Joy hanya bisa menangis mendengar cerita dari Renjun, Chenle tak lagi menganggapnya sebagai Kakak, dirinya menyesal meninggalkan Chenle dulu, ia kira anak itu akan mengerti posisinya ternyata bukannya mengerti Chenle malah menutup diri darinya sekarang.
"Kak maaf, gue gak bisa bujuk dia"
"Gak papa, nanti kakak cari cara lain buat ketemu Chenle"
"Susah buat kembali membuat Chenle percaya kak"
"Kakak tau, Chenle gak semudah itu percaya lagi pada orang yang merusak kepercayaannya, tapi kakak mau usaha sebelum balik"
"Semoga membuahkan hasil ya kak" katanya menyemangati.
Joy beberapa kali bertanya pada sang Papa Chenle tinggal dimana sekarang, tapi Suho tidak membuka mulut, bertanya pada Mama yang ada Chenle lagi lagi kena marah.
"Pa... beneran gak mau ngasih tau adek tinggal di apart yang mana sekarang?"
"Adek jangan di ganggu, udah cukup kemarin dia kena sama Mama"
"Di pukul lagi?" tanyanya, ia tak habis fikir apa yang ada di fikiran Mamanya dan apa yang ada di kepala Chenle, kenapa adiknya tidak melawan sejak dulu.
"Kapan sih Mama berubah"
"Jangan tanya Papa, Papa gak tau"
"Parah gak lukanya Pa?"
"Kayaknya lumayan, Papa kemarin lihat spreinya Chenle di kamar ada noda darah"
"Mama tuh kenapa gini sih.... joy gak suka Mama main kekerasan"
"Papa gak taulah gimana bilangnya"
"Bujuk Chenle dong Pa... makan malam di rumah mumpung Mama gak ada"
"Mama pergi?"
"Iya Pa, katanya ada penerbangan ke singapore"
"Nanti Papa coba ajak makan malam kemari, mana tau dia mau"
"Tolong ya Pa..." pintanya memelas.
"Papa usahain"
Chenle sebenarnya malas menanggapi pesan semacamnya dari Papa tirinya itu, tapi pesan itu mengatakan bahwa Mamanya sedang tidak ada, tak ada salahnya bertemu Joy sebentar, dirinya juga rindu sebenarnya tapi mengingat ia ditinggal pergi rasanya sakit.
Tapi kapan lagi bisa makan dengan keluarga meskipun bukan sepenuhnya keluarga, Chenle ingin merasakan itu juga, jadi tak ada salahnya dirinya datang memenuhi keinginan Joy.
Malamnya Chenle benar benar datang memenuhi keinginan Joy, sedikit di hati kecilnya masih merindukan sang Kakak, jadi ia putuskan untuk datang, baru saja ia tiba sambutan hangat dan senyuman dari sang Kakak begitu memenuhi dadanya, ini sangat hangat, hal seperti ini yang ia rindukan seperti dulu sebelum Joy di kirim keluar negeri oleh Mamanya.
"Malam ini keluarga kita berkumpul kembali" ujar Joy dengan senyum bahagianya.
"Makan yang banyak" seru Suho pada Chenle.
Tak ada pembicaraan special malam ini, hanya suara dentingan sendok sesekali yang terdengar, mereka bertiga menikmati makan malam layaknya keluarga tanpa ada keributan, Chenle suka hal seperti ini.
Tapi bukankah terlalu cepat menyimpulkan kebahagian Chenle di depan mata, selesai makan ketiganya masih duduk tanpa mengeluarkan pembicaraan.
"Adek apa kabar?" tanya Joy dengan hati hati.
"Baik"
Tak ada panggilan Kakak lagi keluar dari mulut Chenle, hal itu membuat Joy sedikit kecewa tapi tetap tersenyum karna baginya kehadiran Chenle lebih penting sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Obsesi)
FanfictionKetika seseorang mengikuti dari terbit fajar hingga fajar keesokan harinya terbit lagi.