Bab 17. Kembali Untuk Pergi

54 6 0
                                    

Setelah 3 hari kesenangan Enzy terpenuhi, akhirnya kami pulang juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah 3 hari kesenangan Enzy terpenuhi, akhirnya kami pulang juga. Namun, jelas Pak Guntur lantas memintaku datang dulu ke rumahnya di Kota Jakarta. Lelaki paruh baya itu benar-benar sudah kembali, dia menunggu kehadiran kami secepatnya tanpa bisa dibantah sebab Enzy sudah mengulur waktu sehari.

Aku pun memarkirkan mobil di depan rumah, tetapi sebelum turun, aku kembali melihat ke arah Enzy yang masih tampak kebingungan. Ya, kebingungan sebab aku belum mengatakan yang sebenarnya.

Aku merasa telah menanyai Enzy, begitupun keinginannya dalam hubungan kami. Untuk itu, mulai sekarang aku hanya ingin mendengar jawaban spontan Enzy saat keadaan benar-benar memisahkan kami.

"Zy ... aku cuma akan mengatakannya sekali hari ini dan untuk ke depannya, aku mencintaimu. Kau tahu itu?" tanyaku kepada Enzy sekaligus menekankan lagi.

"Aku tahu."

"Kalau begitu, kau harus mengingatnya bagaimana pun keadaan kita nanti."

Enzy malah mengernyit menanggapi perkataanku.

"Ucapan Kakak bikin aku takut, apa Kakak mau meninggalkanku?" tanya Enzy kemudian seraya menatapiku tanpa jeda.

"Kita masuk saja, papa pasti sudah menunggumu ...." Aku mengalihkan pembicaraan kami, membukakan pintu untuknya agar dia mengikuti langkahku yang mengajaknya masuk rumah.

Seakan belum mendapat jawaban yang diinginkan, Enzy terus saja menggoyangkan lenganku. Begitu pun raut wajah penasarannya.

"Kakak belum jawab pertanyaanku. Apa Kakak berencana mau meninggalkanku? Aku pikir pembahasan kita kemarin-kemarin sudah ada jawabannya. Kenapa Kakak mau mengungkitnya lagi?" tanya Enzy.

Aku hanya diam. Lebih tepatnya, aku dilema menjelaskan masalah kami. Sudah berkali-kali aku ingin membahas pernjanjianku dengan ayahnya, tapi tetap saja menemukan jalan buntu. Sekarang ini kami telah dihadapkan dengan masalahnya secara langsung, entah jawaban seperti apa yang akan diberikan Enzy. Aku hanya ingin mendengar kejujurannya.

"Papa?!" teriak Enzy saat melihat lelaki paruh baya yang berdiri tidak jauh dari hadapan kami. Dia lantas berlari kecil, lalu memeluk ayahnya drngan kemanjaan yang khas.

"Papa sungguh pulang, kata Kak Langit Papa pulangnya nanti."

"Pekerjaan papa selesai lebih cepat, Zy." Pak Guntur melepaskan pelukan Enzy. "Apa kau mau melihat apa yang papa bawa? Papa membeli banyak oleh-oleh untukmu."

"Sungguh?!"

"Lihatlah, kau akan menyukainya ...."

Tidak lama setelah berkata, para pelayan Pak Guntur membawakan beeberapa paper bag berukuran besar. Isinya tentu bukan barang kaleng-kaleng, Enzy mendapat tas mewah, dress, sepatu hingga perhiasan drngan harga selangit. Melihat semua barang itu, aku semakin merasa seperti kerdil.

Aku tidak akan pernah bisa membeli satu pun dari seluruh barang itu dengan keadaanku yang sekarang. Apalagi, Enzy juga tampak sangat senang atas hadiahnya dari sang ayah. Apa dia akan senang jika aku hanya membelikannya barang-barang sederhana? Ah ... rasanya aku dan Enzy benar-benar berada di kasta yang berbeda.

HOT WIFE-Mengejar Cinta Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang