HEAVY HEART

687 86 11
                                    

Cahaya matahari masuk menelusup melalui rongga-rongga kecil. Kicauan burung bersenandung menyapa telinga ditemani suara deburan ombak yang samar-samar terdengar. Sarawat yang tidurnya sedikit terganggu mengusap pelan matanya. Ia menoleh dan di dapatinya seorang yang seperti malaikat masih terlelap tepat di sebelahnya.

Sebuah senyuman terukir, jari-jari panjangnya menyibak surai hitam yang menutupi sebagian dahi malaikatnya. Ibu jarinya mengusap mata yang sedang tertutup rapat itu lalu mengecupnya pelan.

"Terimakasih Tine" kata itu terucap sepelan mungkin agar pendengarnya tidak terbangun.

Merepotkan juga jika anak itu tiba-tiba menyerangnya seperti semalam.

***

Sarapan di atas meja berubah menjadi dingin bahkan matahari sekarang sudah berada tepat diatas kepala. Namun Tine tak juga kunjung terbangun. Ia masih terlelap dibawah selimut yang membungkus tubuhnya yang penuh kissmark.

"Tine,, bangunlah kau melewatkan sarapanmu"

"Emmm" hanya terdengar suara erangan yang berat dan lemah.

"Tine, kau baik-baik saja?"

"Biarkan aku tidur sebentar lagi" rengek Tine yang masih enggan membuka matanya.

"Makan dulu, setelah itu kau bisa tidur lagi"

Rasa nyeri kemudian menyerang Tine hingga terasa keseluruh bagian tulangnya saat Sarawat memaksa membalik tubuhnya. "Wat, tolong! Biarkan aku tidur" mohonnya.

"Kau demam! Bangunlah aku akan membelikan obat"

"Wat, aku baik-baik saja. Hanya biarkan aku tidur! Ok?," Tine kembali menarik selimut hingga kepalanya.

Sarawat bukannya tidak membiarkan, tapi ia khawatir karena Tine belum makan apapun sejak pagi. Dia pun tidak memiliki pilihan selain mengangkat tubuh anak sakit itu dan mendudukkannya di kursi kamar dengan paksa.

"Jangan merengek seperti anak kecil, sekarang makan!"

Ketika Sarawat menyodorkan makanan, anak itu hanya membuka mulutnya pasrah meskipun dengan mata tertutup. Saat ini ia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk sekedar bicara.

Selesai menyuapi Tine, Sarawat pergi keluar kamar. Ketika kembali dengan berbagai macam obat, ia harus kembali memaksa Tine untuk membuka matanya.

"Dasar! Aku seperti mengurus bayi besar" ucap Sarawat yang tersenyum setelah berhasil memasukkan obat ke dalam mulut Tine. "Maaf, sekarang tidurlah" ia mengecup dahi kekasihnya sebelum keluar dan tidak mengganggu istrhatnya.


###


"Minumlah" Sarawat mengulurkan secangkir cokelat hangat yang langsung diterima oleh Tine. Ia lalu kembali mengunci pemandangan matahari terbenam di depannya.

"Apa rasanya sudah membaik?"

"Ya terimakasih"

Sarawat menempelkan punggung tangannya pada dahi Tine yang masih terlihat pucat.

"Sudah kubilang aku baik-baik saja"

"Iya aku percaya"

Sarawat duduk di samping Tine membawa tubuh sang kekasih ke dalam pelukannya. Mencium harum rambutnya yang khas sambil membelainya pelan.

Hening beberapa sesaat.....

"Tine, ayo pergi bersamaku" Sarawat berkata dengan tatapan lurus menatap laut lepas di hadapannya. Takut jika jawaban yang diberikan tidak sesuai keinginannya.

"Ya"

Sarawat sedikit bergerak membuat Tine beranjak dari pelukan nyamannya.

"Aku serius!"

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang