Ten & Love Side

640 74 9
                                    

#revisi

"Sampai kapan kau mengabaikan perasaanku, kau tau aku..."

"Jika tetap ingin berteman, jangan pernah membahasnya ini lagi" potong Love. Berapa kalipun laki-laki itu mengutarakan perasaannya, Love tetap pada pendiriannya.

Pada awalnya, Love mengira bahwa ungkapan itu hanyalah candaan. Karena baginya, Ten hanyalah bad boy yang tak pernah serius dalam suatu hubungan. Dia hanyalah anak yang suka bermain. Namun semakin hari, Ten semakin menunjukkan kesungguhannya yang membuat gadis itu merasa terbebani.

Love akui, bahwa Ten memiliki banyak kelebihan diantara puluhan orang yang pernah mendekatinya. Saat serius, dia akan terlihat lebih tampan. Dan saat ia bermain-bermain, ia terlihat sangat manis dan lucu. Dan satu hal yang penting, dia kaya. Dia juga selalu bisa diandalkan.

Namun cinta tidak jatuh padanya.

"Aku serius" Ten tau bahwa ia hanya akan mendapat penolakan, tapi setidaknya ia ingin terus mencoba.

"Kau bisa mencintai orang lain" situasi ini sangat membuatnya tidak nyaman.

Biasanya, akan ada ramai mahasiswa yang berlalu-lalang di taman gedung belakang. Tapi hari ini, tidak sama sekali. Love jadi tidak tau kemana dia harus mengalihkan perhatian. Dia hanya bisa berharap teman-temannya segera datang sesuai janji dan segera mengakhiri pembicaraan ini.

"Aku tahu aku brengsek, tapi aku bukan orang yang mencintai siapapun yang aku lihat"

"Ten kau dengan mudah bisa mengatakannya dengan siapapun tapi tidak denganku"

"Dengan mudah?" Pemuda itu menelan ludahnya kasar. Ia berdiri, mengacak rambut dengan frustasi. "Kau pikir ini mudah bagiku? Aku bahkan memikirkannya ribuan kali. Takut kau akan marah, takut kau akan muak denganku. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku yang bodoh ini begitu menyukaimu!"

"..."

"Untuk pertamakalinya aku berusaha dalam hidupku. Aku berusaha, tapi apa yang kau katakan?"

"Aku tak pernah meminta kau untuk melakukannya!"

Meskipun tidak ada niatan Love untuk menyakitinya, tapi kalimat itu sangat menusuk hati pendengarnya. Sekarang semuanya nampak jelas dan perjalanan panjang Ten memperjuangkan gadis itu hanyalah kekosongan.

Love memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Ia  lebih baik membatalkan janji bersama teman-temannya sebelum keadaanya diluar kendali. Sebelum mereka saling menyakiti tanpa mereka sadari "Bilang pada yang lain aku ada urusan mendadak"

"TINE..." dengan suara bergetar, Ten menyebut nama temannya.

"Orang yang kau cintai adalah dia. Orang yang selama ini kau cintai adalah Tine" ia berusaha menahan tangis dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Sampai kapan kau menipunya dan bersembunyi dibalik kata sahabat itu?"

Tidak ada bantahan. Yang mana berarti memang benar Love mencintai teman masa kecilnya, Tine.

Sejak kecil, Tine selalu menepel padanya. Dengan saling berbagi hal-hal kecil mereka tumbuh tanpa pernah bisa dipisahkan. Bahkan banyak orang yang salah paham terhadap hubungan mereka.

Tapi semua berubah ketika Tine mengenal Sarawat. Ketika Tine bisa menentukan pilihannya sendiri, ketika Tine menyelesaikan masalahnya sendiri, dan ketika Tine mulai membuka diri untuk berbicara dengan banyak orang.

Love merasa Tine telah menjauh.

"Kau kan yang melakukannya? Kau yang memberikan foto-foto itu pada Ayah Tine"

Wajah Love berubah pucat. Tangannya dingin dan gemetar. "Cukup! Kau tidak tau apapun"

"Aku tahu! Aku sangat tahu" tantang Ten.

"Foto-foto itu ada di dalam tasmu. Tadinya aku mengira bahwa kau hanya akan menyimpannya dan memberikan itu pada Tine nanti. Karena kau adalah sabahatnya, itulah yang kupercayai. Tapi..." Ten menaikkan sudut mulutnya. Sudah lama ia menyimpan ini. Dan hari ini, ia merasa bahwa itu adalah kesalahannya juga.

"Kalau saja aku tau apa yang kau lakukan dengan foto-foto itu"

"Sudah selesai dengan dramamu" sarkas Love.

"Belum! Drama ini bahkan belum dimulai. Apa kau pernah memikirkan bagaimana perasaan Tine jika dia tau?"

Love mengeram tertahan. Ia mengepalkan tangannya dan mendekat kearah Ten dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Yaaa! Aku melakukannya!" akunya.

"Kau ingin mengadu? Katakan saja! Kita lihat siapa yang lebih dia percayai!"

Prok...Prok...Prok...

"Tine?" Ten dan Love menoleh bersamaan begitu mendengar suara tepuk tangan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Biar kujelaskan, dengarkan aku"

Tanpa bersuara, Tine mendekat dan berdiri tepat di depan Love dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. "Kenapa?" hanya satu kata itu, tapi rasanya sudah sangat menyakitkan.

Tine berharap apa yang dia dengar adalah kesalahpahaman. Tapi sekeras apapun dia memikirkannya, dia tidak bisa menemukan dimana letak kesalahannya. Karena dia mendengar semuanya dari awal.

Hidupnya seperti komedi tragis.

"Tine...!" panggil Ten.

"Diam" tanpa melihat, Tine hanya mengarahkan tangannya pada Ten. Dia memberikan tanda bahwa ia tidak ingin mendengar penjelasan apapun darinya.

"Kenapa? Kenapa kau melakukannya?" fokusnya kembali pada gadis yang mulai terisak itu.

"Katakan! Ayo katakan!!!" Tine berteriak keras. 

"Walaupun aku tak memberikan foto itu, kau tetap tidak bisa bersamanya. Ayahmu tidak akan mengijinkannya. Hubungan kalian kotor!"

Tine mengeram tertahan "Kotor?"

"Tine, kau tau bukan itu yang ku maksud" Love bukanlah anti. Dia hanya tidak bisa menerima hubungan Tine dan Sarawat.

Tine menarik nafas panjang, ia mengakat kedua tangannya. Dia lelah dan tidak ingin mendengar apapun lagi. Dengan langkah gontai, ia berniat pergi tapi tangan Love kembali menahannya.

Brukkk....

Tine menghempaskan tangannya kasar, yang mengakibatkan gadis itu tersungkur ke tanah. Lalu Ten dengan cepat menghampiri Love takut-takut dia terluka. Meskipun telah disakiti, tetap saja ia masih merasa khawatir.

"Tine apa yang kau lakukan? Ok! Aku minta maaf karena tak memberi tahumu soal ini. Tapi semuanya telah terjadi, kita tak bisa mengembalikan semua itu. Apa yang Love katakan benar. Ayahmu menentang hubunganmu. Dan Sarawat, dia sudah pergi!"

Tes...

Tes...

Tes...

Airmata mulai merembes jatuh ke tanah. Walaupun Tine sudah ribuan kali berjanji untuk tidak menangis. Nyatanya ia menangis hampir setiap hari.

"Setidaknya biarkan aku bersamanya lebih lama. Hikss....Aku ingin memeluknya lebih lama. Biarkan aku mengatakan bahwa aku mencintainya lebih banyak. Biarkan aku, setidaknya biarkan aku....hikss...."

Ten tercengang. Dia maupun Love terkejut dengan reaksi Tine yang kesakitan seperti itu setelah beberapa bulan berlalu.

Siapapun tidak akan mengerti bagaimana rasa sakitnya. Sarawat adalah cinta pertamanya dan satu-satunya orang yang selalu ia impikan. Tapi tidak ada satupun yang mendukungnya, bahkan Sarawat sendiri telah meninggalkanya.

"Tine maafkan aku, aku tidak tau kau akan mencintainya sampai seperti ini! Maaf, aku benar-benar minta maaf," lirih Love yang saat ini bahkan tak mampu untuk menatap mata Tine karena rasa bersalahnya.

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang