Di sebuah taman, terlihat seorang anak laki-laki tengah duduk sendirian di atas ayunan, lengkap dengan tas sekolah yang masih menempel di punggungnya. Anak yang kira-kira berusia 10 tahun itu menundukkan kepala, hanya butuh beberapa saat hingga bahunya mulai bergetar, disusul isak tangis yang keluar dari celah bibirnya.
Anak itu menangis.
Cerahnya cuaca hari ini berbanding terbalik dengan suasana hati anak tersebut. Entah apa yang sudah dilaluinya hingga ia menangis dengan begitu pilu seperti itu.
Terlalu sibuk menangis, anak itu jadi tidak menyadari akan hadirnya orang lain disana. Seorang anak perempuan -mungkin seusianya- tampak berjalan mendekati ayunan tempat dimana anak laki-laki itu menangis.
"Kenapa kau menangis sendirian disini?"
Mendengar pertanyaan tersebut, anak laki-laki itu segera mendongakkan kepala. Dengan wajah penuh airmata, ia menatap anak perempuan di depannya.
Tanpa kata, si anak perempuan menyodorkan sebatang coklat pada anak laki-laki yang kini menatapnya dengan bingung.
"Apa?"
"Ambilah. Sedihmu akan berkurang jika makan coklat."
Meski bingung, anak laki-laki itu tetap menerima coklat tersebut.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau menangis sendirian disini?" tanya anak perempuan itu ketika ia duduk di ayunan yang kosong tepat di samping anak laki-laki yang kembali menundukkan kepalanya.
"Aku berpisah dengan saudaraku."
"Bagaimana bisa?"
Menghapus airmata di wajahnya, anak laki-laki itu menjawab. "Orangtua kami bercerai, dan Ayahku membawa saudaraku pergi entah kemana."
Anak perempuan itu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kau merindukannya?"
Anak laki-laki itu mengangguk. "Sudah sebulan, dan aku belum mendengar kabar apapun darinya. Setiap hari aku menunggu telepon ataupun surat dari saudaraku, namun mereka tidak pernah datang," ucapnya lirih.
"Mau mencoba sesuatu?"
"Apa?"
Tanpa menjawab pernyataan tersebut, anak perempuan itu mengambil selembar daun maple yang gugur di dekat sepatunya sebelum mengambil sebuah spidol dari dalam tas sekolahnya. "Ini. Tulis saja apa yang ingin kau katakan pada saudaramu disini."
"Kenapa?" tanya anak laki-laki itu dengan bingung.
"Lakukan saja. Aku juga sering melakukan ini jika aku merindukan ibuku." Anak perempuan itu menyerahkan benda di tangannya.
Anak laki-laki itu menatap benda di tangannya beberapa saat sebelum melakukan apa yang anak perempuan itu katakan.
Ditulisnya beberapa kata untuk saudaranya. Setelah selesai, dia menoleh pada anak perempuan di sampingnya. "Lalu apa yang harus aku lakukan dengan daun ini?"
"Terbangkan."
"Terbangkan?"
"Iya. Biarkan angin yang menyampaikan pesanmu padanya."
"Bagaimana jika daunnya tidak sampai pada saudaraku?"
"Meski daunnya tidak sampai pada saudaramu, angin pasti menyampaikan perasaanmu padanya."
"Bagaimana kau tahu?"
"Kau ini banyak tanya. Tinggal terbangkan saja daunnya."
Mem-pout bibirnya kesal, anak laki-laki itu tetap melakukan apa yang anak perempuan tersebut katakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
FOUND YOU
FanfictionTentang Hyunjin yang berusaha menemukan saudara kembarnya kembali dan tentang Sam yang menemukan rumahnya lagi. "Rumah? Bahkan tembok keras ini tidak layak disebut rumah." - H.Sam "Aku tidak pernah berhenti berharap keluarga kita bisa utuh kembali...