- tigabelas -

486 89 1
                                    

Jalanan kota New York nampaknya tidak akan pernah sepi dari yang namanya pengendara. Entah itu siang, sore hingga malam akses pusat kota ini agaknya akan terus menjalankan aktivitasnya sebagai ibu kota. Riuhnya klakson di jalanan sepertinya tak meriuhkan suasana mobil yang dikendarai Chris hari ini.

Selepas mengantarkan Hyunjin kembali ke hotel tempatnya menginap, Sam memutuskan untuk turut menginap di kediaman Chris dengan berdalih tak ingin ditanyai pasal warna rambut barunya oleh sang ayah. Walaupun itu hanya kemungkinan kecil saja untuk terjadi.

Sam yang bertopang dagu hanya menatap kosong jalanan melewati kaca mobil sampingnya begitupun Chris yang terlihat fokus menyetir. Keduanya nampak enggan untuk membuka suara mereka dan memilih terhanyut dengan kegiatan masing-masing hingga mobil mereka telah sampai ke tempat tujuan.

Chris memarkirkan mobilnya di sebuah bangunan apartemen yang ia tinggali. "Kita sudah sampai. Turunlah."

Lamunan Sam buyar saat ucapan Chris menyapa gendang telinganya. Tanpa basa-basi, pemuda yang kini menghapus warna biru pada rambutnya itu pun turun dan menatap bangunan di depannya.

"Kau bilang akan membawaku ke rumahmu? Kenapa malah kesini?" tanya Sam bingung.

"Rumahku yang sebenarnya berada di luar kota, mana mungkin aku membawamu kesana? Kejauhan," balas Chris setelah turun dari mobilnya. "Lagipula kau juga berniat untuk menginap, bukan kabur."

Chris berjalan memasuki bangunan itu diikuti Sam di belakangnya.

"Jadi ini hanya rumah singgah?" tanya Sam lagi.

Chris mengangkat bahu. "Yah, bisa dibilang begitu."

Sam mengikuti Chris dalam diam saat pria berusia 25 tahun itu membawanya masuk lebih dalam ke apartemen tersebut.

Setelah memasukkan kunci, pintu pun terbuka dan keduanya melangkah memasuki ruangan.

"Anggap saja rumah sendiri." Chris berkata ketika pria itu melepas jas hitamnya.

Sam mengangguk sebagai jawaban. Manik sipitnya mengedar ke setiap penjuru ruangan; memperhatikan dengan jeli setiap sudut apartemen tersebut.

"Ayo. Aku tunjukan dimana kau akan tidur malam ini." Chris memberi isyarat agar Sam mengikutinya.

"Hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi dan satu dapur di apartemen ini. Jadi, maaf saja jika kau tidak nyaman," ucap Chris ketika ia membuka pintu sebuah ruangan yang Sam duga adalah kamar tidur.

Sam diam tak menjawab. Maniknya terfokus pada balkon di kamar itu. Melangkah mendekati pintu kaca dan menggesernya, Sam lantas berjalan keluar hingga ia bisa melihat lampu-lampu dari rumah, toko, maupun kendaraan bersinar di bawah sana.

Chris melangkah menghampiri Sam yang kini terlihat seolah terhanyut dalam pikirannya. Begitu tiba di samping 'bos kecilnya', Chris lantas berkata. "Cuaca sangat dingin. Kau bisa masuk angin jika terlalu lama berada di luar."

Sam hanya bergumam sebagai balasan. Tanpa menoleh ke arah Chris, Sam memanggil namanya.

"Apa?" sahut pria asal Australia tersebut.

"Bagaimana jika saat di Korea nanti, aku bertemu dengan adikmu?"

Hening beberapa saat.

Chris menghela napas sejenak. Mendongakkan kepala menatap gelapnya langit malam, ia menjawab. "Itu akan sangat bagus. Mungkin kau bisa menyampaikan salamku padanya."

Menoleh pada Sam, Chris tersenyum lalu menepuk bahu anak dari atasannya. "Sudah malam. Istirahatlah."

"Bagaimana denganmu?" tanya Sam tanpa menoleh pada lawan bicaranya. "Ini satu-satunya kamarmu, kan?'

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang