bercanda, jangan cemberut aku tinggal dulu mau ke dapur"
Tangannya menarik lengan Ningning agar kembali duduk "Gak usah ngapa ngapain hari ini ayo ke kamar, aku mau istirahat, temenin aku" pintanya yang langsung mendapat balasan anggukan dari Ningning.
Keduanya menuju ke dalam kamar dengan sesekali bercanda, Chenle yang menjahili sang kekasih dengan menggelitik pinggangnya lalu di balas oleh Ningning dengan hal serupa, lelaki itu benar benar bahagia, Mama yang membuatnya sedih seakan ia lupakan dengan cepat.
Keduanya berbaring di atas Ranjang, harusnya Chenle yang memeluk Ningning, tapi kali ini Ningning yang memeluk lelaki itu dengan tersenyum.
"Kiss" pinta Chenle sambil menyodorkna bibirnya.
Gadis itu mengecup bibirnya.
"Lagi" rengeknya.
"Udahlah.... kamu nih kumat lagi clingynya"
"Gak boleh ya?"
"Boleh... tapi jangan sekarang ya sayang, kamu lelah kan tidur dulu biar istirahat"
Chenle menganggukkan kepala, Ningning paling mengerti dirinya untuk saat ini, gadis itu menepuk nepuk pelan punggung Chenle menatap wajah kekasihnya dengan intens, mata lelaki itu tertutup perlahan hingga terdengar dengkuran halus.
"Kamu awalnya menakutkan, menyebalkan, egois, semua keburukan kamu borong, tapi kenapa sekarang aku jatuh cinta?"
Jemarinya mengelus pipi kekasihnya dengan perlahan, wajahnya mendekat mengecup bibir yang selalu ingin menciumnya.
"Kalau tidur begini terlihat seperti lelaki penurut" jemarinya berpindah dari pipi ke rambut Chenle "baik budi terus dan jangan punya masalah lagi, jangan sakit dan wajahmu yang tampan tidak boleh ada memar lagi, fahamkan!!"
Gadis itu berbicara sendiri, sudah jelas lelaki itu tak akan meresponnya karna sedang tertidur dengan pulas, ponselnya bergetar di atas meja sebelah tempat tidur, ada satu pesan masuk, dengan pelan lengan Chenle ia pindahkan dari pinggangnya agar dirinya terbebas sebentar, ada nomor baru yang tidak ia kenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Obsesi)
FanficKetika seseorang mengikuti dari terbit fajar hingga fajar keesokan harinya terbit lagi.