- tujuh -

503 80 2
                                    

"Kita sudah sampai."

Chris menepikan mobilnya di sebuah restoran mewah. Sam yang tidak tahu apa-apa hanya mampu mengernyitkan keningnya bingung melihat bangunan yang menjadi tujuan mereka.

"Kenapa kau membawaku ke restoran? Mau mentraktirku makan? Wah, baik sekali," sarkastik seorang Sam terlontarkan begitu saja. Jujur, dia masih kesal mengingat saat Chris tiba-tiba saja menariknya pergi meninggalkan kampus siang tadi dihadapan teman-temannya.

Jika diingat-ingat, itu sangat memalukan.

"Maaf saja tapi uangmu sepertinya lebih banyak dariku. Sekarang kau masuk kesana dan temui ayahmu. Barang kali ayahmu yang ingin mentraktir anaknya makan." Chris berkata dengan santai, tidak menghiraukan raut wajah Sam yang semakin bingung dibuatnya.

"Ayahku?"

Chris mengangguk sebagai jawaban.

"Dia ingin mentraktirku? Tumben." Sam menggumam pelan.

Meski tipis, Sam menarik ujung bibirnya tatkala memikirkan hal kecil tersebut. Ia sedikit senang, berarti ayahnya masih benar-benar memikirkannya dalam artian sebagai anak, kan?

"Tunggu apa lagi? Cepat kesana dan temui ayahmu, bukannya senyam-senyum seperti itu."

Seruan Chris membuyarkan lamunan Sam.

Pemuda berambut biru itu mendelik saat Chris menghancurkan imajinasi indahnya tentang sang ayah.

"Iya iya." Ia pun membuka pintu mobil dan keluar dari dalam sana. "Cerewet."

Chris hanya bisa mengelus dada melihat tingkah anak majikannya ini.

"Bocah itu benar. Aku seperti mengurus anak TK."

***

Langkah kaki Sam membawa sang empu menuju ruangan khusus yang telah dipesan oleh ayahnya. Batinnya masih bertanya-tanya, ada angin apa sampai sang ayah ingin makan malam di luar bersamanya?

Sam tidak keberatan, dia hanya bingung karena tidak biasanya ayahnya melakukan hal seperti ini.

Apakah ini awal yang baik untuk hubungan mereka kedepannya?

Yah, Sam harap demikian.

Ditatapnya pintu yang menjadi penghalang antara dirinya dan sang ayah dengan ragu. Entah kenapa Sam merasa sedikit gugup. Namun meski begitu, tidak bisa dipungkiri ada sedikit rasa senang yang ia rasakan mengetahui mungkin ayahnya ingin memperbaiki hubungan mereka.

Menghela napas sejenak, Sam akhirnya membuka pintu perlahan sebelum melangkah memasuki ruangan.

Ruangan itu hanya tersedia tempat yang hanya bisa ditempati oleh empat orang. Di salah satu tempat duduk, Sam bisa melihat ayahnya tengah sibuk berbicara dengan seseorang di seberang telepon. Begitu manik jelaga sang ayah menangkap keberadaan Sam, ayahnya pun segera mengakhiri panggilan.

"Kau sudah datang?" sapa Tuan Hwang.  "Duduklah."

Sam melakukan apa yang ayahnya katakan tanpa berpikir dua kali.

"Ada apa?" tanya Sam begitu ia menyamankan dirinya di kursi.

Tuan Hwang sedikit mengernyit mendengar pertanyaan itu. "Apa maksudmu 'ada apa'?"

"Tidak biasanya mengajakku makan di luar." Sam mengangkat bahu. "Jangankan makan di luar, makan bersama di rumah saja bisa dihitung dengan jari," sambungnya lirih.

Hening beberapa saat.

Ada penyesalan di wajah Tuan Hwang sebelum ekspresi itu hilang secepat ia datang. "Aku hanya merindukan anakku. Apakah itu salah?"

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang