07

895 91 5
                                    

Winter
"Ayolah Ning... ada loh yang suka lo sampai segitunya, dia cuma butuh di jenguk gak minta macem macem"

Begitulah sebagian kira kira isi pesan dari Winter, Ningning hanya menghela nafas, bukannya gak mau ketemu Chenle tapi ada yang aneh dengan lelaki itu dan buat dirinya gak nyaman, tapi semua teman Chenle malah mendukungnya bahkan Renjun sendiri yang tau gimana kondisi keduanya ketika serumah minggu lalu, baru satu hari dirinya menyerah angkat tangan.

Winter
"Di coba dulu, aku temenin ya ketemu Chenle, kata abang dia gak mau makan, katanya makan gak bisa bikin lo balik Ning, ini serius hubungan kalian udah sejauh itu?"

Lagi lagi pesan Winter masuk karna tak mendapat balasan darinya, mau di jawab apa sekarang, bahkan ia juga bingung bagaimana cara menjelaskan hubungannya dengan Chenle, karna pertemuan juga gak jelas dan lebih tepatnya pertemuan awal yang buruk, dirinya di ikuti tanpa sepengetahuannya apakah bisa di jelaskan sebagai hubungan sekarang?

Ningning menyerah, dari pada menjelaskan pada Winter biarkan gadis itu sendiri yang menilai nanti hubungannya dengan Chenle.

"Jemput gue sekarang, kita kerumahnya"

Taukan seberapa girangnya Winter, tanpa berdandan gadis itu langsung lari keluar membawa kunci mobilnya menjemput Ningning.














"Cukup lo aja yang tau Win, yang lain jangan"

"Kenapa?"

"Gak pengen aja, gue males di cengcengin lagi"

"Lami pasti tau tuh, secara Jisung pasti cerita"

"Nanti gue kasih tau Jisung biar Lami di kasih tau jangan sampein ke yang lain"

"Gue sih terserah lo aja, kan lo yang jalanin hubungan sama Chenle"

"Gue gak punya hubungan apa apa sama dia Win...."

Winter hanya tersenyum menanggapi penolakan Ningning berkali kali, berat rasanya bertemu lelaki itu lagi, tapi apa boleh buat semuanya mengharapkan kedatangannya bahkan Renjun juga, lelaki itu sebelumnya membebaskannya dari Chenle sekarang kembali menariknya lagi.

Mobil Winter sudah memasuki kawasan apartemen Chenle, Ningning melirik sekilas bangunan megah di sebelahnya, memang berkali lipat beda dengan bangunan apartemen miliknya, jelas lelaki itu lebih kaya makanya bisa tinggal di apartemen mahal begini.

"Ayo turun"

Ningning hanya menganggukkan kepalanya mengikuti Winter keluar dari mobil, ia berjalan di belakang gadis itu sambil melihat lihat sekelilingnya, ia heran kenapa Chenle mau mau aja tinggal di apartemen miliknya kemarin toh apartemennya lebih bagus, bisa dibilang tempat tinggal Ningning sedikit kumuhlah jika di bandingkan dengan milik Chenle.

Sampai di depan unit milik Chenle, Winter memencet bell beberapa kali hingga pintu terbuka memperlihatkan wajah Haechan yang tersenyum menatap sang adik, tapi setelah tatapannya beralih pada Ningning ada tatapan bahagia atau rasa syukur atas kedatangan gadis itu.

"Gue fikir lo bakalan gak mau Ning kemari, Chenle pasti gak bakal nolak lagi, ayo masuk"

Tepat setelah Ningning masuk, senyuman di wajah beberapa lelaki itu muncul menatap Ningning, segitu pentingnya kah dirinya hadir di sini.

"Ning maaf ngelibatin lo lagi" kata Renjun menghapiri Ningning dengan wajah memelas.

"Ya mau gimana lagi, kalian semua neror gue" sindirnya.

"Maaf" ujar semuanya serentak.

"Yaudahlah... gak perlu minta maaf, jadi apa yang bisa gue bantu?"

"Bawa makanan dulu ke kamarnya ajak makan" jelas Renjun "lihat keadaannya lo lebih tau gimana cara handle Chenle"

Mine (Obsesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang