Itu hanyalah hari sibuk lainnya di kota, ketika orang-orang bergerak dan berpapasan satu sama lain. Semua orang akan bekerja, atau mengurus bisnis. Orang-orang berlari untuk mencoba memenuhi tenggat waktu, mencapai impian mereka, atau hanya untuk bersenang-senang.
Hyunjin termasuk dalam kategori di atas.
Pria itu terus berlari saat kepalanya menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan seseorang di tengah banyaknya orang berlalu lalang di sekitarnya. Hyunjin yakin matanya tidak memiliki gangguan apa pun hingga ia bisa saja salah lihat ketika memeriksa tangkapan kameranya.
Hyunjin berani bersumpah bahwa orang itu benar-benar Sam.
Suaranya berada di tempat yang sama dengannya.
Hyunjin ingin menangis. Mereka begitu dekat, tapi kenapa begitu sulit untuk bertemu?
Sekarang sudah beberapa menit berlalu, dan Hyunjin belum menemukan Sam di mana pun.
Apakah Sam sudah tidak ada di tempat ini lagi?
Hyunjin menunduk dalam. Topi baseball yang ia kenakan mampu menutupi matanya yang memerah karena menahan desakan air mata.
Secepat harapan datang, apakah secepat itu pula harapannya pergi?
Kemana lagi Hyunjin harus mencari?
Rumah Ayahnya?
Haruskah Hyunjin mendatangi rumah sang Ayah? Tapi bagaimana jika yang Hyunjin temui nanti bukan Sam melainkan Ayah mereka sendiri?
Hyunjin belum siap bertemu Ayahnya lagi. Dia masih marah karena sang Ayah telah memisahkannya dari Sam dan tidak mengijinkan mereka berkomunikasi hingga saat ini.
Menghela napas lelah, Hyunjin terus berjalan dengan kepala tertunduk. Sekarang ia merasa sepatunya jauh lebih menarik dari pada pemandangan mau pun lalu lalang di sekitarnya.
Bruk!
Tanpa sengaja, Hyunjin menabrak seseorang.
"Maaf," ucapnya pelan tanpa sedikit pun mengangkat kepalanya.
"It's okay. Hati-hati dengan langkahmu, kawan," sahut orang itu. Meski orang yang ia tabrak berbicara dengan bahasa Inggris, Hyunjin bisa mendengar aksen Australia yang khas dalam nada suaranya.
Setelah mengangguk pelan dan meminta maaf sekali lagi, Hyunjin kembali melanjutkan langkahnya begitu pun orang itu. Namun baru beberapa langkah, orang yang ditabrak Hyunjin berhenti dan menoleh ke belakang hanya untuk melihat punggung Hyunjin yang semakin menjauh.
Orang itu memiringkan kepalanya. Wajahnya mengerut seakan memikirkan sesuatu. "Suaranya mirip dengan dia," gumamnya pelan. Namun tak lama kemudian orang itu menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Aku pasti salah dengar."
Mengangkat bahu, pria berpakaian formal itu kembali berjalan dan memasuki sebuah kedai kopi.
Sementara itu, Hyunjin yang memikirkan apakah harus pergi ke rumah sang Ayah atau tidak pun akhirnya mendapatkan jawaban.
Hyunjin sudah memutuskan bahwa ia akan pergi. Siapa yang Hyunjin temui nanti tidak lagi ia pikirkan karena tujuannya hanya satu; yaitu menemui saudaranya. Lagi pula, itu tujuan utama Hyunjin datang kemari, kan?
Setelah mendapatkan kembali tekad dan semangatnya, Hyunjin tak lagi menundukkan kepala. Wajah yang semula dihiasi kesedihan itu kini dipenuhi oleh keyakinan.
'Apa pun yang terjadi, aku harus bertemu dengan Sam' batin Hyunjin penuh tekad.
Di tengah langkah kakinya, Hyunjin kembali berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUND YOU
FanfictionTentang Hyunjin yang berusaha menemukan saudara kembarnya kembali dan tentang Sam yang menemukan rumahnya lagi. "Rumah? Bahkan tembok keras ini tidak layak disebut rumah." - H.Sam "Aku tidak pernah berhenti berharap keluarga kita bisa utuh kembali...