08

974 96 0
                                    

Renjun masuk bersama dokter ke kamar Chenle, tapi yang pertama kali di tanya olehnya adalah dimana Ningning?

"Di luar" jawab Renjun seadanya.

"Kenapa gak masuk?"

"Lagi marah katanya"

"Aku juga marah, dia gak mau ke mari" katanya tak mau kalah.

"Panggil kekasihnya" pinta dokter yang membuat Chenle tersenyum.

Mau tak mau Renjun kembali dari luar dengan Ningning.

"Duduk disini" katanya .menunjuk tempat di sebelah kirinya.

Posisi berbaringnya telah berganti, yang tadinya di sebelah kiri kini di sebelah kanan, menurut dokter telapak tangan sebelah kirinya mulai membaik, tapi yang sebelah kanan memburuk karna timbul nanah sebab infeksi.

"Nanahnya akan di keluarkan, tolong jangan dilihat kalau gak kuat"

"Aku gak mau lihat" ucapnya memohon pada Ningning.

"Tutup matanya"

Chenle menggeleng "peluk aku" pintanya.

Ningning mengangguk, lengannya membawa wajah Chenle bersembunyi dibagian lekukan lehernya, lengan kiri lelaki itu memeluk erat pinggangnya, sepertinya memang takut karna dokter bilang akan sedikit sakit karna luka yang menganga.

"Aaggkkhh!" geramnya di perpotongan leher Ningning.

Gadis itu hanya mengelus rambutnya untuk menenangkan, sesekali Ningning menutup matanya karna tidak tahan melihat nanah dan darah yang keluar tapi Chenle memeluk pinggangnya lebih kuat membuatnya tersentak lalu berusaha menenangkan lelaki itu.

"Sakit" keluhnya dengan suara kecil yang hanya didengar oleh gadis itu.

"Sabar, bentar lagi selesai lagi di bersihkan"

Chenle mengangguk lalu diam setelah dokter selesai dengan lukanya dan bersiap membalut lukanya.

"Mataku berat, ngantuk" rengeknya di perpotongan leher gadis itu.

"Tidur dulu, nanti aku bangunkan"

Ia mengira lelaki itu hanya ingin menutup matanya sebentar, tapi dirinya sadar ketika pundaknya memberat lelaki di pelukannya telah tertidur lelap, ia menahan bobot tubuh Chenle sementara karna dokter hampir selesai membalut luka ditangan Chenle.

"Selesai, perbannya sering di ganti biar gak infeksi, nanti obatnya saya resepkan"

"Terima kasih dokter" ucap Ningning.

"Sama sama, Chenle punya pacar yang baik, sabar sabar ya menghadapinya, dia sedikit nakal" nasihat dokter.

Renjun yang di tatap oleh Ningning hanya tersenyum, sepertinya semua orang mengetahui kondisi Chenle hanya dirinya orang baru di sini.











Dokter keluar di antar oleh Renjun, sementara Ningning membaringkan Chenle diranjangnya dan bergegas keluar juga dari kamar, Winter ingin bertanya tapi melihat keadaan Ningning yang diam aja ia urungkan.

"Kalau lelah bisa istirahat dulu Ning" timpal Jaemin.

"Chenle mungkin tidur lama, lo bisa istirahat sebelum dia bangun" kata Jeno ikut menambahi ucapan Jaemin.

Tapi tanpa di duga pintu kamar terbuka menampilkan Chenle dengan wajah berantakan keluar dari kamar, ia berjalan santai ke arah Ningning yang telah duduk di sofa, badannya ia jatuhkan tepat di sebelah gadis itu.

"Tidurku tidak nyenyak" keluhnya lalu lengannya masuk memeluk pinggang gadis itu.

Hal yang tiba tiba bagi mereka semua ketika berkumpul bersama di sofa, tingkah aneh dari Chenle mendapat pertanyaan di benak mereka masing masing, Ningning hanya diam membiarkan Chenle mengusak wajahnya di perpotongan lehernya, seperti bayi yang meminta sang ibu menidurkannya.

Mine (Obsesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang