- enambelas -

423 72 7
                                    

Bandar udara internasional Incheon nampak ramai oleh para pengunjung bandara. Entah dari mereka hanya sekedar mengantarkan sanak keluarga atau mungkin awal kedatangan mereka dari negara tetangga.

Di antara banyaknya kerumunan disana, terlihat Sam tengah berjalan seraya menggerek koper bawaannya menyusuri bandara. Jantung pemuda yang kini berambut hitam itu kian berdegup dengan kegembiraan saat kakinya dapat memijak kembali tanah kelahirannya. 18 jam bukanlah waktu yang singkat untuk Sam. Namun rasa lelah dan bosan di penerbangannya kini terbayarkan dengan pemandangan kota Seoul yang kembali ia lihat setelah beberapa tahun lamanya.

Ponsel di saku Sam bergetar. Di layar itu  terlihat beberapa pesan masuk dari Hyunjin dan Chris yang ternyata turut mengiriminya pesan pula.

Sam tak berlama-lama memainkan benda persegi miliknya itu. Setelah membalas satu pesan yang berisi sebuah alamat dari Hyunjin dan mengirimi pesan singkat pada Chris, ia lantas berjalan keluar bandara.

Sam memejamkan mata menikmati udara segar di pagi hari ini. Sudut bibirnya tertarik ke atas saat rentetan kenangan masa kecilnya tiba-tiba terlintas di dalam benaknya.

"I'm home."

***

Sam tengah dalam perjalanan ke rumah Ibunya ketika taksi yang ia tumpangi tiba-tiba berhenti karena mogok. Dengan perasaan lelah bercampur kesal, Sam akhirnya keluar dari taksi setelah sebelumnya membayar argo perjalanannya.

Pemuda itu merogoh ponsel dan membuka Maps untuk mengetahui jarak lokasinya ke rumah sang Ibu. Setelah diperiksa, ternyata jarak antara keduanya tidak terlalu jauh. Mengetahui hal tersebut, Sam lantas memilih untuk melanjutkan perjalannya dengan cara berjalan kaki. Yah, hitung-hitung olahraga kan? Lagi pula, sudah sangat lama Sam tidak berjalan-jalan di kota kelahirannya ini.

Mata tajam Sam mengedar memperhatikan lingkungan sekitar. Seoul tentu memiliki banyak perubahan dalam 10 tahun terakhir, jadi tidak heran jika sesuatu yang dulunya terasa akrab kini menjadi sedikit asing.

Terlalu fokus menatap sekeliling membuat Sam tidak mengetahui akan adanya eksistensi lain di depan pemuda itu. Hingga akhirnya Sam harus rela tubuhnya terhuyung karena bertabrakan dengan seseorang yang tidak menghentikan aksi larinya bahkan setelah menabrak orang lain.

"Ya! Perhatikan langkahmu!" hardik Sam yang tentu saja tidak didengar oleh orang itu karena jarak mereka yang sudah sangat jauh.

Sam hanya bisa bersungut-sungut. Ketika hendak melanjutkan langkahnya, Sam kembali berhenti saat dirasa kakinya menginjak sesuatu. Melihat ke bawah, ia menemukan sebuah dompet yang tanpa sengaja terinjak olehnya. Diambilnya dompet tersebut sebelum menatap arah kepergian orang yang baru saja menabraknya.

"Apakah punya orang itu?"

Hanya desau angin yang menjawab pertanyaannya.

Apa yang harus Sam lakukan dengan dompet ini? Mengembalikannya? Orangnya saja sudah tidak ada. Ogah sekali jika Sam harus mencari keberadaan orang itu. Dia sudah lelah belasan jam duduk diam di pesawat, di tambah lagi taksi yang harusnya mengantar Sam ke rumah malah mogok. Dan sekarang Sam harus mencari si pemilik dompet ini? Oh, tidak, terimakasih.

Fokus pemuda bermarga Hwang tersebut teralihkan saat teriakan segerombolan orang mendekatinya.

"Itu pencurinya!"

"Pencuri?" gumam Sam pelan. Matanya menatap segerombolan orang yang kini semakin mendekat ke arahnya. Sam tidak terlalu pintar, tapi tentu saja ia juga tidak bodoh. Otaknya dengan cepat memproses situasi yang tengah dihadapi.

Seseorang baru saja menabrak Sam dan menjatuhkan dompet tepat di dekatnya. Dan sekarang segerombolan orang menunjuknya seraya meneriakkan kata pencuri padanya.

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang