DUAPULUH DELAPAN

123 5 4
                                    

Assalamu'alaikum temen2 semuaaa... Hari ini afifah kembali dengan sejuta kejutan... Engga, bercanda, hehee...😅 Aduhh daripada lama2 mending baca dulu aja...
Selamat membaca~

Setelah lebih dari satu pekan Yoshi tak bekerja, hari ini ia melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Kekhawatiran yang menyelubungi hatinya sudah berkurang setelah membawa Aiza pergi ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi calon bayinya. Katanya, masalah seperti ini tak perlu terlalu khawatir, jaga aktivitas tidak boleh terlalu berat. Namun, sering melakukan aktivitas yang ringan dapat membantu memudahkan persalinan. Berolahraga jalan kaki, contohnya

Di dalam kamar pun, Aiza berjalan kesana kemari sambil menata barang-barangnya agar terlihat lebih rapi.

Kurang lebih dua jam lamanya Aiza membersihkan kamarnya, ia mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur. Cukup lelah, tapi semoga menjadi lillah ujar Aiza dalam hati. Matanya terpejam, merasakan semilir angin yang masuk dari jendela, hingga kesadarannya melayang ke alam bawah sadar

Tiga puluh menit Aiza tertidur, ia bangkit dan segera membersihkan tubuhnya dari keringat yang masih menempel hingga kering

"Aww" Aiza meringis kesakitan saat perutnya terasa nyeri secara tiba-tiba saat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi

Aiza berjalan keluar kamar untuk pergi ke lantai dasar sambil mengusap perutnya dengan lembut. Menahan rasa sakit yang tiada tara. Ia ingin pergi ke toilet, tapi bukan itu yang ingin ia lakukan. Mulas di perutnya terus saja ada dan tak hilang

Perutnya terasa lapar. Ia tak mempedulikan sakitnya lagi. Yang terpenting, perutnya terisi, bayinya juga sudah mendapatkan asupan, itu yang ia pikirkan

Saat Aiza ingin mengambil piring, kakinya terkilir hingga ia terpeleset. Perutnya terbentur ujung meja. Rasa sakit bertambah dua kali lipat. Aiza tak bisa menahan hingga menangis.

"Astaghfirullah jangan kasih sakit dulu Ya Allah. Aiza mau berdiri ngga bisa" Aiza memaksakan dirinya untuk bangkit, namun darah segar mengalir dari bawah kakinya. Ia semakin meringis kesakitan. Ingin menghubungi Yoshi namun ponselnya berada di kamar

"Ya Allah tolong Aiza" ia tak bisa bergerak sama sekali. Menggerakkan kakinya saja perutnya juga ikut sakit

Tok... Tok... Tok...

Pintu rumah Aiza terketuk. Ia hanya bisa menjawab salamnya, tak bisa membukakan pintu

"TOLONG" Aiza berteriak agar orang di luar sana bisa masuk dan membantunya. Tapi sebelumnya ia sudah memakai jilbabnya yang berada di atas kursi meja makan. Khawatir jika tamu tersebut laki-laki

Setelah mendengar teriakan minta tolong dari dalam, seseorang diluar sana membuka pintu rumah Aiza dengan tidak bersahabat

"Astaghfirullah kakak. Ada apa ini kak... Ya Allah" orang tersebut berlari menolong Aiza yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai

"Minta tolong telfonin abang kamu, Gi" ujar Aiza setengah berbisik. Ia sudah tak memiliki tenaga. Yogi mengangguk cepat. Ia merogoh saku celananya dan mencari nomor Yoshi untuk segera di telfonnya

"Abang cepetan pulang. Kak Aiza tergeletak di ruang makan" ujar Yogi tanpa mengucap salam saat Yoshi mengangkat panggilannya

"Kakak tenang dulu yaa. Setelah ini abang datang. Kakak banyak-banyak berdo'a sama Allah. Kakak kuat" Yogi terus memberikan semangat kepada kakak iparnya. Ia berjalan mengambil air minum dan kain lap untuk membersihkan darah yang terus mengalir di lantai

Dalam waktu yang begitu dekat. Suara langkah kaki setengah berlari itu semakin detak. Pintu rumah yang terbuka pun terdobrak karena saking terburu-burunya

Dibawah Naungan QobiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang