HOME

795 94 0
                                    

#revisi

There are too many words that I can't say. You've never heard of it, even just one

#Win pov

Saat itu, saat namaku di umumkan menjadi salah satu mahasiswa yang melakukan pertukaran pelajar. Aku merasa sangat takut. Aku tidak pernah jauh dari keluargaku dan aku adalah orang yang tidak pandai untuk bersosialisasi.

Sebelum pergi Ibuku pernah berkata 'Pergilah sebentar demi Ayahmu, tapi jika kau mengalami kesulitan pulanglah untuk bertemu Ibumu'. Jadi aku berusaha untuk mendorong diriku untuk lebih berani. Aku juga ingin menjadi anak yang di banggakan oleh Ayah.

Tapi sangat mengejutkan bahwa aku tidak pernah pulang selama setahun ini? Aku sendiri masih merasa tidak percaya. Aku bisa bertahan sejauh ini. Bukan karena terpaksa atau takut Ayah akan marah. Melainkan karena diriku sendiri.

Dan...

Tentu saja teman-temanku. Ten dan juga Sarawat. Aku senang memiliki mereka berdua dalam hidupku. Bersama mereka aku hanyalah Tine, hanya seorang laki-laki biasa yang juga ingin bermain bersama teman-temannya. Menghabiskan waktu seperti apa yang aku inginkan.

Tapi apa dayaku. Perasaan seperti itu tidak bisa selamanya seorang Tine bisa rasakan. Dipundakku masih ada nama Ayah. Dan aku masih harus menjaganya.

Kami sama-sama dikatakan sebagai penerus keluarga kami. Tapi Sarawat dan Ten sangat berbeda denganku. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan mereka ambil. Sedangkan aku tidak. Semua telah ditentukan sejak awal.

Tapi aku tidak pernah merasa keberatan. Karena aku yakin itu adalah yang terbaik untukku dan semua orang. Jadi aku akan berusaha untuk memenuhi itu.

Setahun ini banyak hal yang dapat kupajari. Pengalaman yang sangat berharga. Aku tidak akan pernah melupakannya. Walaupun sekarang aku harus kembali menjadi Tine yang dulu lagi.

Aku memejamkan mataku sambil menghirup udara di sekelilingku dengan kuat. Udara ini adalah udara yang ku rindukan.

Negaraku. Tempat asalku.

"Tine...." begitu kakiku melangkah keluar seseorang memanggilku. Wanita paruh baya yang tengah berdiri dengan melambaikan tangan padaku dengan gembira.

Dia adalah seorang yang paling berharga dalam hidupku. "Ibu..."

Dengan sedikit berlari aku segera memeluk Ibuku dengan erat. Aroma Ibu adalah aroma yang paling menenangkan di dunia ini.

"Huh, apa kau hanya akan memeluk Ibu?" seseorang memprotes. Dia adalah versi lain diriku dalam bentuk seorang wanita.

"Kakak, kau juga datang" Namtan. Dia adalah kakak perempuanku.

"Itu karena kau hanya melihat pada Ibu"

"Bagaimana dengan Ayah?"

"Seperti kau tidak tau ayahmu saja. Ayahmu lebih memilih pekerjaannya dibanding dirimu" kata Ibu sambil mencubit pipiku gemas.

"Tapi Ayah mencintaiku"

"Tentu saja! kau kan putranya" kata Ibu sambil menggandeng lenganku begitu pula dengan kakakku yang tidak ingin mengalah.

Sejujurnya terkadang aku merasa lelah karena cinta kedua perempuan ini untukku. Mereka terlalu menjagaku dengan baik.




THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang