ANYTHING YOU WANT

545 35 9
                                    

⚠️🔞

"Wat, bagaimana?"

"Dia masih tidak menjawab" Sarawat masih mencoba menekan ikon panggilan pada ponselnya dengan kaki yang bergerak tidak tenang. Ten yang mengurus semua tentang kepindahan dan pembelian rumahnya. Seharusnya dia ada disini menjemput dan menyerahkan kuncinya. "Tine, bagaimana kalau menginap di hotel dulu?" idenya.

Tine mengangguk. Ini sudah malam, dia juga lelah dan ingin segera mandi setelah perjalanan panjang.

"Lelah?"

"Sedikit," jawab Tine sambil tersenyum, membiarkan Sarawat mengambil alih gagang kopernya.

"Ingin makan dulu?"

"Hmm, terserah kau saja"

"Jangan selalu setuju denganku"

Tine pun terkekeh. Benar, dia akan setuju dengan apapun itu.

Keduannya berjalan menuju pintu keluar bandara, mencoba mencari taksi yang bisa membawanya.

######

Klik

Pukul sebelas malam. Akhirnya mereka sampai di sebuah hotel dekat bandara setelah makan malam di dekat sana juga.

"Ten belum juga mengangkat tel," ucapan itu Tine gantungkan.

Bugh...

Ketika sebuah dorongan menyebakan punggungnya menabrak tembok. "Eugh," sedikit terkejut tubuh kurusnya telah terkunci.

Tanpa peringatan, Sarawat memiringkan wajahnya lalu meraup bibir tebal Tine dengan rakus.

Hanya berlangsung kurang dari satu menit, tapi berhasil membuat nafas Tine memburu. Dia mendorong tubuh kekar itu menjauh "Wat biarkan aku mandi dulu"

"Nanti juga akan berkeringat lagi" menunduk sedikit, Sarawat menjatuhi leher putih mulus didepannya beberapa kecupan.

"Wat, ada apa denganmu?" Tine bukan anak kecil, dia tau maksud dari perkataan kekasihnya. Tapi haruskah sekarang? Mereka baru saja sampai.

"You hate it?" tanya Sarawat dengan suara dalam.

"No, but hmmmph.." bibir Tine harus bungkam setelah dibekap oleh bibir basah Sarawat lagi. Kata pertama dianggap jawaban, dan pemuda itu tidak membutuhkan kata selanjutnya.

Kedua tangan Sarawat bertengger dipinggang ramping itu. Memberinya sedikit tekanan kala lidahnya masuk ke dalam mulut Tine tanpa kendala. Lidah mereka terjalin disana sebelum akhirnya menjadi tarik ulur yang konstan.

Suhu tubuh mulai naik, tangan Sarawat meraba meja didekatnya tanpa meninggalkan bongkahan bibir kenyal yang menjadi favoritnya.

Setelah yakin dengan benda ditangannya, Sarawat hanya menekan sebuah tombol sesuai indra perabanya.

Klik

AC dihidupkan untuk mengimbangi suhunya. Sarawat lalu membuang remote itu sembarangan. Sedikit menarik diri, Sarawat menepelkan dahinya pada sang kekasih, "Ibumu bilang aku harus menggunakan kesempatan, hhhh sebelum dia datang, hhhhh..." dia tersenyum sebelum kembali melumat bibir yang menjadi candunya.

Tangan dipinggang itu begitu mudahnya memutar tubuh Tine. Lalu memberinya sedikit dorongan agar berjalan mundur sesuai tuntunannya.

Brughh,

Keduanya terjatuh diatas kasur king size dengan pemandangan malam kota yang indah. Kamar itu dikelilingi oleh kaca. Namun, itu tidak menjadi kendala dalam kegiatan mereka. Justru membuatnya lebih bergairah. 🤭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang