DUA BELAS

414 19 2
                                    

Assalamu'alaikum temen2... Maaf yaa kalo author upload nya selalu lama, soalnya author nyari waktu free di pondok buat ngelanjutin lagi... Tetap ikutin terus jejak DNQ yaa jangan lupa vote, comment, dan share, terimakasih...

~ Selamat membaca ~


Aiza sudah memasukkan semua pakaiannya ke dalam satu koper besar miliknya. Dan hanya menyisakan beberapa baju agar ketika ia menginap tidak perlu membawa pakaian lagi. Aiza juga tak lupa memasukkan hadiah-hadiah dari para sahabatnya itu di dalam koper besarnya. Saking besarnya koper milik Aiza, mungkin Fika juga bisa diangkut bersama dengan pakaian Aiza

Aiza berjalan menuruni anak tangga dan mencari keberadaan Salma. Ia pun menemukannya di ruang makan

" Kok udah siap aja ? Nggak mau makan lagi ?" tanya Salma saat melihat anak dan menantunya menuruni anak tangga terakhir

" Yoshi masih kenyang, Bun. Belum tau kalau Aiza" balas Yoshi 

" Kamu nggak makan dulu kak ?" tanya Salma pada Aiza. Aiza hanya menggeleng dan menggelayut manja pada Salma

" Nggak mau istirahat lagi sebentar ?" tanya Alzam 

" Sudah Yah. Takut keburu malem " balas Yoshi lagi

Aiza melepaskan gelayutannya pada Salma. Ia menyalami punggung tangan Bunanya dan memeluknya erat-erat. Ia menangis di dalam pelukan Salma.

" Nggak boleh nakal. Harus nurut sama suami pokoknya " Salma memberikan saran kepada putrinya dan membelai ujung kepala Aiza dengan lembut. Aiza mengangguk dan melepas pelukannya. Kini ia menghampiri Fika. Fika tak menoleh. Ia tidak ingin menyapa dan berbicara dengan kakaknya.

" Ngga usah sok deh Lo nggak mau nyapa gue. Kangen gue baru tau rasa Lo " ujar Aiza. Fika tak banyak bicara. Ia langsung memeluk erat tubuh sang kakak. Ia juga ikut menangis karena akan ditinggal oleh Aiza. Bagaimana ia tak sedih, temannya untuk mengacaukan rumah ini sudah berpindah rumah.

Aiza mengacak jilbab Fika dengan kasar. Membuat sang pemiliknya marah karena tatanan jilbabnya sudah rusak. Aiza hanya terkekeh dengan tingkah adiknya ini.

Yoshi dan Aiza pun berpamitan dan segera masuk ke mobil. Hingga mobil itu melesat meninggalkan pekarangan rumah Aiza.

Keadaan di dalam mobil itu sunyi. Keduanya diam seribu bahasa. Pandangan Aiza fokus ke luar jendela melihat jalanan ibu kota di malam hari.

" Setelah ini mau makan apa ?" tanya Yoshi berusaha memecahkan keheningan

" Nggak laper " balas Aiza singkat. Pandangannya masih sama ke luar jendela

Lebih indah jalan rayanya ternyata daripada suaminya sendiri ujar Yoshi dalam hati

" Tapi tetep harus makan "

" Terserah deh " Yoshi tak berkata kata lagi.

Mobil itu kini berhenti di restaurant bintang 5. Yoshi tau dengan keadaan Aiza, ia memilih membungkus pesanannya dan akan dimakan di rumah. Mobil itu kembali melaju hingga tujuan mereka telah sampai

Setelah lima menit perjalanan dari restaurant itu akhirnya mereka sampai di rumah yang Yoshi tempati. Bukan orang tua Yoshi. Tapi milik Yoshi sendiri. Ia sudah menyiapkan rumah itu jauh-jauh hari sebelum ia menikah

Yoshi membantu membawakan koper milik Aiza. Dan keduanya pun masuk ke rumah.

Rumah itu terlalu besar untuk ditinggali dua orang seperti mereka. Aiza tak tau dimana dirinya akan tidur. Bukan tak tau akan tidur dimana dirinya, melainkan overthinking  cara membersihkan rumah sebesar ini sendirian

Dibawah Naungan QobiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang