DUA

566 26 0
                                    

Alhamdulillah ada yang masih setia bersama DIBAWAH NAGUNGAN QOBILTU nih. Ikutin terus dan jangan sampai kehilangan jejak tentang Aiza yaa...

Selamat membacaaa...

Matahari sudah mulai nampak setengah. Senja terbentuk begitu indah. Waktu menunjukkan 17:30. Fika dan Aiza akhirnya sampai di rumah. Tubuh mereka terlihat lelah setelah seharian sekolah dan mengikuti bimbel. Mereka langsung menuju kamar masing – masing dan melakukan ritual mandi.

Tok... Tok... Tok... Pintu kamar Aiza terketuk

" Masuk aja. Ngga Aiza kunci kok " sahut Aiza.

Pintu kamar pun terbuka. Menampakkan Fika diambang pintu sana

" Apaan ? " tanya Aiza. Pandangannya kembali tertuju pada buku fisika

" Tumben kak ? Padahal besok libur loh " sewot Fika saat melihat Aiza belajar diakhir pekan

" Ada apa ke kamar gue ? " Aiza mengembalikan topik semula

" Dipanggil Buna di ruang tengah. Ayah mau ngomong " Aiza tak membalas Fika. Ia langsung menutup bukunya dan beranjak dari tempat tidur. Berjalan menuju ruang tengah bersama Fika. Di ruang tengah sudah ada Alzam dan Salma

" Duduk " kata Alzam saat melihat kedua putrinya mulai mendekat kearahnya.

Suasana di ruangan itu berubah menjadi tegang. Ayah mau ngomong apa yaa batin Aiza. Ia terlihat pucat dan berkeringat dingin. Berbeda dengan Fika yang tenang. Fika langsung memegang tangan Aiza. Mengisyratkan untuk duduk disebelahnya

" Ayah nggak mau lama-lama. Jadi langsung aja "

Aiza menelan salivanya. Ia semakin tegang. Pegangan tangannya dengan Fika semakin erat

" Kakak Aiza "

Aiza semakin susah bernafas saat Alzam menyebutkan namanya. Gue salah apa Ya Rabb batinnya

" Sudah kelas dua belas kan ? sudah semester dua juga. Nggak lama lagi sudah lulus. Ayah mau menjodohkan kakak dengan anak teman ayah. Nanti tanggung jawab ayah ke kakak akan berpindah padanya " ujar Alzam dengan terus terang.

Aiza merasakan detak jantungnya berhenti sejenak. Pikirannya berputar mengolah kata-kata Alzam

" Hah.. Di-dijodohin, Yah ? " Aiza masih tak percaya

" Iya " balas Alzam singkat

" Aiza gamau ih. Masa depan Aiza masih panjang Yah. Aiza masih mau menikmati masa muda Aiza "

" Kakak sudah dewasa. Dan nggak selamanya kakak harus bergantung dengan ayah dan buna "

" Tapi Aiza masih pengen kuliah, Yah " ujar Aiza dengan mengerucutkan bibirnya

" Itu nanti bisa dibicarakan lagi nak " Aiza membeku. Ia tak tau harus berkata apa lagi

" Emang aku mau dijodohin sama siapa sih ? "tanya Aiza dengan nada lesuh

" Ahmad Yoshi " balas Alzam. Mata Aiza terbelalak otomatis. Tak percaya dengan yang dikatakan Alzam

" Ahmad Yoshi anaknya Kyai Husein ? " tanya Aiza untuk kembali meyakinkan

" Betul. Kakak tingkat kamu di SMP " balas Alzam disertai anggukan. Rasa-rasanya Aiza ingin memanggil malaikat izrail untuk mencabut nyawanya.

" Ayah nggak mau ada penolakan dengan alasan apapun " sambung Alzam lalu meninggalkan tempat dan diikuti Salma

Aiza masih terpaku. Tak percaya. Fika mengelus punggung sang kakak. Menenangkannya. Aiza beranjak dari sofa. Menuju kamarnya dan dibuntuti oleh Fika

Kamar itu lengang. Keduanya merebahkan diri di atas kasur tidur Aiza. Pandangan mereka kosong ke arah langit-langit kamar.

Dibawah Naungan QobiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang