LEAVE

678 83 3
                                    



Tine menarik tubuhnya dengan kasar. Jantungnya berdetak dengan cepat dengan deru nafas yang memburu. Titik-titik air membasahi dahinya dan matanya yang terpaksa terbuka juga mengeluarkan airmata.

Tine menangis dalam tidurnya.

"Kau sudah bangun?"

"Phi"

"Akhirnya kau mau bicara dengan Phi" Namtan tersenyum sekaligus merasa lega.

"Sarawat?"

"Jangan bilang kau sudah merindukannya"

"....."

"Pacarmu bilang akan pergi sebentar, dan kau sudah memasang wajah seperti itu"

"Apa Phi tidak apa-apa aku dan Sarawat,"

"Heii,," Namtan mengelus pipi adiknya lembut "Kau tau, dia memelukmu semalam dan hampir membawa isi seluruh rumah sakit datang kerumah ini" goda Namtan. "Phi merasa bahwa dia menjagamu lebih baik dari Phi" Namtan bisa yakin bahwa Sarawat adalah orang yang tepat berada disamping adik kesayangannya itu.

"Sekarang makanlah. Kalau tidak, pacarmu akan membunuh Phi"

"Phi, bisakah kau menghubungi Sarawat untukku?"

"Ponsel Phi diambil oleh Ayah"

"Lalu bagaimana cara Phi memberi tahu Sarawat aku ada disini?"

"Tidak! Phi tidak pernah memberitahunya"

Tine menjadi diam hatinya semakin merasa tidak tenang.

"Ada apa?"

"..."

"Tine" Namtan menepuk bahu lawan bicaranya. "Jangan terlalu dipikirkan. Dia berjanji akan kembali"

"Tidak Phi, tidak! Ini tidak benar" Tine panik. Ia mengusap-usap dadanya, tidak tau mengapa sejak membuka matanya ia merasa ada sesuatu yang salah. "Phi, aku ingin menemuinya"

"Tidak bisa! Kau belum sembuh, Ayah juga pasti tidak mengijinkannya"

"Phi, Tolong! Hanya sebentar. Setelah melihatnya aku akan kembali" tanpa memperdulikan kakak perempuannya, Tine menarik jarum infus dari pergelangan tangannya. Darah sedikit mengucur membuat Namtan berlari mengambil selembar tisu untuk menekannya.

Berkat tindakan itu, Tine menyadari ada sesuatu yang telah hilang.

"Gelang? Dimana gelangku?"

"Jangan bergerak Tine, kau masih sakit"

"Phi gelangku, gelangku dimana Phi?"

"Gelang? Gelang apa yang kau maksud?" Namtan tidak tahu gelang apa yang dibicarakan. Namun ia harus menenangkan adiknya terlebih dahulu. "Mungkin tertinggal dirumah"

"Tidak Phi, aku selaku memakainya. Sarawat, Sarawat yang memberikannya padaku" Tine menjadi histeris. Ia sangat yakin bahwa kemarin masih ada padanya.

Tine segera bangun dari tempat tidur lalu mulai mengobrak-abrik ruangan itu. Ia mencarinya disetiap sudut sampai-sampai semuanya berantakan. Gelang itu sangat berharga baginya, benda itu seperti sebuah jimat yang memberikannya kekuatan.

Karena tidak menemukannya dimanapun Tine menjadi semakin gusar. Ia lalu mencengkram tangan kakak perempuannya, "Phi kumohon! Pesankan tiket pesawat untukku, sekarang!"

"Tine kau bisa mencari gelangnya nanti. Phi janji akan membantumu mencarinya dirumah. Tapi tidak sekarang"

"Ini bukan tentang gelang. Phi tolong! biarkan aku pergi" anak laki-laki itu menatap mata kakak perempuannya dalam. Ia tau ada rasa marah dan khawatir disana. Tapi jika tidak bertemu Sarawat ia tidak akan merasa tenang.

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang