Wei Wuxian terbangun pagi-pagi sekali. Dirinya menatap kosong kekacauan hasil permainan semalam. Wangji masih tertidur lelap disana.
Ia berusaha berjalan walau sesekali oleng sana, oleng sini. Bagian bawahnya terasa sakit jika ia berjalan, punggungnya pun terasa remuk.
Wei Wuxian mengambil bathrobe berwarna putih tulang yang ada di lemari, kemudian kembali berjalan ke kamar mandi dengan langkah tertatih. Di kamar mandi, ingatan tentang semalam terus berputar di ingatannya.
Bagaimana ia bergulat di atas kasur dengan Lan Wangji. Bagaimana ia saling bertukar air liur dan sperma dengannya. Bagaimana keduanya saling menyentuh bagian intim masing-masing.
Yang paling memalukan untuknya ialah, dirinya menjadi pihak bawah, pihak penerima! Inilah akibat jika asal bicara, ia termakan omongannya sendiri.
Jika ada yang ingat, minggu sebelumya—Chapter 11 : MG pt.2—ia mengatakan jika lebih memilih posisi bawah dalam hal 'itu'. Sekarang sudah ia dapatkan, dan malah tidak mau menerima.
Dan ia tidak tau kenapa, saat itu ia juga menikmati sodokan Wangji yang tidak berperikemanusiaan. Dengan ukuran yang tidak manusiawi itu, tentu saja Wei Wuxian langsung K.O.
Ia keluar dengan perlahan, meraih pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian pergi dari sana.
Saat ia baru saja keluar dari kamar tersebut. Dirinya sudah dikejutkan dengan keberadaan Xichen yang tiba-tiba.
Xichen menatap bingung ke arah pria yang hanya memakai jubah mandi itu. "Xian? Apa yang kau lakukan di kamar Wangji?"
Wei Wuxian tergagap. Otaknya berputar memikirkan jawaban yang sekiranya masuk akal. "Itu ... aku mabuk semalam, dan berakhir di kamarnya."
Xichen hanya mengangguk. Wei Wuxian mulai mengambil langkah cepat. Biarlah itu menyakitkan, asal dirinya bisa segera terbebas dari tatapan curiga Xichen.
Namun sialnya, cara berjalannya yang aneh kembali mengundang pertanyaan Lan sulung itu.
"Apa kakimu sakit? Kok pincang?"
Wei Wuxian kembali berbalik. "Ya, pincang karena keseleo semalam."
Xichen mengangguk sekian kalinya. Walau dirinya sulit percaya itu, ketika melihat bercak merah di sepanjang leher jenjang Wei Wuxian.
Belum sempat Wei Wuxian kabur dari sana, pintu kembali terbuka, menampilkan si pelaku.
Begitu tatapan keduanya bertemu, raut wajah pria itu langsung berubah, rasa bersalah terlihat jelas di matanya.
Berbeda dengan Wei Wuxian yang menatapnya seakan ia adalah makhluk paling hina di dunia. Pria itu merapatkan bathrobe yang dikenakannya, seolah sedang berusaha melindungi tubuhnya.
Xichen yang berada di tengah mereka, jadi bingung sendiri ketika melihat keduanya bertatapan seperti itu. Apa mereka sedang bertelepati?
Wei Wuxian memutus kontak mata kemudian berlalu pergi. Xichen menatap Wangji penuh tanya. "Apa ini seperti yang kupikirkan?"
Wangji hanya diam, sambil menatap Wei Wuxian yang makin menajuh. Dan bagi Xichen, diam berarti 'ya'.
"Kenapa buru-buru, sih? Harusnya pelan-pelan saja. Lihat? Sekarang dia menghindar," ucap Xichen membuat Wangji makin putus asa.
Pria itu menatap kakak laki-lakinya "Lalu ... sebaiknya aku bagaimana?"
"Minta maaf, bicarakan baik-baik dengannya. Mungkin dia masih mau mengerti," jawab Xichen. Hanya itu yang terpikirkan olehnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Young Master and Assassin [BxB]
ActionWei Wuxian, seorang pembunuh bayaran yang terbebani masa lalu kelam yang melibatkan keluarganya. Kini ia ditugaskan untuk melakukan pembunuhan terhadap Lan Wangji, tuan muda kedua dari keluarga mafia terkenal. Terlepas dari latar belakang mereka yan...