17

787 82 5
                                    

Chenle susah payah di bopong satpam ke unit tujuannya hingga sampai di depan pintu, dengan cepat Ningning membukakan pintu, ia syok begitu melihat keadaan mengenaskan Chenle, lagi lagi babak belur.

Satpam membopong Chenle sampai ke kamar Ningning atas permintaan gadis itu, Chenle meringkuk kesakitan dan merintih, melihat hal itu Ningning panik.

"Le... ini aku obatin ya... sakit banget ini" jemarinya mengelus lengan Chenle yang di penuhi cambukan.

"Iya sakit, Ning... jangan pergi ya... aku gak punya siapa siapa lagi sekarang"

"Mana yang sakit, mana yang sakit, bilang Chenle... jangan di tahan"

Air mata Chenle jatuh dan tumpah, Ningning yang melihat sang kekasih menangis ikut berbaring di sebelahnya lalu memeluknya, jemarinya menghapus air mata Chenle di pipi.

"Ning..."

"Iya... kenapa? ada yang sakit? aku obatin ya?"

"Dadaku kenapa sesak ya Ning.. ini gak pernah sesak sebelumnya"

Gadis itu mengarahkan tangannya tepat di bagian dada Chenle.

"Coba telentang ya" pintanya.

Lelaki itu menuruti perkataan kekasihnya, matanya menatap langit langit kamar hingga elusan telapak tangan Ningning di dadanya membuatnya menatap gadis di sebelahnya.

"Gimana? enakan gak?"

Chenle mengangguk lalu memejamkan matanya menikmati elusan sang kekasih di bagian dada, hatinya sedikit menghangat akan perlakuan spontan gadis itu.

"Kalau aku cari kerja menurutmu bagaimana?"

"Loh, kenapa mikirin kerjaan sih Le... kamu lagi babak belur"

"Kayaknya aku bakal balikin semua harta ini ke Papa Mama, setelahnya kamu"

"Aku" Ningning bangkit dari posisinya, gadis itu duduk menatap Chenle yang berbaring dengan serius.

"Aku gak akan bisa nahan kamu lagi seperti sekarang, aku sebenarnya lebih egois ingin memilikimu sepenuhnya, tapi sepertinya kita memang bukan ditakdirkan bersama"

Ia bungkam, didalam kepalanya Ningning terus bertanya tanya apa yang terjadi pada kekasihnya itu hingga jadi seperti ini, kemana Chenle yang egois dan teguh untuk memilikinya.

"Aku mau mengakui sesuatu"

"Apa?"

"Aku yang hampir membunuh Shotaro waktu itu"

"Jangan ngarang kamu"

Chenle tersenyum.

"Aku gak sebaik itu merelakanmu dengan orang lain Ningning, dari dulu aku menguntitmu, aku menyukaimu, aku menyingkirkan semua yang ada di sekitarmu, termasuk teman kencan butamu"

Lidah Ningning sedikit kelu, ingin menjawab perkataan Chenle tapi dirinya sedikit syok atas pengakuan lelaki itu.

"Semua yang mendekatimu aku buat sekarat, bukan kamu yang bawa sial, tapi aku yang tak rela mereka merebutmu, aku jahat kan?"

"Le... kamu kenapa?" tanyanya dengan nada kecil karna sedikit takut.

Chenle ingin meraih Jemari Ningning untuk di genggam, tapi gadis itu segera menjauh, Chenle lagi lagi tersenyum.

"Kamu mulai takut di dekatku, begini lebih baik kan Ning? aku sedikit belajar dari Mama bahwa yang aku inginkan tak akan pernah bisa aku miliki termasuk kamu, karna aku memang tak memiliki apa apa"

"Kamu kenapa sih? jangan buat aku khawatir" air matanya jatuh karna melihat Chenle yang berbeda dari biasanya.

"Ayo berpisah, kamu bebas sekarang dan bisa kembali ke kehidupanmu yang dulu, aku janji tak akan mengganggu lagi"

Mine (Obsesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang