- duabelas -

530 80 2
                                    

Felix sedang mengelap meja begitu lonceng di atas pintu berbunyi; menandakan adanya seseorang memasuki kedai kopi tempatnya bekerja. Disana ia melihat Lyra tengah celingak-celinguk sebelum mata mereka bertemu, yang membuat gadis itu melambai dan berjalan menghampirinya.

"Kami sudah tutup. Silahkan kembali lagi jika aku sedang tidak bekerja," ucap Felix seraya kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Kini hanya ada mereka berdua disana. Pelanggan terakhir pergi sesaat sebelum Lyra memasuki kedai kopi.

Lyra mencibir. Tentu saja apa yang dikatakan Felix itu bohong. Jadwal tutup kedai kopi ini adalah pukul sembilan malam. "Pelayan tidak ramah. Bintang satu," sahut Lyra saat gadis itu mendudukkan dirinya di atas kursi.

Kini giliran Felix yang mencibir. Menyampirkan serbet ke atas bahunya, Felix lantas menanyakan apa yang ingin dipesan teman perempuannya tersebut.

Setelah Lyra menyebutkan apa yang ia inginkan, barulah Felix pergi untuk membuat pesanan gadis itu.

Selama menunggu, Lyra mengeluarkan laptop dan meletakkannya di atas meja yang mengkilap. Ia bahkan bisa bercermin saking kinclongnya meja kaca tersebut. Felix benar-benar mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Lyra rasa ia harus membuat petisi agar gaji Felix dinaikkan sampai ke atap.

Di tengah apapun yang Lyra lakukan di laptopnya, suara lonceng di atas pintu menarik perhatian gadis itu. Seorang pria dengan setelan formal terlihat memasuki kedai dan berhenti tepat di depan meja kasir. Felix segera menyapa dengan ramah dan menanyakan apa yang orang itu butuhkan.

Lyra menatap orang itu dengan seksama karena entah kenapa pria berambut hitam itu terlihat tidak asing baginya. Lyra merasa pernah melihat pria itu sebelumnya.

Tapi dimana?

Ketika otaknya bekerja untuk mengingat, mata mereka tanpa sengaja bertemu. Orang itu terlihat mengangguk sebentar sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Saat itu pula, kesadaran seolah menghantam gadis yang lahir 20 tahun yang lalu tersebut.

Orang itu adalah pria yang akhir-akhir selalu bersama Sam, kan?

Pengawalnya?

Tak lama berselang, Felix terlihat berbicara dengan pria itu sebelum menyerahkan dua jenis minuman pada pria tersebut. Setelah mendapatkan pesanannya, pria itu pun berbalik dan berjalan keluar.

Lyra mengikuti pria itu pergi dengan tatapannya hingga ia tidak menyadari bahwa Felix sudah berjalan menuju mejanya dengan dua minuman di atas nampan.

"Apakah tipemu adalah pria yang lebih tua?" tanya Felix saat pemuda itu meletakkan segelas iced caramel macchiato di depan Lyra yang segera menoleh padanya.

Tanpa menjawab pertanyaan Felix, Lyra balik bertanya. "Pria itu. Bukankah dia pengawalnya Sam?"

Felix mengernyit mendengar pertanyaan Lyra sebelum menyeruput segelas americano di tangannya. Kernyitan itu bertambah parah ketika ia mengecap rasa pahit di lidahnya. "Entahlah. Aku tidak tahu." Felix bergidik sebelum meletakkan americano-nya di atas meja. "Aku tidak habis pikir ada orang yang menyukai kopi pahit ini."

Lyra menatap americano di atas meja sebelum beralih pada Felix. "Aku tidak tahu kau suka americano."

"Aku tidak suka."

"Lalu ini?" Lyra menunjuk gelas Felix sebelum menyeruput macchiato miliknya.

"Seseorang meninggalkannya begitu saja," jawab Felix.

"Lalu kenapa kau minum? Kalau orang itu kembali lagi bagaimana?" tanya Lyra bingung.

"Aku tidak tahu orang itu akan kembali lagi atau tidak." Felix mengangkat bahu. "Jika datang lagi pun aku tinggal membuatkannya pesanan baru. Kopinya akan tidak enak jika dibiarkan terlalu lama karena esnya akan mencair, dan itu akan mempengaruhi rasa kopi itu."

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang