DUA PULUH SEMBILAN

41 4 2
                                    

Assalamu'alaikum temen2... Udah lama banget nih ngga ketemu, hehee... Aku harap kalian ngga bosen dengan cerita ini... Bantu vote, share, dan komen yaa temen2... Ini adalah karya pertama aku yang dimana semangat banget bikinnya... Nanti kalo banyak dukungan, aku bisa lanjutin ke part yang akan datang, hehee...


Aiza terbangun dikala semua orang masih memejamkan matanya. Telapak tangannya berkeringat karena ia melihat tangannya yang digenggam oleh Yoshi. Namun ternyata Yoshi tertidur dengan posisi duduk dan menggenggam tangan Aiza.

Aiza tersenyum melihat wajah lelah suaminya. Banyak sekali perjuangan yang harus dipertaruhkan untuk dirinya dan anaknya yang baru saja hadir melengkapi keluarga mereka. Aiza mengusap lembut ujung kepala Yoshi hingga sang empu menggeliat dan membuka mata

"Kok udah bangun ?" tanya Yoshi dengan suara yang khas saat bangun tidur

"Aku mau ke kamar mandi. Tapi tangan aku kamu pegang, ngga jadi deh"

"Kenapa ngga bangunin aku aja sayang. Sini aku bantu" ujar Yoshi dan bangkit untuk membantu Aiza pergi ke kamar mandi

Yoshi mengikuti langkah Aiza sambil membawa cairan infusnya. Ia hendak ikut masuk ke kamar mandi bersama Aiza, namun Aiza dengan segera menghentikannya

"Eh mau ngapain ?"

"Nemenin kamu lah. Emangnya mau ngapain lagi ?" tanya balik Yoshi

"Aku bisa sendiri Ayosh. Aku ngga papa kok"

"Beneran ?" tanya Yoshi yang sudah mulai khawatir

"Iyaaa"

Yoshi menuruti perkataan Aiza. Ia tak memaksa. Mau seberusaha apapun ia untuk membela diri menemaninya, Aiza tetap akan menolaknya. Itulah Aiza, jika pilihannya sudah A maka tidak bisa diganggu gugat

5 menit lamanya Aiza di kamar mandi akhirnya ia pun keluar. Yoshi kembali membantu Aiza membawakan cairan infus dan menggiring Aiza berjalan yang masih tertatih.

Waktu menunjukkan pukul tiga lewat lima belas menit. Aiza ingin kembali tidur namun tak lama lagi adzan subuh akan berkumandang. Ia hanya melihat suaminya ke sana kemari yang bersiap untuk sholat malam.

Hati Aiza terasa begitu sejuk dan tenang. Ia sangat bersyukur diberikan suami yang tidak patriarki dan taat pada agama. Jika tau Yoshi seperti ini, mungkin Aiza tak akan memaksa untuk menolak perjodohan dan akan dengan senang hati menerimanya

Tanpa disadari air mata Aiza turun begitu saja tanpa direncakan. Ada banyak rasa bahagia yang ia sendiri tak tau bagaimana cara mengekspresikannya. Jujur saja Aiza merasa menjadi hamba yang tidak tau diri jika Aiza yang masih jauh dari jalan yang lurus tiba-tiba saja harus mendapatkan takdir seperti ini. Tapi Aiza berprasangka baik kepada Allah bahwa semua yang diberikan itu bersifat adil

"Hey ? Kenapa nangis ?" tanya Yoshi saat dirinya sudah selesai sholat

"Ngga kok" elak Aiza sambil mengusap sisa air matanya

"Jangan bohong sayang"

Aiza menarik napas panjang. Ia tau jika ia tak mungkin menyimpan segala rasa dari suaminya

"Aku bersyukur banget Allah memberikan suami yang begitu baik dan taat dengan agamanya. Kamu sudah banyak membimbing aku, memberikan aku segala sesuatu yang sangat baik juga, yang sabar menghadapi aku. Aku ngga tau harus mengucap syukur gimana lagi. Bahkan Allah juga memberikan kita amanah untuk menjadi orang tua "

"Za, itu semua sudah menjadi rencana Allah sejak kita masih berada dalam kandungan. Inilah takdir kamu yang Allah berikan"

"Tapi aku ngga pantas mendapatkan ini semua Ayosh. Masalalu aku yang cukup berantakan kenapa harus mendapatkan ini semua"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dibawah Naungan QobiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang