- enam -

587 89 1
                                    

Kontes melukis diadakan di aula utama Maxident university. Deretan kursi dan kanvas sudah diatur sedemikian rupa untuk para peserta menuangkan imajinasi mereka.

Jisung tak henti-hentinya menyemangati Hyunjin. Seungmin bahkan sampai jengah melihat kelakuan temannya itu. Bagaimana tidak? Jisung bersikap seolah melepas anaknya pergi berperang, padahal kan Hyunjin hanya akan memasuki aula universitas mereka.

"Jaga dirimu di dalam sana, Hyunjin. Kami akan menunggumu kembali." Entah untuk yang ke berapa kalinya Jisung memeluk Hyunjin. Air mata buaya mengalir bak banjir bandang di musim hujan.

"Tunggu aku kembali, teman-teman." Hyunjin balas memeluk Jisung, yang mana hal itu membuat Seungmin kembali memutar matanya.

Dasar ratu drama.

"Kalian sudah gila."

Jisung dan Hyunjin segera melepas pelukan mereka. Dua pasang mata itu kini beralih pada Seungmin yang balas mereka dengan sebelah alis terangkat.

"Apa?"

Hyunjin menatap Seungmin tidak percaya. Ia meletakkan sebelah tangan di dada kirinya, dan dengan mimik wajah yang seolah tersakiti, Hyunjin berkata. "Begitukah anggapanmu pada kami selama ini, Seungmin? Benarkah?"

"Sungguh ter-la-lu," sambung Jisung seraya menggelengkan kepalanya.

Seungmin hanya menatap datar kedua temannya yang kini malah tertawa. Mungkin menertawakan tingkah absurd yang mereka lakukan.

"Serius. Aku sangat gugup," ucap Hyunjin begitu selesai dengan tawanya.

"Kau hanya akan berlomba, Hyunjin. Bukan berperang."

"Apa yang kau katakan, Seungmin? Hyunjin di dalam sana juga berperang melawan peserta lain," sahut Jisung. Laki-laki berzodiak Virgo itu lalu mencengkram erat bahu Hyunjin. "Ingat, Hyunie. Berjuang lah sampai titik darah penghabisan!" ucapnya menggebu.

Hyunjin mengangguk patuh.

Bunyi dari pengeras suara yang mengumumkan akan dimulainya lomba pun memutus percakapan tiga sekawan itu.

Jisung dan Seungmin mengepalkan tangan mereka ke udara. "Semoga berhasil, kawan," ucap mereka bersamaan.

Hyunjin tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih, teman-teman."

Kaki Hyunjin lalu melangkah memasuki aula. Setelah para peserta duduk di tempat yang sudah disediakan, seorang panitia lantas menjelaskan ketentuan-ketentuan dalam lomba kali ini.

Hyunjin mengepalkan tangan yang terletak di pangkuannya. Ia tidak bohong ketika mengatakan bahwa ia gugup pada Jisung dan Seungmin. Namun selain gugup, Hyunjin juga sangat bersemangat. Jika berhasil memenangkan kontes ini, ia bisa pergi menemui saudara yang selama ini dirindukannya.

"Doa kan aku, Sam."

.
.
.
.

Waktu dengan cepat berlalu. Tak terasa sudah 120 menit sejak para peserta mulai menorehkan cat pada kanvas mereka. Sentuhan seni melekat di setiap goresan kuasnya.

Hyunjin terlihat sangat serius ketika ia mengerjakan lukisan miliknya.

Tema kali ini adalah hubungan antara manusia dengan diri manusia itu sendiri, jadi yang Hyunjin buat adalah sebatang pohon, subur dan indah, keemasan dan subur dengan daun kuning dan bunga kuning. Hyunjin menggunakan semua warna kuning yang bisa ia campur, dan itu membuat lukisan itu tampak seolah-olah berwarna-warni padahal sebenarnya tidak sama sekali.

Sumber cahaya tak terlihat mengenainya dari kiri, dan bersinar. Meskipun Hyunjin agak terkejut dengan tampilannya yang nyata, ia tahu mengapa hasilnya begitu indah. 

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang