BOYFRIEND

1K 93 1
                                    

Revisi

#Tine

Aku linglung. Pikiranku kosong.

Selama hidupku, aku tidak pernah berfikir akan mendapat pengakuan cinta seperti ini. Manis dan membuat jantungku berdetak tidak sesuai ritmenya.

Sangat berdebarkan.

Sarawat, ia hanya memperlakukanku layaknya seorang teman. Ya hanya sebatas itu dan itulah yang aku rasakan. Ia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukaiku dalam hal cinta. Jadi wajar saja jika aku merasa ini adalah kejutan besar.

"Tine..."

"Eug?" aku belum bisa menormalkan diriku.

"Apa kau membenciku?"

Aku tau mengapa ia bertanya seperti itu. Butuh keberanian besar untuk mengatakannya karena ada banyak hal yang harus di pertaruhkan. Dan sebenarnya itu berlaku juga untukku.

Karena keberaniannya, aku juga ingin berani. Aku juga akan mempertaruhkan segala milikku. Aku tidak ingin ia menyesal atas pengakuan cintanya padaku dan aku tidak ingin menyesal karena tidak mengakui perasaanku.

Degh....

Aku mengatur nafasku lalu menyentuh kulit pipinya dengan lembut. Aku menangkup wajahnya dan mengarahkan tatapannya padaku. Seperti sihir, matanya membuat kepalaku perlahan mendekat meskipun otakku menentangnya. Dan dengan lancangnya aku menempelkan bibirku diatas bibirnya.

Hanya seperkian detik aku langsung menarik diriku dengan cepat. Aku cukup merasa malu.

"Tine, kau?"

"Aku tidak membencimu" kataku untuk mejawab lagi pertanyaannya setelah ciuman singkat itu.

Sarawat nampak terkejut tapi juga terlihat senang.

"Yess!" pekik Sarawat dengan keras. Raut wajahnya benar-benar berubah.

Sarawat langsung melompat kearahku membuat kesimbangan tubuhku goyah dan kami berdua berakhir jatuh diatas sofa. Itu lumayan membuat punggungku sakit, tapi kami hanya bisa menertawai kebodohan yang baru saja terjadi.

Wajahnya Sarawat menjadi sangat dekat hingga aku bisa merasakan hangat nafasnya yang bercampur dengan bau alkohol.

"Kau ingin mencobanya?" Sarawat perlahan menelusupkan jari-jarinya ke dalam rambutku.   Tatapan matanya sangat teduh.

"Aku tidak tau ini benar atau salah, tapi aku ingin mencobanya. Tine, apa kau mau berpacaran denganku?" sambungnya.

"..."

Seperti anak kecil aku menarik kerah bajunya dan menelusupkan wajahku di dada bidangnya. Aku tidak bisa menahan air mataku. Ini memalukan.

"Hei, kenapa menangis?"

"....."

"Berhentilah menangis dan katakan apa kau mau menjadi pacarku dan memulai semua denganku?"

Sejujurnya aku tidak tau pacar seperti apa yang Sarawat katakan. Dan aku juga tidak memiliki gambaran tentang hal itu. Aku hanya ingin bersama Sarawat. Asalkan bersamanya, itu sudah cukup.

"Uhmm..."

"Katakan dengan jelas"

"Iya, aku adalah pacarmu!"

"Jadi kita adalah pacar sekarang!" Sarawat memelukku lebih erat hingga aku merasa sedikit sesak.

"Wat," aku menengadah untuk melihat wajahnya. "Lukamu bagaimana?"

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang