MOTHER'S LOVE

340 51 10
                                    

Meskipun Sarawat memasuki ruang operasi lebih dulu, namun yang pertama keluar adalah Tine. Ia mengalami luka robek dipelipisnya juga dilengan kanannya. Setelah menerima beberapa jahitan, ia lalu dipindahkan keruang perawatan.

Teepakorn menyusul bersama istrinya yang sudah tiba setengah jam yang lalu. Sementara Chivaree masih terduduk sambil meremat jari-jarinya dengan cemas.

"Paman, bagaimana Sarawat?" Ten yang baru saja datang terlihat terengah. Setelah mendengar kabar yang menimpa kedua sahabatnya, dia langsung melakukan penerbangan dari provinsi lain.

"Dia masih didalam"

"Tine?"

"Dia baru dipindahkan keruang perawatan"

"Lalu Sarawat? Kenapa dia belum keluar? Apa lukanya parah?"

"Paman tidak tau, hanya saja darah memenuhi tubuhnya" kata pria paruh baya itu dengan gemetar. Bahkan noda merah masih memenuhi pakaian dan juga tangannya. Entah itu milik Sarawat atau Tine.

Chivaare kembali duduk diam, dalam hatinya pria paruh baya itu berkali-kali memanjatkan doa. Memanggil juga nama istrinya untuk menjaga kedua putranya.

Setelah hampir empat jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi kembali terbuka. Dengan memakai tabung oksigen dan beberapa bagian tubuh yang dibalut, akhirnya Chivaaree bisa melihat kembali wajah putranya.

"Bagaimana dengan keadaanya?"

"Pasien telah melewati masa kritisnya, tapi kita masih harus tetap memantau keadaannya karena cidera dikepalanya cukup serius"

Tempat tidur pasien kembali di dorong menuju ruang perawatan. Chivaaree maupun Ten mengikutinya dibelakang. Bambam dan Love juga menyusul kerumah sakit namun mereka pergi ke kamar Tine lebih dulu.

###


"Wat," panggil Tine dengan suaranya yang parau. Ayah dan Ibunya langsung menghampiri. Begitupula Bambam dan Love yang juga ada diruangan itu.

"Bagaimana keadaanmu? Mana yang sakit" tanya Ibunya membelai rambut sang anak sambil menangis.

"Ibu, Sarawat dimana?"

Sang Ibu melihat kearah suaminya, tidak memberikan jawaban.

Butiran air mengalir dari sudut mata Tine "Tolong katakan dia baik-baik saja"

"Dia baik-baik saja" Bambam kemudian menjawab, ia mendekatkan dirinya pada si pasien "Dia sedang ada diruang perawatan"

Anak sakit itu tidak lantas percaya begitu saja. Sebelum kesadarannya hilang, ia melihat sendiri bagaimana tembok itu terjatuh dan bagaimana Sarawat menggunakan tubuhnya untuk melindungi dirinya.

"Biarkan aku melihatnya" Tine memaksa untuk bangun, tapi kemudian ia meringis memegangi kepalanya.

"Istirahat dulu, nanti aku akan membawamu menemuinya" ucap Bambam yang berusaha membuat anak sakit itu agar lebih tenang.

"Aku tidak apa-apa" Tine dengan keras kepalanya memaksa turun, jadi Love juga segera datang memeganginya.

"Kondisimu masih belum stabil. Kita bisa melihatnya nanti"

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang