SORRY

881 88 4
                                    

#Revisi

Hari-hari di Universitas telah di mulai. Tidak butuh waktu lama bagi Tuan Chivaree mengurus segala keperluan untuk kepindahan sang putra tercintanya.

Dan untuk Sarawat, ia mulai menyukai kehidupan kampusnya yang sekarang. Apalagi ada Tine dan kedua temannya.

"Selesai, terimakasih Tine" Love menutup laptopnya yang artinya dia adalah orang pertama yang selesai menyalin tugas Tine.

"Jangan sentuh dia!" sergah Sarawat meskipun tangannya masih sibuk mengetik. Ketika di Perth dia memang malas, tapi disini dia lebih malas. Tine terlalu memanjakannya.

Gun : kuliah hari ini dibatalkan dan untuk tugasnya bisa dikumpulkan padaku. Aku berada di lapangan basket sampai jam 17.00. Terimakasih.

Begitu melihat pesan dari koordinator kelas itu mereka semua kompak untuk berteriak. Bahkan ada kelompok lainnya juga yang berteriak. Waktu terbahagia mahasiswa adalah ketika dosen killer membatalkan jadwal kuliahnya.

"Hari ini ke Klub?" ajak Bambam.

"Boleh" setuju Love.

"Kupikir aku juga perlu refreshing" sambung Sarawat.

Tine menatap satu persatu temannya, dan terakhir ia menatap kekasihnya. Dari matanya ia terlihat memohon.

"Tentu, kau boleh ikut. Aku akan menjemputmu"

"Posesif" ledek Bambam

"Pacar yang posesif" Love menimpali.

"Aku tidak begitu" bela Sarawat.

Tine hanya bisa tersenyum. Setiap hari kerjaan mereka hanya seperti itu. Sarawat memang bersikap seperti apa yang temannya itu katakan. Dan ia senang bahwa teman masa kecilnya bisa menerima Sarawat sebagai kekasihnya.

...............

Setelah menyelesaikan tugas, mereka segera menyerahkannya pada Gun dan mencari makan setelahnya. Karena mereka terlalu lapar jadi mereka memutuskan untuk makan di kantin kampus.

Beep....Beep...Beeeeepppppp.....

Sebuah mobil Ferrari berwarna hitam muncul menarik semua anestasi mahasiswa. Suara klakson keras itu juga membuat mereka ikut menoleh. Mobil itu terlalu berisik.

Seseorang turun dari mobil mewah itu. Gaya pakaiannya terlihat biasa, tapi terlihat elegan dan berkelas. Dan saat ia membuka kacamatanya,

"Si tampan telah datang"

"Ten?" hanya Tine dan Sarawat yang mengenali sosok itu.

"Apa kalian merindukanku?"

"Tidak!" berbeda dengan Tine yang menyambutnya, Sarawat justru terlihat biasa saja. Ia sudah tau, cepat atau lambat temannya itu pasti akan datang.

"Brengsek! Bagaimana kau meninggalkanku tanpa pemberitahuan?" kesal Ten.

"Tapi untuk apa kau disini?"

"Memangnya tidak boleh aku disini?"

"Bukan begitu. Tunggu!" Tine menjeda kalimatnya "Kau bolos?"

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang