TAKE OFF

776 89 0
                                    

Sarawat pov

#revisi

Di hari libur semester seperti ini biasanya aku akan menghamburkan uang milik Chivaree. Berpesta dari pagi hingga pagi lagi. Dari satu negara ke negara yang lainnya. Melakukan apapun yang aku sukai.

Tapi lihatlah aku sekarang! Aku hanya berdiri di depan supermarket kecil dengan kaos dan celana kusut yang melekat di tubuhku. Rambutku juga berantakan. Dan entah sejak kapan aku memiliki kantung di mataku.

Ini bukan Eden! Sama sekali bukan!

Beep!!...beep !!

Bunyi klakson yang sangat familiar di telingaku.

"Wat..." suara meleking seperti biasanya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Fiuhh.....Ten tetaplah Ten. Menurutnya apa yang kulakukan di depan supermarket seperti ini dengan kantong belanja di tanganku.

"Oooiiii... kau dengar aku tidak?"

Wajah bodohnya benar-benar tidak bisa tertolong. Terima saja, bagaimanapun dia adalah temanku.

Untuk meminimalkan rasa malu, aku bergegas masuk kedalam mobilnya "Ayo jalan!"

Lagipula orang ini pasti datang untuk menggangguku. Berkali-kali dia datang untuk mengajakku untuk pergi berlibur dengannya. Dan sampai saat ini dia belum menyerah.

"Jadi apa yang kau bawa?" kami sudah berada di teras rumah.

"Lihat saja!" aku hanya mengambil bungkus rokok lalu melemparkan kantong belanja itu ke arahnya.

"Pringless? Ice cream? dan... " Ten mengeluarkan semua isi tas itu.  "Ouuhh apa ini?"

"Apa kau anak kecil?"

"Sejak kapan kau menyukai hal seperti ini?"

Aku menghela nafas mencoba menahan amarahku. Dia sangat berisik. Bukankah cukup dengan mengatakan terimakasih dan memakannya dengan tenang. Mengapa harus meributkan hal yang tidak perlu.

Tapi...

Sejak kapan? Benar! sejak kapan aku mulai membeli hal seperti itu? Mengapa aku membelinya? Aku tidak menyukai rasa manis dari ice cream, aku juga tidak menyukai apapun yang berbentuk chips. Bahkan bisa dikatakan aku tidak menyukai makanan seperti itu masuk ke dalam tubuhku.

"Yaa....ini semua kesukaan Tine"

Aku tersentak begitu Ten menyebut nama itu. Dia tidak salah, semua yang ku beli memang kesukaannya. Dia tidak akan bisa berkonsentrasi tanpa memakan semua itu lebih dulu sebelum belajar. Bahkan dia bisa pergi tengah malam hanya untuk membelinya. Tapi untuk apa aku membeli itu semua?

"Padahal kıta sudah terbiasa berdua, tapi kenapa sekarang rasanya sepi" Ten memalingkan wajahnya dan berjalan ke arah dapur. Dia mengambil sebotol Wine seperti itu adalah miliknya. "Aku merindukan Tine"

"Hei, kau menangis?"

"Tidak! Aku ini pria, aku tidak menangis"

Sangat jelas Ten sedang berusaha menahan air matanya. Walaupun sekarang dia sudah duduk di hadapanku, dia sama sekali tidak menatapku. Hati Ten sangat lembut meskipun tampilan luarnya tidak seperti itu.

"Wat....." panggil Ten yang memecah keheningan beberapa saat diantara kami.

Aku memperhatikannya dengan asap rokok yang terus menyembur dari dalam mulutku. Wajahnya nampak serius, tapi matanya terlihat ragu.

"Kau pikir akan ada orang yang benar-benar mencintai kita?"

"Ada apa dengamu?"

Aku akui, aku juga pernah memikirkan hal yang sama. Aku tidak pernah tau orang-orang yang mendekatiku karena benar-benar menyukaiku atau karena mereka menginginkan sesuatu yang lain dariku. Tapi sejauh ini, aku hanya ingin hidup sesuai dengan keinginanku.

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang