Disinilah lelaki itu, di kantor tempat Papanya bekerja, ada hal yang perlu dirinya bicarakan dengan sang Papa sekarang.
"Mau ngomong apa?"
"Chenle mau keluar dari tanggung jawab Papa" ungkapnya awal tanpa langsung basa basi.
Pria yang tidak lagi muda itu menatap Chenle dengan sendu.
"Chenle tau pertengkaran dengan Mama kemarin buat Papa terpukul, mungkin Kakak bisa jadi satu satunya tanggung jawab Papa sekarang" tangannya meletakkan beberapa kartu kredit di atas meja di hadapan keduanya.
"Cuma Mama yang bertengkar denganmu, kenapa Papa kena imbas juga?" tanya Lelaki yang tak lagi muda tersebut.
"Biar Papa gak dimarahi sama Mama, pokok permasalahan di rumahkan aku, waktu kecil juga harusnya Papa gak usah cari Chenle dan bawa Chenle pulang ke rumah lagi, Mama udah buat keputusan terbaik waktu itu"
"Dengan membuangmu begitu?"
Tak ada emosi di antara keduanya dalam pembicaraan ini, Suho bukan orang yang tempramen dalam menghadapi segala hal, tapi kali ini sebenarnya ia ingin marah pada anaknya itu.
"Semua barang, apartemen dan pemberian apapun dari Papa sama Mama akan Chenle kembalikan, lagi pula Chenle udah dewasa sekarang bisa cari uang sendiri" ungkapnya dengan tegar meskipun sebenarnya dirinya bingung mau cari uang kemana nantinya.
"KAMU TETAP ANAK PAPA SAMPAI KAPAN PUN, KAMU INGAT ITU!"
Suara lantang itu membuat dadanya berdebar, sebelumnya Suho tak pernah ambil pusing dengan hubungan antara dirinya dengan Sang Mama, tapi mendengar kata kata itu keluar dari mulut lelaki itu, Suho peduli dengannya sejak dulu.
"Kamu boleh pergi, bawa semua kartu pemberian Papa, yang Mama berikan tinggalkan di sini akan Papa kembalikan nanti, gak perlu mengembalikan yang memang hakmu, Papa kasih kamu fasilitas supaya kamu hidup enak dari dulu, jangan dikembalikan barang atau apartement yang Papa hadiahkan untukmu"
"Chenle gak mau di kasihani, Papa terlalu bermurah hati untuk anak yang bukan darah daging Papa" ia menundukkan kepalanya setelah selesai menyampaikan yang menyangkut di hatinya.
Suho berdiri, lelaki itu berjalan meuju sesuatu dan berhenti di brankasnya, sesuatu ia keluarkan dari sana seperti nya berkas yang penting, ia berbalik menuju pada Chenle duduk kembali di tempatnya semula.
"Surat ini bukti kamu adalah tanggung jawab Papa"
Matanya menatap penuh dengan penasaran isi dari berkas itu.
"Baca dengan teliti"
Chenle yang penasaran dengan isinya langsung membuka isi berkas tersebut, matanya langsung melotot melihat isinya.
"Pa?"
"Baca lagi" perintah Suho.
Ternyata lelaki itu memperjuangkan dirinya, hak asuh sepenuhnya jatuh pada Suho, lelaki itu berhak sepenuhnya atas dirinya sekarang.
"Kenapa Papa ngelakuin ini, gimana dengan Mama?"
"Mungkin kita akan selesai" ucapnya yakin dengan penuh percaya diri.
"Pa...!! bukan ini maksud Chenle, Papa bisa hidup dengan Mama dan kakak seperti keluarga lainnya tanpa Chenle!!" serunya dengan sedikit lantang.
"Enggak kalau tanpa kamu Chenle" ujar Suho.
Ia menghela nafas, bukan dirinya tak senang di perjuangkan, tapi Chenle merasa tak pantas di perjuangkan seperti ini, apalagi Mamanya akan bercerai dengan Papanya sekarang.
"Bukan Papa yang minta cerai, tapi Mama" ucapnya dengan lirih.
"Maksud Papa?" tanyanya dengan bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Obsesi)
FanficKetika seseorang mengikuti dari terbit fajar hingga fajar keesokan harinya terbit lagi.